Lokakarya YKCA “Dari Peristiwa Jadi Berita”, Suster Bruder Jadi Aset Penting Tarekat Bidang Komunikasi (3)

0
54 views
Lokakarya sehari bersama Yayasan Karsa Cipta Asa (YKCA) dengan gelaran tema bahasan "Dari Peristiwa Jadi Berita" di Kampus Semanggi Atma Jaya Jakarta, Sabtu 25 Mei 2024. (Titch TV/Budi Handoyo)

MAKIN lama disadari, konten berita dan cara bertutur dan berkomunikasi dengan “orang lain” di luar biara itu sangat penting. Para suster dan bruder pemimpin tarekat mulai menyadari hal itu.

Sesuatu yang “datang” tidak tiba-tiba tentu saja. Dimulai dari kesadaran umum, berita hoaks itu sampai sekarang tetap saja sering bertebaran di panggung medsos. Kesannya tak terkendali, kecuali jari jempol kita juga menahan diri untuk ikut menyebarkannya.

FKRK Pontianak, Juni 2017

Sebuah prakarsa baik muncul di Pontianak, Kalbar. Bulan Juni 2017 silam, saya diundang FKRK (Forum Komunikasi Religius se Kalbar). Tampil menjadi salah satu narasumber untuk mengisi program bina lanjut. Mengisi program lokakarya mereka selama 2,5 hari.

Saya didapuk untuk bicara tentang apa dan bagaimana medsos itu tiba-tiba saja menjadi “racun” sekaligus “madu” bagi para religius. Karena, sejatinya hidup religius dan biara kini sudah tidak bisa “kedap” lagi dari rembesan informasi, Aneka info itu -entah baik atau tidak baik- sudah begitu masif setiap menit bisa mengisi layar HP kita.

Program lokakarya itu diikuti oleh banyak banyak peserta. Daftar hadir yang diberikan oleh Sr. Yulita Imelda SFIC saat itu mencatat jumlah sebanyak 85 orang peserta. Mereka terdiri para imam, bruder, dan suster dari berbagai tarekat religius di Kalbar.

Kegiatan pelatihan jurnalistik itu akhirnya memantik ide “nakal”. Bagaimana kalau saya bisa mengajak dua suster muda di Pontianak untuk ikut terjun ke lapangan, meliput berbagai peristiwa di sejumlah paroki pedalaman di garis batas Kalbar-Serawak Malaysia.

Ilustrasi: Sebanyak 85 religius suster, bruder, imam se Kalbar berkumpul di Pontianak untuk belajar bersama tentang dunia medsos bersama Mathias Hariyadi, Juni 2017. (Mathias Hariyadi)

Syukurlah, Sr. Irene SFIC selaku Provinsial Kongregasi Suster-suster Santo Fransiskus dari Perkandungan Tak Bernoda Bunda Suci Allah (SFIC) saat itu bersedia mengizinkan dua suster mudanya untuk ikut kami meliput kegiatan pastoral di beberapa paroki di Keuskupan Sanggau.

Akhirnya, bersama almarhum Pipit Prahoro dan usai gelaran Jambore Nasional SEKAMI (Serikat ) Juli 2018, Sr. Laura SFIC dan Sr. Maria Seba SFIC boleh ikut serta dalam perjalanan kami kunjungi beberapa paroki pedalaman Keuskupan Sanggau: Kualadua, Beduai, Entikong, PT Erna, dan Sanggau.

Perjalanan itu menginspirasi beberapa anggota tarekat religius lain untuk melakukan hal sama. Bertanya kepada saya: Apakah mereka boleh mengirim artikel, foto, video yang mengisahkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di tarekatnya masing-masing? Atau, demikian pertanyaan mereka, apakah juga boleh kirim laporan berita atas berbagai pengalaman personal saat menjalani tugas pengutusan?

Jawaban saya tentu saja “ya” bulat. Mari dan silakan menulis untuk kami.

Dalam perjalanan liputan ke Entikong di garis batas Kalbar-Serawak, Sesawi.Net ajak dua suster muda belajar meliput peristiwa. Provinsial Sr. Irene SFIC boleh izinkan Sr. Maria Seba SFIC (jubah putih) dan Sr. Laura SFIC (kiri) ikut serta dalam perjalanan menyusuri beberapa paroki pedalaman di Keuskupan Sanggau, Kalbar, Juli 2018. Satu suster senior SFIC dari Kuala Dua ikut serta dalam perjalanan menuju Entikong. (Mathias Hariyadi)
Perjalanan Sesawi.Net ke Stasi PT Erna Paroki Katedral Sanggau, Kalbar, bersama Sr. Laura SFIC dan Sr. Maria Seba SFIC. Bersama almarhum Pipit Prahoro, kami berempat bersiap naik speedboat menyusuri aliran Sungai Kapuas menuju kawasan PT Erna di mana ada dua suster SFIC lain berkarya sebagai guru di sebuah SD lokal di pulau kecil di tepian Sungai Kapuas ini. (Mathias Hariyadi)

Dari sinilah kemudian muncul para penulis baru di lingkungan tarekat religius. Sebut saja misalnya beberapa nama berikut ini:

  1. Br. Dinus Kasta MTB dari Kongregasi Bruder-bruder Maria Tak Bernoda di Pontianak, Kalbar.
  2. Br. Flavianus Ngardi MTB di Yogyakarta.
  3. Br. Libert Jehadit CSA di Yogyakarta.
  4. Romo Fictorium Natanael Ginting OFMConv, religius Fransiskan Konventual di Pematangsiantar, Sumut.
  5. Romo Evan Sembiring OFMConv – juga seorang Fransiskan Konventual dari Pematangsiantar.
  6. Sr. Ludovika OSA dari Kongregasi Suster-suster Santo Agustinus dari Kerahiman Allah (OSA) di Ketapang, Kalbar.
  7. Sr. Maria Seba SFIC dari Pontianak, Kalbar.
  8. Sr. Pelagia Agnes SFIC dari Sanggau, Kalbar.
  9. Sr. Kresensia Yati SMFA dari Kongregasi Suster-suster Misi Fransiskan Santo Antonius dari Pontianak, Kalbar.
  10. Fr. Francesco Agnes Ranubaya dari Keuskupan Ketapang, Kalbar; kini calon imam diosesan Keuskupan Ketapang dan mahasiswa STFT Widya Sasana Malang.
  11. Sr. Angela Siallagan FCJM yang kini berkarya di Generalat FCJM di Roma.
  12. Sr. Ivoline Maharaja FCJM dari Medan.
  13. Sr. Paschaline Sipayung OSF dari Semarang.
  14. Sr. Theresina CB kini berkarya di RS Sint Carolus Jakarta.
  15. Romo Gregorius Nyaming Pr, imam diosesan Keuskupan Sintang yang kini jadi mahasiswa program doktoral di Polandia.
  16. Romo Titus Jatra Kelana Pr, imam diosesan Keuskupan Agung Palembang.
  17. Romo Albertus Herwanto O.Carm di Hong Kong.
  18. Romo Joko Purwanto Pr, imam diosesan Keuskupan Agung Semarang berkarya di Paroki Cawas, Klaten.
  19. Romo Yohanes Gunawan Pr, imam diosesan Keuskupan Agung Semarang berkarya sebagai Direktur Seminari Tahun Rohani di Wisma Sanjaya, Jangli, Semarang.
  20. Romo Istata Raharjo Pr, imam diosesan Keuskupan Agung Semarang berkarya di Paroki Banyutemumpang, Kabupaten Magelang, Jateng.
  21. Sr. Fransiska Agustine FSGM dari Komisi Komsos Keuskupan Tanjungkarang.
  22. Sr. Agnesia AK dari Kongregasi Suster Biarawati Abdi Kristus (AK) Ungaran.
  23. Romo Iwan Rusbani Pr, imam diosesan Keuskupan Bandung.
  24. Romo Adam Suncoko Pr, imam diosesan Keuskupan Malang dan kini Pastor Kepala Paroki Katedral Malang.
  25. Romo Danang Sigit Pr, imam diosesan Keuskupan Bandung.
  26. Romo Yusup Gunarto SMM kini berkarya di Paroki Brebes, Jateng, dan masih ratusan penulis lainnya yang tidak bisa kami beberkan satu per satu di sini.
Ilustrasi: Saat masih bertugas di Nanga Pinoh, Keuskupan Sanggau, Kalbar, Sr. Ludovika OSA (motor no 95) sering ikut turne masuk pedalaman Kalbar bersama umat atau pastor untuk pelayanan pastoral. Medan pelayanan di luar Jawa masih minim akses jalan bagus. Yang ada hanyalah jalan tekstur tanah dan menjadi lumpur pekat pasca hujan lebat. (Dok. Sr. Ludovika OSA di Ketapang, Kalbar)

Sementara dari kalangan awam, muncul nama-nama penulis baru yang sangat produktif mengabarkan berbagai peristiwa gerejani di sekitarnya. Mereka adalah:

  1. Bapak FX Juli Pramana, guru SMK Kanisius Surakarta merangkap katekis di Paroki Kleco Solo.
  2. Amon Stefanus dari Ketapang, Kalbar.
  3. Laurensius Suryono dari Malang.
  4. Laurentius Sukamto dari Wedi, Klaten, Jateng.
  5. Riwi Nugroho dari Manokwari, Papua Barat.
  6. Balaseda, dari Paroki Pringgolayan, Kabupaten Bantul, DIY.
  7. A. Kunarwoko di Jakarta yang mempopulerkan ragam tulisan serial bertajuk Pijar Vatikan II.
  8. Rickoloes Pricorianto dari Keuskupan Bogor.
  9. Desiderius Alrin Rahadianto dari Surabaya yang giat menulis semua peristiwa dan kegiatan di Kongregasi Suster-suster Puteri Maria Yoseph.
  10. AC Eko Wahyono, pensiunan guru SMA Katolik St. Paulus di Jember, Jatim.
  11. Dionisius Agus Puguh dari Keuskupan Banjarmasin.
  12. Felisitas Prajna “Anya” Nindita, mahasiswa FISIP Universitas Indonesia.

Bimas Katolik DKI Jakarta berkontribusi memotivasi munculnya para penulis baru di tarekat religius

Dari nama-nama penulis baru inilah, setidaknya Gereja Katolik Indonesia diwartakan. Aneka peristiwa yang terjadi di biara bisa diakses oleh segenap umat yang ingin tahu ada apa di biara.

Nah, lokakarya sehari besutan Yayasan Karsa Cipta Asa (YKCA) bekerjasama dengan Bimas Katolik Kemenag Kanwil DKI Jakarta ingin meretas lebih banyak lagi kemunculan para penulis baru di kalangan religius.

Harapan menuju “ke sana” itu setidaknya sudah jelas dikumandangan oleh para suster dan romo peserta lokakarya bertajuk “Dari Peristiwa Jadi Berita” di Kampus Semanggi Unika Atma Jaya, Sabtu 25 Mei 2024 pekan silam.

Sudah secara gamblang disampaikan oleh nama-nama berikut ini.

Sr. Stefani Rengkuan SJMJ

“Meski sudah jauh lebih senior dibanding peserta lainnya yang masih berkisar umur 25-35 tahun, saya tetap merasa harus bisa ‘meraih’ sesuatu dari gelaran lokakarya ini. Mosok yang tua sampai ‘kalah’ dibanding yang muda,” tuturnya berseloroh.

“Hari ini saya bisa belajar banyak untuk memulai ‘sesuatu’ dengan mengarsipkan dokumen foto menjadi sebuah catatan sejarah,” tutur Sr. Stefani SJMJ yang langsung merasa “tertantang” untuk mendokumentasikan sejarah panggilan para suster SJMJ yang sudah sepuh dan tinggal di Rumah Kasepuhan di Sintanala, Tangerang.

“Kalau saya pulang kembali ke Manado atau ke Tangerang, saya ingin interpiu para suster SJMJ kami seperti yang dilakukan Titch TV. Mereka punya pengalaman-pengalaman istimewa yang barangkali tidak pernah terjadi pada kami – SJMJ generasi lebih muda dari mereka,” ujar Sr. Stefani Rengkuan SJMJ yang kini berkarya di Kantor Sekretariat Gender KWI.

Sr. Adriana FMM

“Ini memang bukan pertama kalinya kami menerima masukan-masukan dari narasumber tentang kegiatan tulis-menulis,” ungkap Sr. Adriana FMM dari Komunitas Suster Fransiskan Misionaris Maria (FMM) Slipi, Jakarta Barat.

“Pesan penting dari lokakarya ini adalah kalau ingin bisa menulis baik dan lengkap, mau tidak mau ya harus banyak membaca,” tandasnya.

“Hal lain yang juga penting adalah kalau kemarin-kemarin kita hanya menulis untuk kebutuhan sendiri (diarium) dan lingkungan internal -tarekat kita masing-masing- maka dari lokakarya sehari bersama YKCA ini kita semakin termotivasi untuk menulis dengan target audiens masyarakat luas.

Di sinilah kita butuh proses mentoring dari orang yang berpengalaman dan punya ‘jam terbang’ tinggi agar misi tersebut bisa kita jalani,” papar guru dan pengajar Sekolah Regina Pacis di Bogor.

Sr. Susanna Gunawan FMM

“Di forum lokakarya YKCA ini, saya senang sekali bisa bertemu dengan para kolega suster yang punya perhatian dan minat yang sama,” papar Sr. Susi FMM.

“Setidaknya mulai sekarang, saya tidak perlu merasa sendiri lagi dengan tugas dan perhatian khusus melakukan karya pendokumentasian kisah-kisah tarekat,” ungkap suster biarawati Kongregasi Fransiskan Misionaris Maria dari Singapura ini. (Berlanjut)

Baca juga:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here