Hukum yang Utama dan Terutama

0
57 views
Ilustrasi - Perlakuan diskriminatif terhadap kaum perempuan. (LinkedIn)

Puncta 06 Juni 2024
Kamis Biasa IX
Markus 12:28b-34

OKTOBER 2023 terjadi gempa berkekuatan 6,3 skala Richter di Afganistan. Korban paling banyak adalah perempuan dan anak-anak. Kurang lebih 1.300 orang meninggal dan banyak lagi yang luka-luka.

Dokter Salma di Provinsi Herat mengatakan bahwa kaum laki-laki tidak boleh menolong perempuan terluka yang bukan isterinya. “Saya melihat beberapa pria menolak menyentuh perempuan yang terluka atau meninggal,” ungkapnya.

Mengapa perempuan dan anak-anak banyak menjadi korban? Karena perempuan harus tinggal di rumah, tidak boleh keluar kalau tidak bersama suaminya. Aturan yang dibuat membatasi aktivitas kaum perempuan.

Ketika Taliban berkuasa pada tahun 2021, mereka memberlakukan serangkaian tindakan yang melarang perempuan melakukan sebagian besar pekerjaan. Kaum perempuan juga dibatasi untuk menempuh pendidikan.

Ketika gempa terjadi sebagian besar perempuan dan anak-anak berada di rumah. Mereka menjadi korban karena aturan-aturan yang diskriminatif.

Hukum sering dipandang sebatas aturan-aturan yang kaku dan membelenggu dengan sangsi-sangsi berat jika melanggarnya. Di dalam Taurat ada banyak sekali aturan-aturan yang mengikat orang.

Orang Farisi ingin mengetes Yesus apakah Dia tahu hukum mana yang paling utama dari sekian banyak aturan itu.

Sebagai orang Yahudi Yesus belajar juga Hukum Taurat. Maka Dia mengutip Kitab Ulangan yang mengatakan; “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Juga Dia kutip Kitab Imamat; “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Dua perintah ini sama-sama bobotnya. Dari kedua perintah ini bergantung seluruh aturan dalam Kitab Taurat. Mengasihi Tuhan dan sesama seperti dua sisi dalam sekeping mata uang. Tidak bisa dipisah-pisahkan.

Jika orang mengaku dan mengklaim mengasihi Tuhan tetapi tidak mau mengasihi sesamanya, orang itu munafik. Mengasihi Tuhan terwujud dalam mengasihi sesamanya tanpa membeda-bedakan.

Contoh Orang Samaria yang baik hati itu bisa diterapkan di sini. Imam dan Orang Levi yang banyak tahu tentang Kitab Suci dan Hukum tetapi justru tidak mau menolong sesamanya yang menderita.

Orang Samaria yang dianggap kafir justru menolong orang yang dibegal di tengah jalan.

Tandanya orang mengasihi dan dekat dengan Tuhan ya kalau dia mau mengasihi sesamanya yang menderita. Siapapun orang itu tanpa pandang bulu atau membeda-bedakan.

Sudahkan kita mengasihi sesama kita yang miskin, tertindas dan menderita?

Mengagumi Candi Prambanan,
Karya yang megah luar biasa.
Kalau kita mengasihi Tuhan,
Jangan semena-mena pada sesama.

Cawas, cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here