Markus 4:26-27
Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah lalu pada malam hari ,ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.”
Tradisi yang berkembang dalam budaya pertanian – sebagian masyarat petani masih tetap melakukan- sebelum menanam padi para petani melakukan upacara memanjatkan doa. Tujuannya agar mendapatkan rahmat Tuhan sehingga pertaniannya berhasil. Tradisi yang dilakukan biasa dikenal dengan istilah “wiwit” atau “wiwitan“.
Tradisi ini menyandarkan pada keyakinan bahwa tumbuhnya tanaman karena adanya Sang Pencipta yang memberi pertumbuhan.
Sabda Tuhan hari ini memberi permenungan bahwa firman Tuhan diumpamakan dengan orang yang menabur benih dan benih itu bertumbuh dan berbuah karena karya Tuhan.
Jika dambaan untuk menanam Sabda diungkapkan orang Katolik, dambaan yang diungkapkan “Tanamkanlah Sabda-Mu ya Tuhan, dalam hati kami.”
Untuk menanamkan sabda dalam hati, tradisi Katolik yang dilakukan adalah tradisi “wiwitan” yakni dengan membuat Tanda Salib dan berdoa untuk membaca, mendengarkan, meresapkan, menumbuhkan Sabda dan membuahkan hasil dalam perjalanan hidup.
Pikiran, hati, dan lengan (tangan) menjadi “tanah” di mana sabda itu akan bertumbuh. Pengetahuan akan sabda, penghayatan sabda dan perwujudan sabda menjadi buah Kerajaan Allah yang bertumbuhnya menurut kehendak-Nya.
Motivasi tertinggi yang dimiliki manusia, dalam kehidupan adalah bersatu dengan Allah. Persatuan manusia dengan Allah, dapat dimulai sekarang, dan mendapat kepenuhannya saat akhir jaman. Tanda salib, diucapkan dengan penuh keyakinan dan harapan besar, agar pikiran, ucapan, hati nuraninya serta tindakannya ada bersama dalam Allah. Persatuan terungkap dalam ucapan dalam nama Allah Tritunggal, yang akan berbuah kebaikan bagi kehidupan semesta. Benih itu ada dalam kehendak dan rencana Allah, yang ditangkap dalam iman.