Pertanyaan seperti itu sering muncul. Tentu dapat dimaklumi karena pengetahuan masyarakat tentang hipnoterapi masih sangat terbatas. Orang tidak pernah lagi mempertanyakan apakah pasti penyakitnya sembuh ketika dokter atau healer memberikan obat atau herbal, karena mereka sudah tahu bagaimana cara kerja dunia kedokteran dan pengobatan alternatif.
Sebagian orang mempertanyakan hasil praktek hipnoterapi semata-mata karena mereka tidak percaya bahwa “hanya dengan omong-omong” orang bisa sembuh atau mengalami perubahan perilaku. Sebagian lainnya menyamakan hipnoterapi dengan praktek gendam. “Kesembuhan hanya terjadi selama ada di dekat terapisnya,” begitu anggapan yang pernah dikemukakan.
Ada juga yang mempertanyakan efek permanen hipnoterapi, sebab yang bersangkutan sudah pernah diterapi di panggung pertunjukan dan efek terapinya hanya sesaat. Pertanyaan juga datang dari mereka yang sudah pernah diterapi tetapi hasilnya tidak optimal.
Kita ingat kembali, hipnoterapi merupakan terapi dengan cara mengintervensi pikiran di bawah sadar. Untuk itu klien harus dibawa ke kedalaman rileksasi dimana gelombang otak berada di kondisi dominan Delta.
Bila hasil terapi tidak permanen, kemungkinannya adalah terapis tidak membawa klien ke kedalaman rileksasi yang diperlukan. Mengapa? Mungkin karena di atas panggung pertunjukan (ingat, stage hypnosis bukan hypnotherapy), mungkin juga yang bersangkutan tidak tahu cara membawa ke kedalaman rileksasi yang sangat dalam, atau mungkin aspek yang diterapi tidak tepat.
Bisa juga hasil terapi mengalami “pembatalan” karena dianulir oleh klien sendiri. Hal seperti itu terjadi karena beberapa sebab, antara lain klien meragukan perubahan positif yang telah dicapai.
Ada kalanya orang juga memiliki ekspektasi kelewat besar terhadap hipnoterapi. Dengan sekali terapi langsung semua masalah teratasi, seperti ajian sapu jagat atau obat dewa. Mereka lalu menganggap hasil terapi tidak sesuai harapan.