In Memoriam Romo Kees Bertens MSC: 69 Tahun sebagai MSC dan 64 Tahun Setia sebagai Imam (6)

0
90 views
RIP Romo Kees Bertens MSC (1936-2024)

ALMARHUM Pater Kees Bertens pertama kali menjalin kontak dengan Kongregasi MSC Provinsi Belanda di Tilburg tahun 1945, Saat itu, Kees remaja aktif menjadi seorang putera altar di salah satu susteran. Ia kemudian masuk Seminari Menengah 1948–1954.

Tahbisan imamat

Pada tanggal 4 September 1960 dan bersama enam teman lainnya, Kees muda menerima Sakramen Imamat dan ditahbiskan menjadi imam di Stein, Negeri Belanda.

Ia memilih motto tahbisan dari 1 Timotius 1: 12 “Aku bersyukur kepada Dia yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku”.

Salah seorang teman seangkatan yang kemudian juga menjadi misionaris MSC di Indonesia adalah almarhum Pastor Kees Bohm MSC yang lama bekerja di Ambon, Keuskupan Amboina, Maluku.

Tugas belajar filsafat di Leuven, Belgia

Setelah ditahbiskan imam, Pater Kees langsng mendapat tugas belajar fllsafat di Universitas Katolik Leuven, Belgia dan kemudian mengajar filsafat di beberapa Seminari MSC di Belanda selama dua tahun.

Pada tahun 1968 dan sesudah menyelesaikan studi lanjut S-3 di universitas yang sama dan berhasil meraih gelar Doktor Filsafat, Pater Kees kemudian diutus berkarya di Indonesia. Persisnya, ditugaskan menjadi seorang misionaris dengan tugas mengajar filsafat di Sekolah Tinggi Seminari Pineleng, Sulawesi Utara: sebagai dosen filsafat, yang kala itu membawa aroma ilmu yang segar. Selain sebagai tenaga pengajar, Pater Kees juga menjadi pembina para frater; khususnya para frater MSC di Skolastikat.

Pindah ke Jakarta

Pater Kees tidak hanya mendedikasikan ilmu yang dimilikinya bagi para calon imam, tetapi juga bagi masyarakat luas. Ia mengajar Filsafat Sistematis dan Sejarah Filsafat di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Sejak pindah ke Jakarta, ia melanjutkan dedikasinya di bidang ilmu pengetahuan; khususnya studi filsafat. Dan itu dilakukan di Sekolah Tinggi Driyarkara dan yang paling lama terjadi di Universitas Atma Jaya di mana beliau menjadi staf peneliti dan pemimpin Pusat Pengembangan Etika Unika Atma Jaya Jakarta.

Sebagai pendidik, Pater Kees selalu mengajak para mahasiswanya untuk berpikir, bertanya dan mencari terus-menerus semakin mendalam. Para mahasiswa dihantar untuk berpikir kritis, logis dan sistematis. Tidak sedikit mahasiswa binaannya yang telah menjadi orang-orang bermutu dan andal.

Pater Kees aktif menulis buku dan artikel sampai akhir hidupnya. Buku terakhir yang ditulisnya adalah Filsafat Kontemporer Selayang Pandang, terbitan Kanisius (2024). Tidak sedikit karya karya ilmiah bermutu berupa buku-buku serta artikel-artikel yang dihasilkan oleh beliau dan dimuat di pelbagai media.

Buku karyanya antara lain Sejarah Filsafat Yunani, Ringkasan Sejarah Filsafat, Etika, Psikoanalisis Sigmund Freud (2006) sebagai editor dan penerjemah, Aborsi sebagai Masalah Etika (2002), Perspektif Etika (2001), Perspektif Etika Baru, Pengantar Etika Bisnis (2000),
Membahas Kasus Etika Kedokteran (1996), Sketsa-sketsa Moral, Pengantar Etika Bisnis, Keprihatinan Moral, dan masih banyak lagi.

Penulis produktif

Beliau adalah seorang penulis produktif dan prolifik/mendalam.

“As a prolific philosopher who has penned numerous books on applied ethics, Bertens knows when to preach at the altar, and when to think and reflect on what to write. (Sebagai seorang filsuf produktif yang telah menulis banyak buku tentang etika terapan, Bertens tahu kapan harus berkhotbah di altar, dan kapan harus berpikir dan merenungkan apa yang harus ditulis.” – Jakarta Post, 24 Desember 2008.

Situs internet Wikipedia menyebut beliau sebagai seorang rohaniwan dan tokoh etika Indonesia.

Bukan seorang figur publik

Prof. Romo FX. Armada Riyanto CM menulis sebagai berikut.

“Romo Prof. Bertens barangkali bukan public figure. Kita jarang melihatnya tampil di layar televisi. Tetapi dia salah satu pionir utama pilar pilar institusi etika di universitas.

Pusat etika Atmajaya menjadi salah satu “mercusuar” perwujudannya. Semoga “mercusuar” itu tetap bernyala dan tetap guiding bagi kapal bangsa Indonesia.

HIDESI (Himpunan Dosen Dosen Etika Se-Indonesia) adalah buah persahabatan dan kolaborasinya yang indah dan tekun bersama banyak tokoh, seperti Romo Franz Magnis-Suseno, Alm. Romo Reksosusilo CM, Alm. Prof. Aloys Agus Nugroho, dan banyak sahabat.

Prof. Bertens memiliki ketekunan dan kedalaman dalam mengurai Sejarah Filsafat Barat dan Etika Bisnis. Dalam hal komprehensibilitas dan kedalaman, bukunya tentang Etika Bisnis (Etika Terapan); juga sejarah filsafat sulit dicari kembarannya (dalam bahasa Indonesia).

Seorang Filosof yang ramah, menyapa, berdialog, kolaboratif (saya tandem dengan beliau dalam mengajar Etika Bisnis di Pasca Widya Mandala untuk banyak tahun sampai Beliau tidak bisa lagi ke Surabaya), menumbuhkan, mencarikan scholarship dan menghubungkan murid muridnya dengan lembaga lembaga yang kelak bisa mengembangkan kapasitas dan karir filosofis mereka.”

RIP Romo Kees Bertens MSC (1936-2024), dosen filsafat dan penulis produkstif. (Dok MSC)

Bersedia asistensi parokial

Selain itu, sebagai seorang imam-ilmuwan, pengajar dan guru besar di bidang filsafat dan etika, khususnya Bioetika, Pater Kees suka membantu melayani Perayaan Ekaristi di paroki-paroki di mana ia berada. Pernah memberi asistensi parokial di Paroki Kristoforus Grogol di Jakarta Barat dan khususnya di Gereja St. Yohanes Penginjil Blok B, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dilakukannya selama berada di Jakarta. Pastor Kees merasa tidak pernah bekerja full-time di paroki. Ini menjadi suatu pengecualian dalam Tarekat MSC Provinsi Indonesia.

“Tidak pernah ada SK yang mengangkat saya sebagai pastor di salah satu paroki. Yang masih paling dekat dengan SK adalah surat dari Mgr. Verhoeven MSC yang pernah mengangkat saya sebagai pembantu bagi umat di Pulau Siau, Sulawesi Utara; waktu hari raya selama masa libur,” ujarnya.

Yayasan Samaritan

Hal lain yang juga patut dicatat adalah Pater Kees mempunyai cinta dan perhatian khusus terhadap orang-orang yang butuh perhatian melalui keterlibatannya dalam Yayasan Samaritan. Kepeduliaan khusus ditunjukkannya untuk pemberdayaan mahasiswa-mahasiswi yang berasal dari sebagian wilayah Indonesia timur, seperti Papua, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.

Beliau dengan setia memberikan bimbingan, pendampingan serta dukungan berupa beasiswa yang dicarinya dari sumber-sumber di Eropa; khususnya untuk para mahasiswa kedokteran.

Suatu kontribusi dari hati, yang nilainya tak terukur

Provinsi MSC Indonesia merasa sangat bersyukur atas kehadiran, terutama kesaksian hidup Pater Kees sebagai imam MSC dan panutan dalam pengembangan serta kecintaan akan ilmu pengetahuan. Juga atas kesaksian hidup Pater Kees sebagai imam MSC dan panutan dalam pengembangan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan, Provinsi MSC Indonesia menyampaikan banyak terimakasih.

Kami yakin bahwa apa yang telah Pater taburkan semasa hidup di dunia ini berguna bagi hidup banyak orang dan akan terus dikenang, sebagaimana Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yoh 12: 24).

Empat tahun belakangan kondisi kesehatannya mundur

Sekitar empat tahun belakangan ini,kondisi kesehatan Pater Kees mulai menurun dan mengharuskan beliau untuk mendapat perawatan medis. Dalam kondisi seperti itu, Pater Kees selalu berusaha untuk mandiri dan meyakinkan siapa saja bahwa ia baik-baik saja.

69 tahun sebagai MSC dan 64 tahun religius imam

Sehari sebelum meninggal, Pater Kees masih berharap bahwa dia akan kembali ke rumah sesuai keterangan dokter. Namun, persis pada hari di mana dia harus kembali ke rumah kediamannya, Tuhan memanggil kembali Pater Kees ke rumah kediaman abadi di RS. Carolus Jakarta, pada hari Jumat, 19 Juli 2024, pkl. 18.38 Wib, pada usia 88 tahun, 69 tahun sebagai MSC dan 64 tahun tetap setia sebagai imam.

Pater Kees, selamat jalan, selamat berjumpa dengan Tuhan yang Pater rindukan selama hidupmu. Masuklah ke keabadian bersatu dengan Sang Sumber Kebaikan, Keindahan, dan Kebenaran, “Sang Ada” itu sendiri.

Terimakasih atas pengabdian dan teladan kesetiaan dalam hidup sebagai imam MSC dan ilmuwan.

Sumber: Arsip Provinsialat MSC Jakarta dan Sambutan Pastor Johanis Mangkey MSC pada Pesta 50 Tahun Imamat Pater Kees Bertens MSC.

Baca juga: In memoriam Romo Kees Bertens MSC, Riwayat hidup dan Tugas Kerasulan [5]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here