KUNJUNGAN apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024 nanti membawa misi dialog dan perdamaian. Itulah misi sentral Gereja Katolik Dunia dan itu akan disampaikan kepada bangsa Indonesia.
Hal itu sampaikan Presiden Nostra Aetate Foundation Dicastery Interreligious Dialogue, Vatican Desk Asia-Paciific Romo Markus Solo Kewuta SVD. Gagasan ini muncul dalam acara diskusi publik yang diselenggarakan Lafadz Nusantara Center, Sabtu 20 Juli 2024 di Megantara Edupark Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Misi sentral Gereja Semesta
“Paus Fransiskus ini datang ke Indonesia bukan hanya untuk Gereja Katolik tapi untuk bangsa Indonesia. Misi yang akan dibawa oleh Paus Fransiskus adalah dialog yang merupakan misi sentral Gereja. Karena bagaimana pun di Indonesia ini yang namanya dialog lintas agama ini sudah menjadi bagian dari lifestyle dan itu sudah menjadi bagian keseharian kita,” Kata Romo Markus Solo SVD melalui zoom.
Pastor Indonesia di Kuria Vatikan bidang Dialog Antar Agama yang akrab dengan sebutan Padre Marco berpandangan terdapat tiga misi yang akan disuarakan Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia.
Tiga ensiklik
Tiga ensiklik tentang misi sentral Gereja Katolik yang akan disuarakan adalah Lumen Fidei (Cahaya Iman), Laudato Si’, dan Fratelli Tutti (Persaudaraan Universal).
“Saya ingin memaknai kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini dalam tiga ensiklik. Lumen Fidei (Cahaya Iman) sebagai pendekatan adalah hal mendasar dalam membangun dialog,” katanya.
“Ensiklik kedua adalah Laodato Si’ (Terpujilah Engkau Tuhanku). Paus Fransiskus ingin mengangkat tanggungjawab kita bersama sebagai umat beragama yang berbeda-beda ini bahwa lingkungan hidup adalah tanggungjawab kita bersama.
Paus Fransiskus menyebut bumi ini adalah rumah kita semua. Jadi dalam ensiklik ini, Paus ingin mengajak kita semua membangun aliansi moral,” kata Romo Markus Solo SVD.
“Ensiklik ketiga adalah Fratelli Tutti yakni tentang persahabatan sosial dan Dokumen Human Fraternity. Di sini Paus Fransiskus menekankan bahwa seharusnya seluruh umat manusia ini bersatu. Karena kita semua ini adalah bagian dari kesatuan umat manusia global. Agama kita boleh berbeda, tapi kemanusiaan kita tetap satu,” imbuhnya.
“Nah dialog ini bisa dilakukan banyak hal. Baik itu dialog kehidupan, dialog kolaborasi, dialog kerjasama atau pun dialog refleksi. Nah untuk memajukan dialog ke arah yang lebih positif,maka ada dua hal yang harus dilakukan yakni semangat mau saling menghormati dan persahabatan,” tandas Padre Marco.
Diskusi publik yang diselenggarakan Lafadz Nusantara Center (LNC) ini dihadiri enam narasumber. Mereka adalah:
- Presiden Nostra Aetate Foundation Dicastery Interreligious Dialogue, Vatican: Padre Marco.
- Duta Besar RI untuk Takhta Suci Vatikan: Micheal Trias Kuncahyono.
- Ketua IRRIKA 2017-2018: Romo Leo Mali Pr dari Keuskupan Agung Kupang.
- Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI: Romo Agustinus Heri Wibowo pR.
- Akademisi Nahdhatul Ulama: Kiai Taufik Damas.
- Direktur Program Ma’arif Institute: Shofan.