Minggu 18 Agustus 2024 – Hari Raya St. Perawan Maria Diangkat ke Surga
Why. 11:19a; 12:1,3-6a,10ab; Mzm. 45:10c-12,16;
1Kor. 15:20-26;
Luk. 1:39-56
KITA merayakan kemuliaan Maria yang diangkat ke surga. Perayaan ini mengingatkan kita akan akhir dari perjalanan hidup Maria di bumi dan pengangkatannya ke dalam kemuliaan ilahi.
Perayaaan Ini adalah perayaan keyakinan bahwa Maria, karena iman dan kerendahan hatinya, diangkat ke surga dan diterima dalam kehadiran Allah.
Kemuliaan Maria diterima setelah Maria menjadi ibu dan murid Yesus. Tidak ada jalan yang paling aman, singkat dan tepat kecuali mengikuti teladan Maria, hidup dengan iman yang kuat, kerendahan hati, dan kasih yang tulus kepada sesama.
“Ibumu memuliakan dirinya melalui semua kebaikan selama hidupnya,” kata seorang bapak kepada anaknya.
“Melihat para pelayat yang begitu banyak, dan mereka bukan saja datang ke rumah ini, tetapi juga sebagian besar menghantar ke makam menjadi bukti bahwa ibumu dicintai, dihargai banyak orang.
Itu semua tidak terlepas dari sikap dan perilaku ibumu selama hidup. Dia “enthengan” rajin menolong dan ramah dengan semua orang. Dengan kepadaian memasaknya ibumu selalu siap membantu orang yang punya “gawe” tanpa minta imbalan apa pun.
Ibumu sudah menuai apa yang dia tabur, kebaikan dan ketulusan yang dia berikan kepada sesama menarik orang untuk memberikan doa dan penghormatan bagi ibumu, “ujar bapak itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”
Maria menyanyikan pujian dalam Magnificat, sebuah doa pujian yang mencerminkan kedalaman iman dan pengertian spiritualnya.
Dalam pujiannya, Maria tidak hanya memuji Tuhan untuk kebaikan-Nya yang besar, tetapi juga mengungkapkan rasa syukurnya atas rendah hati dan kerendahan hati yang dijadikan alat untuk pekerjaan Allah. Dia mengakui bahwa Tuhan telah memperhatikan “hamba-Nya yang hina” dan bahwa generasi-generasi akan menyebutnya diberkati.
Maria menunjukkan kepada kita arti sejati dari iman yang tulus. Dalam menghadapi situasi yang tidak biasa dan penuh tantangan, dia tidak hanya percaya, tetapi juga bersyukur dan memuji Tuhan.
Maria mengajarkan kita tentang kerendahan hati. Meskipun dia dipilih untuk peran yang luar biasa sebagai Bunda Tuhan, dia tidak membanggakan diri. Sebaliknya, dia merendahkan diri dan memuji Tuhan atas segala sesuatu yang telah Dia lakukan melalui dirinya.
Dalam hidup kita, kita juga dipanggil untuk hidup dengan kerendahan hati, menyadari bahwa segala sesuatu yang baik datang dari Tuhan.
Mari kita juga menaruh harapan dan keyakinan bahwa, sebagaimana Maria diangkat ke surga, kita juga akan mengalami kehadiran dan kemuliaan Tuhan dalam hidup kita, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku rendah hati dan tidak memegahkan diri atas semua karya dan pelayanan yang boleh saya persembahan kepada Tuhan?