Rabu. Perayaan Wajib Santo Paus Pius X (P)
- Yeh. 34:1-11
- Mzm. 23:1-3a.3b-4.5.6
- Mat. 20:1-16a
Lectio (Mat. 20:1-16a)
Meditatio-Exegese
Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya
Budaya Sumeria dan Mesir melukiskan peran pemimpin dan dewa seperti gembala. Dalam tradisi alkitab, citra gembala dikenakan pada raja (1Raj. 22:17), mungkin karena Daud menggembalakan domba ayahnya (1Sam. 17:34; Mzm. 78:70-72). Allah juga dilukiskan sebagai Gembala yang baik (Mzm. 23:1-6; 80:2-3).
Nabi Yehezkiel memandang masa pembuangan, abad 7 hingga 6 sebelum Masehi, merupakan penghukuman dari Allah atas umat Yahuda. Penghancuran Yerusalem dan permulaan pembuangan dikisahkan dalam 2Raj. 24-25, yang didahului dengan kisah penaklukan dan pembuangan kerajaan utara karena penyembahan berhala dalam 2Raj. 17:7-23.
Kerajaan selatan, Yehuda, dihukum karena para raja, keluarga istana dan pemimpin umat melakukan ketidakadilan. Mereka tidak hanya gagal dalam menjalin relasi dengan Allah, tetapi juga tidak mau bertanggung jawab atas kesejahteraan umat.
Pembuangan ke Babel melucuti seluruh kekuasaan dan memaksa setiap pembesar kerajaan dan pemuka umat tenggelam dalam ketidak berdayaan. Mereka harus hidup sebagai buangan dan bukan siapa-siapa.
Inilah daftar dosa para gembala karena perilaku kejam dan abai pada keadilan. Mereka merampas susu, bulu, daging, perawatan, pembiaran atas yang hilang, kekerasan dan kekejaman (Yeh. 34:3-4).
Miris hati menyaksikan keadaan para domba, seperti dilukiskan nabi, “Mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan.
Domba-domba-Ku berserak dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-domba-Ku berserak, tanpa seorang pun yang memperhatikan atau yang mencarinya.” (Yeh. 34:5-6).
Menyaksikan kesengsaraan umat-Nya, Allah, yang penuh belas kasih, menggantikan para gembala palsu dan jahat. Ia sendiri memperhatikan dan mencari tiap domba untuk dilepaskan dari penjahat (Yeh. 34:10) dan digembalakan-Nya sendiri.
Sabda-Nya (Yeh. 34:11), “Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya.”, Ecce ego ipse requiram oves meas et visitabo eas.
Seorang pemilik kebun anggur keluar, mencari orang untuk bekerja di kebun anggurnya
Yesus menjelaskan lebih lanjut maksud sabda-Nya, “Banyak orang yang sekarang ini pertama akan menjadi yang terakhir dan yang sekarang ini terakhir akan menjadi yang pertama.” (Mat. 19:30). Sabda itu juga diulang pada Mat. 20:16, sehingga perikop ini merupakan menjadi kisah berbingkai.
Dalam perumpamaan ini, disingkapkan kemurahan hati dan kebaikan hati pemilik kebun anggur, οικοδεσποτη, oikodespote. Sang pemilik melihat kenyataan yang saling bertentangan: kebun anggurnya menghasilkan panen berkelimpahan.
Sedangkan di luar kebun, ada begitu banyak penganggur, laki-laki dan perempuan. Bila tidak bekerja, pasti mereka tidak mendapatkan upah. Dampaknya: tidak ada makanan di meja untuk seluruh keluarga.
Lima kali sang pemilik keluar rumah untuk mencari pekerja. Sesuai kesepakatan/kontrak ia mempekerjakan orang pada pagi hari, pukul sembilan, pukul dua belas, pukul tiga dan, terakhir, pukul lima, sesuai jam kerja orang Yahudi saat itu.
Semuanya sepakat dengan besarnya upah: satu uang perak sehari. Upah dibayarkan sebelum matahari terbenam, sesuai peraturan dalam Ul. 24:14-15.
Saat menjelang matahari terbenam, ketika pembayaran dilakukan, timbullah ketidakpuasan di pihak pekerja. Pekerja yang dipekerjakan dari pagi hari menuntut bayaran lebih, karena waktu kerjanya lebih lama dibandingkan dengan pekerja yang datang pada pukul lima.
Kata mereka, “Pekerja-pekerja yang datang terakhir itu cuma bekerja satu jam. Sedangkan kami bekerja seharian di bawah panas terik matahari, namun Tuan membayar mereka sama dengan kami.”
Keluhan ini sama dengan keluhan si sulung dalam perumpamaan tentang Anak Yang Hilang dalam Luk. 15:11-32, yang juga melambangkan bangsa Israel pada Perjanjian Lama (Kel. 4:22). Si pekerja lupa bahwa ia dan pemilik kebun anggur telah membuat kesepakatan upah.
Protes yang dilayangkannya lebih didasari oleh sikap iri hati atau dursila, karena ketidakmampuan untuk bermurah hati (Ul. 15:9). Kain membunuh adiknya, Habel, karena iri hati (Kej. 4:3-8).
Alasan ini juga dipakai para pemimpin agama membunuh Yesus (Mat. 27:18). Alasan ini juga menghambat orang Yahudi kolot menerima bangsa lain masuk dalam Perjanjian Baru (bdk. Kis. 15:1; 21:18-22).
Pemilik, kebun anggur, upah, pekerja, pasar, waktu, mandur, panen
Perumpamaan ini menyingkapkan bahwa pemilik kebun anggur adalah Allah. Ia tidak hanya membuka pintu kebun anggur-Nya, Kerajaan Surga, tetapi juga pergi ke luar rumah, mencari pekerja. Ia mendatangi para pekerja, pria dan wanita, yang berasal dari pelbagai tempat di dunia, pasar, untuk masuk dan bekerja di kebun anggur-Nya.
Ia menawari upah, jaminan keselamatan untuk hidup, sehingga mampu ambil bagian dalam pengelolaan kebun-Nya. Setelah selesai bekerja para pekerja mengadakan perhitungan upah dengan mandur, Yesus Kristus. Dialah yang memberi upah, keselamatan, untuk jaminan hidup si pekerja dan keluarganya.
Waktu dan saat, chronos dan kairos, terus bergerak. Keduanya merupakan masa sejarah keselamatan yang selalu menawarkan peluang untuk perubahan. Tiap orang diharapkan mengubah iri hati, benci, dengki dan dursila menjadi murah hati, berbelas kasih dan mengampuni, agar layak menyongsong hari penghakiman.
Yang terakhir akan menjadi yang pertama dan yang pertama menjadi yang terakhir
Kata ‘pertama’ dan ‘terakhir’ dipermainkan. Orang pertama menerima panggilan Allah dan menjadi pekerja-Nya untuk keselamatan.
Tetapi para pekerja dituntut untuk memiliki disposisi atau sikap batin yang tepat, yakni: terus-menerus setia pada Mandur, Yesus Kristus, dan Allah.
Bercermin dari sikap batin pekerja pertama, setiap pekerja tidak diijinkan berbalik menentang pemilik kebun anggur. Maka, setia pada Mandur sama dengan taat melakukan tugas pengutusan dari-Nya.
Sikap batin ini menggemakan sabda-Nya (Mat. 12:50), ”Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”, quicumque enim fecerit voluntatem Patris mei qui in caelis est ipse meus et frater et soror et mater est.
Bila setia pada Mandur, para pekerja diangkat sebagai saudara-Nya laki-laki dan perempuan, bahkan ibu-Nya. Bagi mereka telah dibukakan-Nya pintu Kerajaan Surga pada saat pembaptisan-Nya (Mat 3:16).
Mereka akan selalu menjadi yang pertama (Mat 20:16), ”Begitu juga orang-orang yang terakhir akan menjadi yang pertama, dan orang-orang yang pertama akan menjadi yang terakhir.”, Sic erunt novissimi primi, et primi novissimi.
Santo Paulus mengingatkan, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” (Kol 3:23-24).
Katekese
Tuhan merawat kita seperti merawat kebun anggur. Santo Agustinus dari Hippo, 354-430:
“Kamu telah mendengar dari Injil tentang perumpamaan yang sesuai untuk jaman kita sekarang ini, tentang pekerja di kebun anggur. Karena sekarang ini adalah masa panen tidak hanya untuk hal duniawi, tetapi juga masa panen hal rohani. Pada masa inilah Allah bersuka cita atas buah yang dihasilkan di kebun anggur-Nya.
Ketika kita merawat Allah, Allah juga merawat kita. Tetapi kita tidak merawat Allah sebagaimana mestinya dan mengupayakan Ia lebih bersuka cita. Perawatan yang kita lakukan adalah pekerjaan hati, bukan pekerjaan kedua tangan kita.
Ia mempekerjakan sebagai pekerja untuk mengolah kebun-Nya. Di situlah Ia merawat kita; Ia membuat kita menjadi lebih bersuka cita; karena demikianlah dilakukan pekerja untuk mengusahakan kebunnya lebih subur dengan mengolahnya sebaik mungkin. Dan buah yang Ia cari dalam diri kita adalah Dia, yang kita rawat.
Perawatan yang Ia lakukan pada kita adalah bahwa Ia tidak berhenti mencabut benih kejahatan dalam hati kita agar Sabda-Nya terus berakar kuat. Dan Kita harus membuka hati seperti mencangkul dengan SabdaNya untuk menanam benih kebenaran-Nya, dan menanti buah keutamaan masak.
Karena ketika kita menerima pemeliharaan dalam hati kita, seperti merawat Diri-Nya, kita bukan tidak bersyukur pada Pemilik kebun anggur, tetapi kita menyerahkan buah yang membuat-Nya bersuka cita.
Dan buah yang berikan tidak pernah membuat-Nya semakin kaya, tetapi membuat kita semakin bahagia.” (Sermon XXXVII.1).
Oratio-Missio
Tuhan, penuhilah hatiku dengan Roh Kudus, agar aku mengabdi-Mu dengan penuh sukacita dan melayani sesama dengan riang dan murah hati. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan menggembalakan kawanan atau merawat kebun anggur-Nya dengan benar?
Sic erunt novissimi primi, et primi novissimi – Matthaeum 20:16