Keraguan Natanael

0
24 views
Santo Bartholomeus. (Wiki)

Sabtu 24 Agustus 2024.

Why. 21:9b-14;
Mzm. 145:10-11,12-13ab,17-18; Yoh. 1:45-51

ADA saatnya kita diremehkan atau diragukan oleh orang lain. Meski pahit, diremehkan atau diragukan memang bagian dari kehidupan.

Dalam lingkungan apa pun, apakah di lingkungan pekerjaan maupun Gereja dan yang lainnya, akan selalu ada orang yang lebih suka melihat kita gagal daripada berhasil.

Akan ada orang-orang yang menilai dirinya lebih tinggi daripada yang lain. Akan ada orang-orang yang senang menilai orang lain hanya dari penampilan luar.

“Kalau saya menuruti perasaan, rasanya ingin berhenti menjadi petugas liturgi di gereja,” kata seorang ibu.

“Beberapa kali saya dipermalukan di grup karena saya salah membaca waktu menjadi lektor. Saya sudah minta maaf namun respon negatif tetap saya terima.

Tidak ada orang yang sengaja berbuat salah waktu bertugas, namun jika kesalahan itu terjadi sungguh itu memang diluar kemampuan saya. Namun tidak semua orang bisa memahami hal ini. Mereka menuduhku sombong, tidak mau mempersiapkan diri.

Pengalaman diremehkan itulah yang mengajarkan saya bahwa kesuksesan sering kali datang setelah melewati masa-masa sulit dan menghadapi penghinaan. Hanya dengan ketekunan, keberanian untuk terus berusaha, dan keyakinan pada diri sendiri dapat membalikkan prediksi dan mencapai pencapaian yang mengesankan,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.”

Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”

Keraguan Natanael adalah respons yang umum ketika kita menghadapi sesuatu atau seseorang yang tidak sesuai dengan harapan kita. Nazaret, kota kecil yang dianggap tidak signifikan, tidak tampak sebagai tempat yang layak untuk melahirkan seorang Mesias.

Keraguan Natanael mengingatkan kita bahwa sering kali kita juga mungkin meragukan hal-hal yang tampaknya kecil atau tidak penting dalam kehidupan kita. Namun, Yesus menunjukkan bahwa keraguan dan ukuran fisik atau status bukanlah ukuran untuk potensi dan karya Tuhan.

Meremehkan seperti yang dilakukan Natanael adalah sikap yang dapat menghambat kita untuk melihat dan mengalami kebaikan dan karya Tuhan.

Yesus datang dari latar belakang yang sederhana, tetapi melalui Dia, Tuhan membawa keajaiban dan keselamatan bagi umat manusia.

Sikap meremehkan mengabaikan fakta bahwa Tuhan sering bekerja melalui cara-cara yang tidak kita duga dan melalui orang-orang yang tampaknya tidak penting.

Filipus, meskipun menghadapi keraguan Natanael, tidak membiarkan skeptisisme menghalanginya. Dia mengundang Natanael untuk datang dan melihat sendiri. Ini adalah ajakan untuk mengalami secara pribadi dan membuktikan kebenaran yang dinyatakan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku juga sering meragukan atau meremehkan potensi seseorang hanya karena penampilan atau latar belakangnya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here