Membangun Hubungan Autentik, Fondasi bagi Perkembangan Pribadi

3
49 views

HUBUNGAN antara individu, baik dalam konteks pendidikan, bimbingan, maupun hubungan personal, memiliki potensi signifikan untuk mendorong perkembangan pribadi yang konstruktif. Interaksi antar individu ini dapat menjadi katalisator dalam mengungkap potensi tersembunyi. Juga bisa memperkuat karakter, dan memupuk keterampilan sosial.

Namun, tidak semua hubungan memiliki dampak positif yang sama.

Beberapa hubungan dapat menghambat atau bahkan merusak perkembangan pribadi. Terutama jika didasari oleh motif-motif yang tidak sehat atau praktik-praktik komunikasi yang merugikan. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi elemen-elemen yang membentuk suatu hubungan dan mempertimbangkan bagaimana setiap interaksi dapat mempengaruhi pertumbuhan individu secara keseluruhan.

Ilustrasi – Belarasa. (Ist)

Tiga elemen kunci dalam hubungan

Carl R. Rogers (1961) menyoroti pentingnya tiga elemen kunci yang harus ada dalam setiap hubungan yang bertujuan mendukung perkembangan pribadi, yaitu keaslian, penerimaan, dan empati.

Elemen pertama keaslian yang mengacu pada kemampuan individu untuk menjadi diri mereka sendiri tanpa harus menyembunyikan perasaan atau pikiran mereka sebenarnya. Dalam analisis Rogers (1961) keaslian adalah elemen pertama dan paling fundamental dalam membangun hubungan bermakna.

Ilustrasi: Lepaskanlah topengmu.

Keaslian berarti bahwa individu dalam hubungan tersebut tidak hanya menampilkan sikap yang ada di permukaan. Tetapi juga menunjukkan perasaan dan sikap sejati yang mereka miliki.

Dalam konteks bimbingan, misalnya, seorang pembimbing autentik adalah yang mampu mengakui dan mengekspresikan perasaan serta sikapnya, meskipun perasaan tersebut tidak selalu nyaman atau positif. Keaslian menciptakan lingkungan di mana realitas hubungan tersebut dapat terwujud, dan ini merupakan kondisi awal yang sangat penting.

Ketika seseorang bersikap autentik, dia membuka jalan bagi individu lain untuk juga mengeksplorasi dan mengenali realitas dalam dirinya sendiri. Proses ini tidak hanya menciptakan keterbukaan, tetapi juga menegaskan pentingnya kejujuran emosional dalam interaksi antar individu.

Meskipun keaslian mungkin tidak selalu menghasilkan hubungan mudah atau nyaman, kejujuran demikian memungkinkan kedua pihak terlibat dalam pertumbuhan pribadi yang lebih mendalam dan bermakna.

Elemen kedua yang krusial dalam hubungan yang mendukung perkembangan pribadi adalah penerimaan.

Menurut Rogers (1961), penerimaan mencakup pengakuan dan penghargaan terhadap keberadaan individu lain tanpa syarat, tanpa memaksakan standar-standar eksternal.

Ilustrasi: Terbuka pada hal-hal baru. (Ist)

Sementara itu, yang ketiga: empati melibatkan kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dialami orang lain, menciptakan ikatan emosional yang kuat dan mendalam.

Penerimaan di sini tidak hanya berarti menerima individu lain apa adanya. Tetapi juga mencakup penerimaan terhadap setiap fluktuasi perasaan dan sikap yang mungkin dimiliki oleh individu tersebut. Penerimaan ini menciptakan hubungan yang hangat dan aman, di mana individu merasa dihargai dan diakui sebagai pribadi bernilai.

Dalam sebuah hubungan yang penuh penerimaan, individu bebas mengekspresikan perasaannya tanpa takut dihakimi atau dievaluasi. Hal ini penting karena rasa aman yang tercipta dari penerimaan tersebut memungkinkan individu lebih terbuka dan jujur dalam eksplorasi dirinya sendiri.

Mereka merasa didukung untuk mengeksplorasi bahkan bagian-bagian yang paling tersembunyi atau menakutkan dari pengalaman mereka.

Ilustrasi: Ulurkan tangan dan bantuan. (Ist)

Tentang empati

Empati adalah elemen ketiga dalam hubungan yang mendukung perkembangan pribadi. Empati mendalam berdasarkan kajian Rogers (1961) berarti memahami perasaan dan pikiran individu lain seperti yang dirasakannya.

  • Tanpa empati, penerimaan menjadi dangkal.
  • Empati memungkinkan seorang individu melihat dunia melalui mata orang lain, yang pada gilirannya memungkinkan mereka merasakan kebebasan dalam mengungkapkan diri secara penuh.
  • Empati juga membebaskan individu dari evaluasi moral atau diagnostik yang sering kali menjadi ancaman dalam proses pengenalan diri.

Guru harus punya empati

Dalam konteks pendidikan, misalnya, seorang guru yang mampu menunjukkan empati mendalam dapat membantu siswa merasa nyaman dalam mengungkapkan kekhawatiran atau ketakutan mereka. Karenanya, kondisi itu kemudian membuka jalan bagi pertumbuhan akademis dan pribadi.

Ketiga elemen ini tidak hanya membantu dalam membangun kepercayaan dan rasa aman. Tetapi juga mendorong individu untuk berkembang secara optimal dalam lingkungan yang mendukung, sehingga mereka dapat mencapai potensi penuh mereka.

Ilustrasi: Siau Ing menjadi guru SD tengah mengajar murid di wilayah pedalaman Kabupaten Ketapang, Kalbar. (Siau Ing)

Keaslian, penerimaan, dan empati merupakan fondasi utama bagi hubungan yang dapat mendukung perkembangan pribadi yang konstruktif. Meskipun tidak selalu mudah mencapai ketiga elemen ini dalam setiap hubungan, penting bagi kita untuk terus berupaya mencapainya.

Ketika ketiga elemen ini hadir, hubungan tersebut tidak hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga menjadi alat yang kuat bagi perubahan dan pengembangan pribadi secara mendalam.

Dalam dunia yang semakin terhubung dan kompleks ini, kemampuan membangun hubungan autentik, menerima, dan empatik menjadi semakin penting.

Hal ini tidak hanya relevan dalam konteks individu, tetapi juga dalam konteks sosial lebih luas, di mana hubungan yang sehat dan mendukung dapat menjadi dasar bagi masyarakat yang lebih beradab dan penuh kasih.

3 COMMENTS

  1. Trimakasih Romo
    Ulasan ini menguatkan kami dlm menjalin relasi terlebih relasi dengan siswa yg dipercayakan untuk berproses bersama di Strada khususnya M1

  2. betul sekali Romo…elemen ke tiga itu sangat penting karena di dalamnya pasti ada hati yg bekerja.Kalau guru tdk punya hati utk anak bgm dia bisa berempati?ngajar pun jd “asal mengajar”

  3. Terima kasih Romo catatan yang sangat menginspirasi dalam membangun relasi yang autentik yang didasari ketiga elemen tersebut yang semua itu merupakan satu kesatuan yang tak boleh diabaikan. Pembentukan kepribadian Kristiani tidak bisa terlepas dari relasi pribadi yang murni kepada Tuhan yang diwujudnyatakan dalam relasinya dengan sesama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here