Kamis, 5 September 2024
1Kor 3:18-23;
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6;
Luk 5:1-11
SERING kali kita mengalami situasi di mana segala usaha kita seakan sia-sia dan hasil yang kita harapkan tidak kunjung datang. Dalam momen-momen seperti itu, kita mungkin merasa putus asa atau ragu.
“Saya merasa sangat lelah menghadapi sikap anakku yang plin-plan, hingga puncaknya ingin berhenti dari studinya,” kata seorang bapak.
“Kalau menuturi amarah dan kecewa, saya akan lepaskan anakku dan membiarkan saja dia, namun hati ini tidak bisa. Saya sangat kuatir akan masa depannya.
Namun sebaliknya dia sama sekali tidak mau tahu, dia menyalahkan saya dan isteriku, yang seakan memaksanya mengambil fakultas yang dia tidak minati.
Padahal semua sudah dibicarakan dari awal dan dia sanggup untuk kuliah di fakultas tersebut. Namun kemudian dia tidak mau dan ingin berhenti dan pindah ke jurusan lain.
Dalam situasi seperti ini, saya hanya bisa berdoa, menyerahkan pilihan dan masa depan anakku pada Tuhan. Meski saya kecewa tapi saya tidak akan meninggalkan dia.
Saya ingat apa yang katakan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, “Kasih itu sabar.” Maka saya mencoba untuk sabar dan menemani dan membimbing anakku,” ujarnya.
Kisah tentang Simon Petrus yang menuruti perintah Tuhan setelah semalam-malaman tidak menemukan apa-apa waktu menangkap ikan, memberikan pelajaran penting tentang ketaatan dan kepercayaan kepada perintah Tuhan, bahkan ketika hasil yang kita inginkan belum terlihat.
Meskipun Petrus mungkin merasa bahwa perintah Yesus untuk menebarkan jala lagi adalah sia-sia, ia tetap taat dan mengikuti perintah tersebut dengan kata-kata, “Karena Engkau yang mengatakan demikian, aku akan menebarkan jalaku.”
Ketaatan Petrus di tengah ketidakberhasilan adalah contoh ketulusan iman. Ketika kita berada dalam situasi serupa, kita juga dipanggil untuk taat pada perintah Tuhan meskipun tampaknya tidak ada hasil yang menjanjikan. Ketaatan kita tidak hanya tentang hasil yang terlihat, tetapi tentang kepercayaan dan pengabdian kita kepada Tuhan.
Ketika Petrus dan teman-temannya taat, mereka mengalami mukjizat besar: jala mereka penuh dengan ikan sehingga hampir koyak. Peristiwa ini menunjukkan bahwa ketaatan kepada Tuhan sering kali membawa hasil yang melimpah dan melebihi apa yang kita harapkan.
Ketaatan yang tulus di tengah ketidakberhasilan adalah bentuk iman yang menyenangkan hati Tuhan, dan seringkali, Tuhan mengaruniai ketaatan tersebut dengan berkat yang luar biasa.
Dalam setiap ketidakberhasilan dan keputusasaan, ingatlah untuk mengikuti perintah Tuhan dengan iman. Ketaatan kita, meskipun tampak tidak berbuah pada awalnya, akan mendatangkan berkat dan transformasi dalam hidup kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mencari dan mendengarkan suara pada saat dalam keterpurukan?