Jumat, 13 September 2024
1Kor 9:16-19.22b-27;
Mzm 84:3.4.5-6.12;
Luk 6:39-42;
TIDAK sedikit orang yang tidak memiliki kesadaran diri, nasihat bijak sering kali disampaikan, namun tidak dihidupi. Bahkan jika diberi nasihat pun diabaikan atau tidak dihiraukan. Mereka lebih cepat menilai orang lain daripada introspeksi diri atas segala permasalahan yang dihadapi.
Orang-orang seperti ini cenderung tidak menyadari kekurangan atau kesalahan yang mereka lakukan, dan terus melakukan tindakan yang merugikan dirinya sendiri atau orang lain dengan menyalahkan pihak lain.
Seseorang yang tidak memiliki kesadaran diri perlu diingatkan mengenai pentingnya introspeksi. Melalui introspeksi, seseorang dapat memahami kelebihan dan kelemahannya, serta mengenal dirinya dengan lebih baik.
“Temenku itu antik sikapnya, semua orang harus mengikuti selera dia, kemauan dia,” kata seorang sahabat.
“Jika kami tidak mengikuti kemauan dia, dia akan marah dan ngambek. Kami bisa saja meninggalkan dia, dan tidak berteman dengannya, namun ada rasa kasihan dengannya.
Sudah beberapa kali, diajak bicara tentang sikapnya yang suka menang sendiri, menyalahkan orang lain, namun sepertinya dia sulit berubah.
Hingga banyak di antara kami, yang menghindari dia, bahkan membuat grup WA baru, tanpa menyertakan dia,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat?”
Yesus mengajarkan bahwa tindakan menghakimi sesama, tidak dibenarkan oleh Allah.
Oleh karena itu, Yesus berseru, “Jangan menghakimi, ” dan “Jangan menghukum,” Yesus mengibaratkan tindakan menghakimi sesama itu seperti seorang buta yang menuntun orang buta. Kita tentu sudah tahu hasilnya. Keduanya pasti akan sama-sama jatuh ke dalam jurang.
Bagi Yesus, tindakan menghakimi hampir sama dengan orang yang selalu merasa benar. Oleh karena itu, Dia juga menegur mereka yang melihat orang lain lebih bersalah dibandingkan dirinya sendiri.
Manusia selalu cenderung merasa dirinya paling benar. Akibatnya, ketika manusia menghakimi sesamanya, dia akan selalu merasa lebih suci. Inilah kemunafikan yang ditegur oleh Yesus.
Yesus mengkritik sikap suka mengkritik orang lain tanpa terlebih dahulu melihat kelemahan kita sendiri.
Sebelum kita bisa membantu orang lain, kita harus berani melihat dan mengatasi kekurangan kita sendiri. Dalam proses ini, kita dituntut untuk bersikap rendah hati dan penuh belas kasih.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku telah bersikap adil dan rendah hati dalam penilaianku terhadap orang lain?