Home BERITA Spiritualitas Pelayanan Sejati

Spiritualitas Pelayanan Sejati

0
1 views
Pelayanan atau kehormatan?

DALAM perjalanan-Nya ke Yerusalem, Yesus mengungkapkan bahwa Dia akan menderita sengsara, wafat, dan bangkit. Dua kali Dia mengatakan hal itu. Meski demikian, para murid yang telah lama mengikuti-Nya tidak memahami perkataan-Nya itu (Markus 9:32).

Mereka bukannya bertanya, tetapi malah mempertengkarkan tentang siapa yang terbesar di antara mereka (Markus 9:34). Yesus mengetahui mentalitas mereka itu dan bersabda, “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya.” (Markus 9:35).

Dengan itu, Yesus mengajarkan tentang spiritualitas pelayanan yang sejati. Ajaran ini bertentangan dengan mentalitas para murid Yesus. Kita juga seperti mereka, ingin menjadi yang terbesar, terpenting, terkaya, dan terkuat di antara yang lain.

Mentalitas ini melahirkan persaingan yang sering diwarnai dengan iri hati dan mementingkan diri sendiri (Yakobus 3:16). Itulah sumber kekacauan dan segala macam kejahatan, kata Santo Yakobus. Tidak ada hikmat yang berasal dari Allah di sana.

Tuhan Yesus, hikmat dari Allah yang menjadi manusia mengutamakan kepentingan sesama di atas kepentingan diri-Nya. Dia rela wafat di kayu salib untuk keselamatan umat manusia. Dia mewujudkan spiritualitas pelayanan sejati dalam diri-Nya.

Teladan itu menantang mentalitas manusia yang mengutamakan kompetisi di atas pelayanan. Kompetisi tidak sehat memisahkan orang, sedang pelayanan menyatukan. Karena mewujudkan spiritualitas pelayanan sejati itu tidak mudah, orang memerlukan bukti.

Paus Fransiskus berkata, “Dunia mengatakan kepada kita untuk mencari kesuksesan, kekuasaan, dan uang; Allah mengatakan kepada kita untuk mencari kerendahan hati, pelayanan, dan kasih.” Beliau mewujudkan hal itu dalam hidupnya.

Lawatan beliau ke Asia dan Oceania memukau begitu banyak orang. Bukan hanya orang Katolik yang terkesan kepadanya, tetapi juga yang tidak Katolik. Pribadinya mengesankan, karena kesederhanaan, kerendahan hati, dan spiritualitas pelayanannya.

Apabila orang menghayati spiritualitas pelayanan sejati ini di dalam keluarga, sekolah, komunitas gereja, negara, dan dunia, niscaya hidup bersama mengalami kedamaian. Bersediakah kita menghayati spiritualitas pelayanan itu?

Minggu, 22 September 2024
HWDSF

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here