SALAH satu indikasi bahwa seseorang beragama ialah bahwa dia berdoa. Ada dua cara berdoa, yakni doa bersama dan doa pribadi. Keduanya saling melengkapi.
Doa pribadi yang berkualitas membuat doa bersama lebih berbobot. Sedang berdoa bersama menguatkan iman yang menopang doa pribadi.
Injil hari ini (Lukas 9:18-22) menceritakan tentang Yesus yang berdoa seorang diri (,Lukas 9:19). Berdoa secara pribadi menjadi sumber kekuatan besar bagi hidup dan karya-Nya.
Baik sebelum maupun sesudah melakukan karya-karya besar, Yesus berdoa seorang diri. Itulah kesempatan terbaik bagi-Nya untuk bersatu dengan Allah Bapa-Nya (Yohanes 10:30).
Mengapa Yesus masih perlu berdoa? Bukankah Dia selalu bersatu dengan Bapa-Nya? Meski selamanya Yesus bersatu dengan Bapa-Nya, tubuh jasmani-Nya tidak selalu demikian. Karena itu, Yesus meluangkan waktu untuk berdoa.
Dalam doa-Nya itu, kodrat jasmani-Nya diangkat ke tempat tinggi dan mencapai persatuan dengan Allah. Persatuan sempurna itu membawa-Nya dalam kebahagiaan utuh dan sempurna.
Melalui persatuan Yesus dengan Allah Bapa-Nya, semua orang diundang untuk mengambil bagian dalam persatuan itu. Doa pribadi menjadi kesempatan baik untuk memperkuat persatuan dengan Tuhan.
Mengapa doa pribadi itu penting? Salah satunya karena manusia itu mendambakan kebahagiaan dan kepenuhan hidup. Orang mengalami kebahagiaan itu manakala bersatu dengan Tuhan dalam doa pribadinya.
Jadi, doa pribadi itu begitu penting. Di sana, orang tidak pertama-tama mengajukan pelbagai permohonan kepada Tuhan, melainkan menyediakan diri agar dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.
Dalam doa, orang tidak selalu harus berbicara dan meminta. Berdoa itu bisa pula berarti berada bersama Tuhan seorang diri. Itulah yang Yesus lakukan. Dia berada bersama Bapa-Nya dan mendengarkan Dia.
Jumat, 27 September 2024
Peringatan Santo Vincentius a Paulo, Imam
HWDSF
