Panggilan dan Pengorbanan

0
8 views
Ilustrasi: Pengurbanan Ishak oleh Abraham. (Ist)

Sabtu, 28 September 2024

Luk 9:43b – 45

SETIAP panggilan yang kita terima dari Tuhan tidak lepas dari unsur pengorbanan.

Pengorbanan ini bisa berupa waktu, tenaga, emosi, kekayaan atau kenyamanan pribadi. Namun, dalam setiap pengorbanan, kita juga menemukan tujuan yang lebih besar dan berharga yakni melihat orang lain terbantu, untuk mengasihi tanpa syarat, dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ketika kita memahami bahwa pengorbanan adalah bagian dari panggilan, kita belajar untuk tidak hanya melihat tantangan, tetapi juga kesempatan untuk bertumbuh dalam iman dan kasih.

Di tengah kesibukanku, aku berusaha memberikan waktu untuk pelayanan anak yatim piatu di sebuah panti asuhan,” syering seorang ibu.

“Setiap Jumat dan Sabtu, saya membantu merawat dan mengurus anak-anak panti serta aneka pelayanan di panti.

Meski saya memiliki pekerjaan penuh waktu yang menguras energi namun saya berusaha untuk meluangkan waktu setiap Jumat-Sabtu sebagai waktu persembahan bagi anak-anak di panti asuhan. Untuk itu, saya harus mengorbankan waktu bersosialisasi dengan teman-teman dan istirahat di rumah.

Namun, saya merasa bahwa kebahagiaan anak-anak jauh lebih berharga daripada saya gunakan waktu istirahat atau pergi ke pusat perbelanjaan bersama teman-teman. Pengorbanan itu tidak mudah, namun jika dijalani maka kita akan menemukan kebahagiaan,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”

Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.”

Pilihan menjawab panggilan Tuhan, menuntut kesiapan batin untuk berani mengambil jalan pengorbanan. Ketika kita merespons panggilan untuk melayani orang lain, kita harus bersedia mengorbankan kenyamanan pribadi kita.

Dalam melayani, kita sering dihadapkan pada kebutuhan orang lain yang mungkin mengharuskan kita untuk mempromosikan kebutuhan sesama sebagai prioritas bukan kebutuhan kita sendiri.

Mengasihi sesama, terutama mereka yang sulit dicintai, sering kali memerlukan pengorbanan emosional dan mental. Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi bahkan musuh kita.

Ajaran ini menuntut kita untuk melepaskan kebencian, menahan diri dari membalas, dan memberi kesempatan sesama untuk bertobat dan memperbaiki diri. Tindakan ini bisa menyakitkan dan memerlukan keberanian.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku siap berkorban dalam pelayanan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here