Menghargai Si Kecil

0
2 views
Ilustrasi - Yesus dan anak-anak kecil

Puncta 30 September 2024
Pw. St. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Lukas 9: 46-50

PIKIRAN Allah berbeda dengan pikiran manusia. Rancangan Allah berbeda dengan rancangan manusia. Allah ingin turun menjadi manusia. Sedang manusia justru ingin naik menjadi Allah. Tetapi manusia selalu gagal. Allah pasti yang berhasil.

Menara Babel adalah contoh usaha manusia yang ingin naik menuju Allah. Tetapi usaha manusia itu hancur runtuh berantakan. Manusia ingin menjadi yang tertinggi, terbesar dan terhebat dari segalanya. Tetapi hasilnya adalah nol besar.

Dalam perikope ini Yesus tahu apa yang ada dalam pikiran murid-murid-Nya. Mereka memperdebatkan siapa yang terbesar di antara mereka. Mereka berebut menjadi yang terbesar. Seumumnya kita semua juga ingin menjadi yang terbesar, terhebat dan ter-segala-galanya.

Pikiran Yesus berbeda dengan kita dan para murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.”

Siapa yang terkecil, justru dialah yang terbesar. Allah justru mengambil jalan pengosongan diri. Ia merendahkan diri menjadi yang terkecil. “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

Disinilah pelajaran bagi kita untuk mengasihi mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Inilah pilihan Allah menjadi anak kecil. Jika kita menerima dan mengasihi mereka berarti kita juga mengasihi Allah.

Paus Fransiskus dalam setiap kunjungannya selalu bertemu dan memberkati anak-anak kecil. Di jalan-jalan yang beliau lewati anak-anak kecil diberkati, bahkan ibu yang sedang hamil pun diberkati sebagai tanda cintanya pada anak-anak kecil. Mereka yang cacat, lemah, difabel mendapat tempat khusus di hati Paus.

Demikianlah semestinya sikap dan pola hidup kita, mengikuti jalan pikiran Allah, menghargai mereka yang kecil. Sebab barangsiapa menyambut orang-orang kecil dan lemah, sama saja kita menerima Tuhan dalam hati kita.

Maukah kita mengambil pola dan jalan pikiran Tuhan yang berbeda dengan jalan pikiran kita?

Di Sleman ada desa namanya Bokongan,
Kalau di Sulawesi ada Desa Tumpaan.
Jalan Allah adalah jalan pengosongan,
Jalan kita adalah jalan kesombongan.

Wonogiri, jalan Allah melawan arus
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here