Meralat Jalan Kehidupan

0
65 views
Ilustrasi: Bersujud di depan makam Santo Fransiskus Assisi. (Dok. Romo Fictorium N. Ginting OFMConv)

Jumat, 4 Oktober 2024
Perayaan Wajib St. Fransiskus Assisi

  • Ayb. 38:1.12-21; 39:36-38;
  • Mzm. 139:1-3.7-8.9-10.13-14ab;
  • Luk. 10:13-16

KEBEBALAN dan ketidakmengertian adalah bagian dari hidup manusia.

Salah satu tipe manusia yang menyebalkan adalah ketika sudah dijelaskan berkali-kali, ia tidak juga mengalami pemahaman atau tidak mengerti bahkan kemudian tidak mau tahu.

Fransiskus Assisi adalah contoh orang muda yang berani meralat jalan hidupnya. Dia mau belajar dan mendengarkan suara Tuhan hingga dia menemukan panggikan sejati hidupnya.

Awalnya, Fransiskus berasal dari keluarga kaya dan hidup dalam kemewahan. Ia berpikir bahwa menjalani hidup yang nyaman adalah cara untuk memenuhi panggilannya.

Namun, setelah mengalami pertobatan, ia menyadari bahwa panggilannya adalah untuk melayani Tuhan dan sesama dengan cara yang lebih sederhana, yaitu dengan mengabdikan diri kepada orang miskin.

Sebelum pertobatannya, Fransiskus bermimpi menjadi seorang ksatria dan berjuang dalam perang. Ia menganggap ini sebagai panggilan mulia. Namun, pengalaman di medan perang dan pertobatan yang mendalam mengubah pandangannya, membuatnya memilih jalan perdamaian dan kasih.

Fransiskus sempat berpikir bahwa ia harus berkhotbah secara aktif dengan kata-kata. Namun, ia kemudian menyadari bahwa tindakan nyata dan cara hidupnya yang mencerminkan kasih Kristus adalah cara terbaik untuk memberitakan Injil.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, ” Celakalah engkau, Khorazim. Celakalah engkau, Betsaida! Sebab seandainya di Tirus dan Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu.”

Kita mendengar Yesus marah dan bahkan mengutuk orang-orang Khorazim, Betsaida dan Kaparnaum. Pertanyaannya adalah mengapa Yesus bersikap demikian kepada mereka?

Ada banyak alasan yang bisa kita berikan, akan tetapi yang jelas adalah karena mereka tidak mendengarkan seruan atau panggilan pertobatan yang disampaikan oleh Yesus. Mereka menolak tawaran-Nya untuk bertobat dan memperbarui hidup mereka.

Berkaca pada apa yang terjadi dalam diri orang-orang Khorazim, Betsaida dan Kaparnaum, maka kita bisa juga secara jujur melihat diri kita sendiri dan kita akan menemukan kenyataan bahwa sebenarnya kita itu tidak berbeda jauh dengan mereka.

Kita juga terkadang susah meninggalkan kehidupan yang dipenuhi dengan dosa yang membelenggu perjalanan hidup kita.

St. Fransiskus, dalam hidupnya, menunjukkan kepedulian yang mendalam terhadap orang-orang miskin dan terpinggirkan. Ia menyadari bahwa cinta harus ditunjukkan dengan tindakan nyata. Hatinya tergerak untuk melayani, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.

St. Fransiskus juga merupakan pribadi yang rendah hati; ia melepaskan kekayaan dan status demi mengikuti panggilan Tuhan. Ia melihat setiap orang sebagai saudara dan saudari, tanpa memandang latar belakang mereka.

Dalam hidup kita, mari kita berusaha untuk menjauhi kesombongan dan membangun hubungan yang tulus dengan sesama.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku peduli dan mau bersaudara dengan semua orang?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here