Membumikan Moderasi Beragama di Dekenat 2 Tangsel

0
2 views
Gerakan membumikan semangat moderasi beragama di wilayah Kotamadya Tangerang Selatan. Kegiatan ini dihadiri para representan darri tujuh paroki di Tangsel. (Panitia)

BERIKUT ini paparan kegiatan diskusi internal moderasi beragama. Dikerjakan bersama Sie HAAK (Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan) se Paroki Dekenat 2 Tangerang Selatan atau Tangsel. Berlangsung hari Sabtu 28 September 2024 pekan lalu.

Syering pengalaman tentang moderasi beragama di lapangan

Mengawali hari Sabtu yang cerah, para perwakilan Sie HAAK dari tujuh paroki di Dekenat 2 Tangerang Selatan berkumpul dalam suasana penuh sukacita di Hotel Ramada, Cilenggang, Tangsel. Dengan maksud dan tujuan untuk saling bertukar pengalaman dan berbagi informasi. Tersaji dalam diskusi internal tentang apa dan bagaimana moderasi beragama.

Kegiatan ini diadakan oleh Penyelenggaran Bimas Katolik Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan.

Tujuh paroki di Tangsel terlibat

Perwakilan dari tujuh paroki tersebut adalah:

  1. Paroki Pamulang – Gereja Santo Barnabas.
  2. Paroki Serpong – Gereja Santa Monika.
  3. Paroki Alam Sutera – Gereja Santo Laurentius.
  4. Paroki Melati Mas – Gereja Santo Ambrosius.
  5. Paroki Bintaro Jaya – Gereja Santa Maria Regina.
  6. Paroki Ciputat – Gereja Santo Nikodemus.
  7. Paroki Bintaro – Gereja Santo Matius.

Tema yang diusung dalam diskusi yang menarik ini adalah “Peran Gereja Katolik dalam Membangun Dialog Kerukunan dan Persaudaraan Umat Beragama di Tangerang Selatan”.

Acara ini dihadiri kurang lebih 50 peserta; baik dari perwakilan setiap paroki dan para undangan antara lain:

  1. Pormadi Simbolon SS selaku Pembimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi Banten.
  2. Romo Petrus Nugroho SCJ selaku Ketua Dekenat 2 Tangerang.
  3. Marcus Supriyanto S.Si, M.Pd selaku Penyelenggara Bimas Katolik Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan.
  4. Petrus Kanisius Kabaowolo S.Ag selaku Penyelenggara Bimas Katolik Kabupaten Tangerang.

Samakan persepsi dan visi-misi

Tema diskusi tentang moderasi beragama ini dilakukan secara internal. Ini dimaksudkan untuk menyamakan visi dan misi ke depan dalam moderasi beragama. Sekaligus memberi pencerahan baik agar nantinya bisa dibawa dalam pelayanan di setiap paroki.

Para nara sumber yang sudah berpengalaman di bidangnya hadir untuk menambah wawasan dan tukar pengalaman, yaitu:

Ilustrasi: Romo Petrus Cipto Nugroho SCJ asal Stasi Sengonkerep, Paroki Wedi, Klaten. (Dok. Sesawi.Net)
  1. Pastor Kepala Paroki Gereja Santo Barnabas Pamulang: Romo Petrus Nugroho SCJ. Ia berbagi kisah selama menjadi Pastor Kepala Paroki. Utamanya dalam keterlibatannya melayani umat paroki dan warga masyarakat sekitar yang miskin, lemah, dan terpinggirkan. Caranya, dengan rutin memberi makan kepada 200-an orang setiap hari Rabu. Gerakan peduli sesama dan berbelarasa ini diberi nama Rabu Berkat.

Tak hanya itu saja. Bersama segenap umat Paroki Pamulang, pastor anggota Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ) ini juga melaksanakan sunatan massal.

Ia juga menggawangi terbentuknya Megantara Edupark. Inilah kawasan edupark sebagai lokasi wisata alam dengan kawasan yang sejuk di mana di dalamnya ada tempat pemancingan, area perkebunan dan lainnya. Dirancang sebagai wahana di mana keberadaaannya melibatkan masyarakat sekitar agar ikut juga merasakan manfaatnya.

Berani tinggalkan zona nyaman

Narsum berikutnya adalah Chandra Firmanto. Selaku Ketua Pemuda Katolik Komda Banten, ia membagi buah pikirnya dan harapan bahwa kemajemukan masyarakat kita adalah modal besar. Agar kita bisa menjaga keanekaragaman yang menghadirkan kebersamaan. Dialog merupakan cara tepat agar tercipta kesetaraaan. Demi kesejahteraan bersama di masyarakat. 

Chandra Firmanto berharap para pemuda Katolik bersedia terus menjaga Gereja. Juga berani tinggalkan zona nyamannya; keluar darinya dan mulai terjun masuk memasyarakat. Generasi muda adalah penerus Gereja masa depan. Sie HAAK perlu hadir di tengah masyarakat agar menjalin hubungan sosial yang harmonis.

Pemuda Muslim dapat beasiswa Yayasan Nostra Aetate

Berikutnya adalah Deni Iskandar. Ia sosok pemuda Muslim asal Labuhan, Provinsi Banten. Ia hadir di tengah-tengah forum diskusi dengan berbagi kisahnya. Utamanya sebagai seorang muslim yang berkesempatan mendapat beasiswa Yayasan Nostra Aetate Vatikan untuk studi Hubungan Antar Agama.

Ilustrasi: Deni Iskandar asal Pandeglang, Provinsi Banten, adalah penerima program beasiswa Yayasan Nostra Aetate Vatikan. (Dok. pribadi)

Deni adalah lulusan UIN Syarif Hidayatullah; dari Fakultas Ushuluddin, Jurusan Studi Agama-agama. Ia berkisah pengalamannya selama belajar dan tinggal kawasan Vatikan yang mayoritas penduduknya non Muslim. Namun, kata dia, tetap saja masih bisa mendapatkan haknya sebagai seorang Muslim dalam beribadah.

Dalam diskusi moderasi antar beragama ini, Deni menyarankan agar umat Katolik tidak perlu terkukung selalu merasa diri kelompok minoritas. Melainkan tetap berjalan sebagaimana mestinya di tengah-tengah masyarakat. Sekali waktu, demikian harapnya, di Banten kelak akan berdiri keuskupan baru.

Pertemuan ditutup dengan diskusi kelompok antar paroki membahas masalah sosial dan politik di Tangsel dan peran Seksi HAAK dalam mendukung pilkada damai di Tangsel.

Diskusi ini akhirnya menghasilkan rencana tindakan kongkret untuk pilkada. Yakni dengan menanggapi pesta pertarungan politik dengan suasaa riang gembira; berpihak pada keberagaman dan tetap mengedepankan semangat toleransi antar umat beragama.

30092024/AWK

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here