Lectio Divina 10.10.2024 – Mintalah, Carilah dan Ketuklah

0
54 views
Mengetuk pintu tengah malam, by Pat Marrin.

Kamis. Minggu Biasa XXVII, Hari Biasa (H)

  • Gal 3:1-5
  • Mazmur Tanggapan: Luk 1:69-70.71-72.73-75
  • Luk 11:5-13

Lectio

5 Lalu kata-Nya kepada mereka: “Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, 6 sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya;

7 masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. 8 Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.

9 Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 10 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.

11 Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? 12 Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? 13  Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga. Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”

Meditatio-Exegese

Hai orang-orang Galatia yang bodoh

Paulus mengungkapkan kasihnya pada umat Galatia dengan ungkapan yang terdengar kasar dan menusuk perasaan, “Bodoh”. Kasih itulah yang mendorongnya berlelah-lelah tanpa henti, tanpa takut bahaya dan ancaman mengantar mereka pada Yesus.

Sepertinya ia kehilangan akal untuk mengenali alasan mengapa umat Galatia membiarkan diri disesatkan para pewarta injil palsu. Ia bertanya-tanya, “Siapakah yang telah mempesona kamu?”

Rasul agung itu bangga bahwa ia mewartakan Yesus yang disalib, walau ia tahu bahwa penyaliban-Nya menjadi batu sandungan bagi kaum Yahudi dan kebodohan bagi orang bukan Yahudi (bdk. 1Kor.1:23).

Misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus menjadi inti penajaran para Rasul (bdk. Kis. :22-24; 3:13-15; dll.), karena dalam misteri ini terkandung harapan akan hidup kekal dan keselamatan.

Namun, Paulus justru memperkaya refleksi iman dengan memperluas pemahaman iman bahwa Yesus, yang disalib, adalah  kekuatan Allah dan hikmat Allah (bdk. 1Kor. 1:24). Maka dengan nada retorik ia bertanya, “Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?” (Gal. 3:1).

Paulus mengingatkan umat Galatia bahwa ketika menerima Sakramen Baptis mereka juga dianugerahi Roh Kudus dan anugerah-anugerah-Nya yang lain. Anugerah-anugerah itu tidak diterima dengan memenuhi hukum Taurat, seperti: sunat dan mengkonsumsi makanan tertentu.

Maka, harapan akan hidup kekal, keselamatan, Roh Kudus dan sukacita diterima bukan karena mereka melakukan Hukum Taurat. Bila berbalik dari Injil yang diwartakan Paulus, semuanya menjadi sia-sia. Lalu mengapa umat bertindak bodoh hingga mengubah injil yang diberitakan Paulus?

Dengan kata lain, semua itu diterima bukan karena jasa atau usaha manusia atau daging (Gal. 3:3), tetapi dianugerahkan oleh Allah sendiri. Hukum Musa tidak berperan sama sekali.

Usaha manusia dengan kekuatan dan kuasanya sendiri menggapai hidup kekal dan keselamatan dilukiskan St. Lukas dalam perumpamaan indah tentang orang Farisi yang berdoa dan menebah dada di Bait Allah (Luk. 10:9-14). Bila setiap pribadi melakukan hal yang sama, semua tetap tinggal dalam kebodohan.

Pinjamkanlah kepadaku tiga roti

Yesus mengajarkan bagaimana seharusnya para murid harus berdoa. Sikap doa diajarkan setelah Ia mengajarkan doa tentang Bapa Kami (Luk. 11:1-4). Perumpamaan tentang permintaan roti di tengah malam menekankan doa yang harus disertai sikap iman dan ketekunan yang tak mudah patah.

Pada masa Yesus hidup di Palestina, hingga sekarang, keramahtamahan dalam menyambut tamu selalu mensyaratkan kerja sama dan gotong royong seluruh anggota komunitas. Tanpa kerja sama dan gotong royong, seorang tuan rumah pasti mendapat malu saat menerima tamu.

Terlebih, ia kehilangan muka bila tak mampu menyambut dan menjamu tamu, yang secara tak terduga, tiba-tiba datang ata datang lewat tengah malam. Saat itu, entah tamu itu lapar atau tidak, makanan tetap harus disediakan.

Di desa kecil di Palestina pasti mudah diketahui siapa yang memanggang roti. Roti menjadi makanan pokok yang disajikan di piring dan dicelupkan di mangkok berisi selai.

Meminjam roti pada tetangga sudah umum dilakukan dan selalu diberi dengan senang hati. Menolak meminjami roti pasti menimbulkan rasa malu dan menyebabkan kehilangan muka. Penolakan menunjukkan sikap tak bersahabat dan tak murah hati.

Karena kebiasaan dan keramah-tamahan itu, dengan berani, kepada tetangga, si tuan rumah rumah meminta, “Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya.” (Luk. 11:5-6).

Jika seorang tetangga yang merasa terganggu dan terpaksa mau meminjami roti di tengah malam, betapa Allah jauh lebih bermurah hati. Ia selalu siap memberikan apa saja yang kita butuhkan dalam setiap situasi.

Santo Agustinus mengingatkan bahwa, “Allah, yang tidak pernah tidur dan selalu berjaga-jaga saat kita tidur, selalu membuka hati atas permohonan kita dan memberikan dengan jauh lebih murah hati.”

Mintalah, carilah, ketuklah

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Jika anda meminta, anda akan diberi. Jika anda mencari, anda akan menemukan. Jika anda mengetuk, pintu akan dibukakan.

Yesus tidak bersabda berapa kali permintaan dilambungkan, berapa kali mengetok pintu. Tetapi, pada akhirnya, bila permohonan sesuai dengan kehendak-Nya, Ia akan memberikan pada saat yang tepat.

Allah juga digambarkan seperti seorang ayah/bapak yang memberikan apa yang terbaik bagi anaknya. Ia tidak mungkin memberi apa yang membahayakan keselamatan anak. Ia tidak akan memberi ular berbisa atau kalajengking yang akan meracuni anaknya dengan bisa (Luk. 11:11-12).

Sabda-Nya(Luk. 11:13), “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga.”, Si ergo vos, cum sitis mali, nostis dona bona dare filiis vestris, quanto magis Pater de caelo.

Ia akan memberikan Roh Kudus

Salomo tidak meminta barang atau ketenaran atau kekuasaan ketika berdoa di hadapan Allah. Ia memohon anugerah terbesar yang menuntun kepada hidup kekal.

Raja itu justru memohon dalam doanya, “Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat.” (1Raj. 3:9).

Mengingat apa yang dimohon bapa leluhur-Nya, Yesus mengajarkan bahwa Allah akan menganugerahkan Roh Kudus. Ketika diciptakan, Allah menghembuskan roh-Nya agar kita hidup (Kej. 2:7).

Ia juga menganugerahkan Roh Kudus yang sama dengan Roh yang membuat Sang Sabda menjadi daging dalam diri Ibu Maria (Luk. 1:35). Roh itulah terus membantu Yesus menyelesaikan tugas perutusan-Nya hingga dipaku di kayu salib.

Dan, akhirnya, Ia menyerahkan kembali Roh itu kepada Bapa, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (Luk. 23:46). Yesus menjanjikan Roh Kudus sebagai sumber kebenaran dan pengertian akan Allah (Yoh 14:14-17; 16:13), dan akan membantu dalam pengejaran dan penganiayaan (Mat. 10:20; Kis. 4: 31).

Roh Kudus tidak dapat dibeli dengan e-money atau tunai di pasar swalayan atau toko daring. Roh Kudus hanya dapat dimohon melalui doa, seperti yang dilakukan para rasul pada Hari Raya Pentakosta (Kis. 1:14; 2:1-4).

Sabda-Nya (Luk. 11:13), “Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”, Pater de caelo dabit Spiritum Sanctum petentibus se.

Katekese

Bagaimana seharusnya kita berdoa. Santo Yohanes Maria Vianney, 1786-1859.

“Tahukah kamu doa selalu didengarkan bila dilakukan dengan tepat?  Apakah kamu tidak yakin seperti saya bahwa, kita tidak dianugerahi apa pun yang kita minta pada Allah, karena kita tidak berdoa dengan cukup iman, dengan hati cukup murni, dan cukup keyakinan diri, atau bahwa kita tidak berdoa dengan penuh ketekunan seperti seharusnya?

Allah tak pernah menolak siapa pun yang memohon rahmat pada-Nya bila memohon sebagaimana seharusnya.

Doa merupakan sarana yang disediakan bagi kita untuk menghindari dosa, untuk bertekun memohon rahmat, untuk menggerakkan hati Allah, dan untuk memberkati kita dengan segala berkat dari surga, baik untuk keselamatan jiwa maupun untuk kebutuhan kita di dunia.” (Selected Sermons, Minggu Kelima setelah Paskah).

Oratio-Missio

Bapa, yang berbelas kasih, penuh kerahiman, terangilah hati dan budiku, agar aku tidak meragukan belas kasih-Mu. Ajarilah juga untuk selalu bermurah hati bagi yang kekurangan di sekelilingku. Amin.       

  • Apa yang perlu kulakukan untuk mempersiapkan kedatangan Sang Tamu?

Pater de caelo dabit Spiritum Sanctum petentibus se. – Lucam 11:13

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here