Puncta 16 Oktober 2024
Rabu Biasa XXVIII
Lukas 11: 42-46
MASIH menjadi pembicaraan umum beberapa waktu ini, ada sebuah Panti Asuhan di Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. yang tidak memiliki Surat Keputusan pengesahan pendirian yayasan, tetapi bisa beroperasi puluhan tahun. Dan baru menjadi viral, ketika di dalamnya terjadi kasus pencabulan terhadap para penghuninya.
Ada dua hal yang disoroti pertama tidak adanya pengesahan sebagai yayasan dari pihak berwenang dan kedua kasus pencabulan yang dilakukan oleh pemilik dan pengasuh di panti ssuhan itu.
Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Jangan heran, di Negeri Konoha, apa pun bisa terjadi.
Panti asuhan adalah sebuah tempat dimana anak-anak seharusnya mendapat perlindungan, pengasuhan yang baik, contoh hidup yang berguna bagi masa depannya. Tetapi mereka justru menjadi korban perilaku tak pantas oleh pembimbingnya.
Pembimbing atau guru, apalagi guru agama yang mestinya memberi teladan baik, mengasuh anak didik dan menjadi panutan, malah menjadi serigala berbulu domba.
Yesus kali ini mengkritik tokoh-tokoh agama di Yahudi. Mereka adalah Kaum Farisi dan Ahli-ahli Taurat. Dua kelompok ini mestinya menjadi panutan di tengah masyarakat. Tetapi mereka justru menjadi batu sandungan dalam hidup keagamaannya.
Kaum Farisi menganggap dirinya paling suci dan benar dalam pelaksanaan aturan Taurat. Mereka menuntut orang lain dengan cara pandang mereka sendiri. Mereka menilai orang lain menurut penafsiran mereka.
Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya,” kritikan pedas Yesus pada mereka.
Begitu pula kepada para ahli Taurat, Yesus berkata, “Celakalah kamu juga, hai Ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.”
Kemunafikan justru ditunjukkan oleh para ahli kitab dan pemimpin agama.
Kritik Yesus juga ditujukan pada kita semua jika kita berlaku tidak jujur dan munafik, suka menuntut orang tetapi tidak mau melakukannya sendiri.
Kita sedang dikritik oleh Yesus dengan kecaman-kecaman yang pedas. Sadarkah kita?
Mari singgah ke Wonogiri,
Naik bukit mencari angi.
Lebih baik memperbaiki diri,
Daripada menuntut orang lain.
Wonogiri, jangan menghakimi orang
Rm. A. Joko Purwanto, Pr