Sabtu, 2 November 2024
Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman.
2Mak. 12:43-46;
Mzm. 143:1-2,5-6,7ab,8ab.10;
1Kor. 15:20-24a.25-28;
Yoh. 6:37-40.
BAGI Gereja Katolik, bulan November, menjadi waktu yang dipersembahkan untuk mengenang arwah-arwah orang beriman.
Setiap tahun, saat hari ini tiba, kenangan-kenangan dibuka kembali. Kita ingat wajah-wajah dan nama-nama orang-orang yang telah atau pernah terhubung dengan kita.
Ada yang merasakan saat ini dengan kesedihan. Mereka tidak mampu menanggung kenangan atau sakit karena perpisahan.
Namun bagi yang lain, hari ini adalah pengingat bahwa kita masih mempunyai ‘hal-hal yang harus kita lakukan dan peziarahan yang harus kita jalani’ sebelum kita bergabung dengan orang-orang terkasih yang sudah mendahului kita.
Kita bersyukur kepada Allah bagi orang-orang yang telah Ia tempatkan di jalan kehidupan kita dan telah membantu kita menjadi diri kita saat ini.
“Kehilangan ibu adalah hal yang sangat berat dalam hidupku,” kata seorang sahabat.
“Sosok ibu adalah orang yang begitu aku cintai dan dekat di hatiku. Rasanya begitu sedih, kehilangan dia, segalanya terasa kosong.
Apalagi saat itu, aku merasa belum bisa membahagiakan dia. Aku belum bisa memberikan sesuatu yang berharga baginya. Aku menyesali diri, seakan aku menjadi anak yang paling tak berbakti.
“Ibumu bangga denganmu, karena kamu memilih jalan hidup ini. Kamu memberikan apa yang tidak bisa diberikan oleh saudaramu yang lain,” kata ayahku
“Kata ayahku, perlahan-lahan menenangkan hatiku dan kemudian pikiranku terbawa pada kenangan kasih sayang ibuku, kebaikannya, dan semua momen indah yang pernah kami lalui bersama.
Kematian ibuku menjadi saat dimana aku melihat bahwa aku rapuh dan aku perlu Tuhan. Aku percaya bahwa suatu hari nanti kami akan bertemu lagi di hadapan Tuhan yang penuh kasih,” ujar sahabatku itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.”
Sering kali kata “kematian” menjadi sesuatu yang tabu. Banyak orang bahkan takut berbicara tentang kematian dan melakukan usaha apapun untuk menghindar dari suatu yang sudah pasti yaitu kematian dan selalu berusaha menunda “perjumpaan” dengan maut. Dengan segala usaha kita berdoa agar saat itu ditunda.
Namun, Yesus telah mengatakan bahwa maut itu tidak ada. Itu artinya, orang-orang yang kita kasihi, meski kini kita tidak dapat melihat mereka, tetap hidup.
Hidup mereka tidaklah sempurna. Banyak salah yang telah mereka perbuat. Cara terbaik untuk menunjukkan cinta kita kepada mereka adalah melanjutkan apa yang baik yang telah mereka lakukan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah mereka buat.
Ada banyak orang yang telah meninggalkan jejak-jejak cinta semasa hidupnya dan yang menjadi teladan kebaikan bagi kita.
Semoga setiap langkah yang kita tempuh dalam peziarahan hidup selalu dikuatkan oleh sinar terang yang menuntun langkah kita. Semoga sejarah masa lalu saudara kita yang telah menghadap Tuhan menjadi peneguh dalam setiap pergumulan hidup kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menatap kematian sebagai pintu untuk berjumpa dengan Tuhan?