Kesempatan dalam Kesempitan

0
110 views
Kembangkan “Mina-mu” dengan merebut kesempatan. (Ist)

Jumat, 8 November 2024

Flp 3:17-4:1.
Mzm 122:1-2.3-4a. 4b-5.
Luk 16:1-8.

DAYA tarik dunia ini amat kuat dahsyat. Sebegitu kuatnya sehingga banyak orang terpesona oleh berbagai hal yang ditawarkan dunia ini.

Berhadapan dengan daya tarik demikian, kita dituntut untuk bersikap bijak agar hidup kita tidak terjerat oleh kenikmatan duniawi.

Kecerdikan kita terungkap pada tekad untuk melakukan yang terbaik, apa pun yang kita pilih dan kita lakukan, baik itu dalam pekerjaan, keluarga, atau hubungan dengan orang lain.

Menjalani hidup dengan segala dinamikanya dengan sepenuh hati, seolah setiap hari adalah kesempatan terakhir untuk meninggalkan kebaikan menjadi tekad memperbaiki diri yang patut dihargai.

Pilihan untuk menjadikan harta kekayaan untuk berbuat baik menjadi persiapan hati kita untuk menyambut kehidupan yang kekal.

Kadang kita tidak punya banyak waktu untuk berpikir atas sitausi yang kita hadapi. Segalanya ada risikonya dan tidak bisa selalu berjalan di jalan yang aman dan nyaman.

Kecerdikan seseorang itu terlihat dari cara dia memaksimalkan peluang meski sekecil apa pun peluang yang ada. Bertindak di saat dan tempat yang tepat.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu.

Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.”

Perumpamaan ini adalah pengingat berharga bahwa kita meski hidup bijak tidak hanya berarti memikirkan masa depan, tetapi juga bertindak dengan bijaksana dan bertanggung jawab pada masa kini.

Dalam perumpamaan ini, Yesus menggunakan contoh bendahara yang tidak jujur, yang meskipun tindakannya salah, menunjukkan kemampuan untuk mempersiapkan masa depannya dengan memanfaatkan situasi saat ini.

Kita diingatkan untuk tidak menunggu dan hanya memikirkan masa depan, tetapi bertindak dengan aktif dan penuh inisiatif.

Sama seperti bendahara yang tidak jujur itu segera bertindak saat ia menyadari situasinya. Dia tidak berdiam diri saat melihat masa depan yang terlihat suram dan dengan cepet mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memenuhi menemukan keselamatan.

Kadang kita ini berasalan menunggu waktu yang tepat namun pada kenyataannya justru menjadi alasan untuk tidak bergerak.

Bertindaklah sekarang, mulai dari hal-hal kecil yang dapat kita lakukan daripada diam menunggu dan hanya memikirkan masa depan, tetapi bertindak dengan aktif dan penuh inisiatif.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku cerdik dalam melihat kesempatan meski dalam kesempitan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here