Minggu. Hari Minggu Adven I (U)
- Yer. 33:14-16
- Mzm. 25:4bc-5ab.8-9.10.14
- 1Tes. 3:12-4:2
- Luk. 21:25-28.34-36
Lectio (Luk. 21:25-28.34-36)
Meditatio-Exegese
Pada waktu itu dan pada masa itu Aku akan menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud
Hari-hari yang sangat berat dihadapi penduduk Yudea. Di luar perbatasan, tentara Babel sudah siap untuk menyerbu dan menghancurkan Yerusalem.
Abad ke-6 sebelum Masehi, Kerajaan Selatan, Yehuda, diruntuhkan dan Bait Allah yang dibangun Salomo rata dengan tanah. Penduduk dibuang ke Babel sebagai tawanan perang.
Dalam ancaman dari Babel, Nabi Yeremia berkarya pada masa Raja Yosia (627-609 s. M), Yoyakhin (608-598 s. M), Zedekia (597-587 s. M). Dalam situasi genting, ia menentang kasak-kusuk politik di Yerusalem dan persekutuan Yehuda-Mesir untuk melawan Babel.
Karena penentangannya itulah, ia diancam hukuman mati. Walau mampu mengelak dari hukuman itu, karena pengaruh politik yang kuat, ia tidak tidak mampu membendung pemenjaraan atas dirinya.
Dari penjara, nabi menulis pesan yang menyalakan harapan. Benar, Kerajaan Yehuda akan jatuh. Yerusalem akan ditinggalkan, menjadi sepi dan hanya ditumbuhi rumput alang-alang.
Namun, peristiwa pembuangan tidak akan menghentikan rencana Allah untuk membaharui seluruh bangsa dan keluarga Daud. Tentu, raja adil akan menjadi sumber pembaharuan seluruh bangsa. Pembaharuan dan pemerintahan raja adil akan terpenuhi sesuai dengan waktu dan cara yang ditentukan Allah.
Allah selalui setia pada janji-Nya tidak hanya melalui anak turun Daud (Yer. 33:15-16; bdk. 23:5-6; 2Sam. 7:12-16). Tetapi juga memastikan bahwa selalu ada kaum Lewi yang bertindak sebagai imam (Yer. 33:17-18).
Perjanjian Allah sesuai dengan hukum yang mengatur alam semesta (Yer. 33:19-26; bdk. 33:2). Kedua kaum keluarga itu mengacu pada Israel (Yakub) dan Yehuda (Daud).
Maka, Nabi Yeremia menggemakan kembali janji bahwa Mesias yang berasal dari wangsa Daud akan mengantar pada zaman baru, yakni: zaman damai sejahtera. Janji itu pernah dinubuatkan Nabi Yesaya dua abad sebelum Nabi Yeremia berkarya (bdk. Yes. 9:4/5-6/7; 11:1-12).
Perjanjian Baru membuktikan bahwa seluruh janji dalam Kitab Penghiburan terpenuhi dalam Diri Yesus Kristus, anak Daud (bdk. Mat: 1:1). Ia juga adalah Imam Agung abadi dalam Perjanjian Baru (bdk. Ibr. 8:1-13).
Yesus, Anak Daud, juga disingkapkan Malaikat Gabriel saat memberi kabar suka cita pada Ibu Maria sebelum Ia menjelma menjadi manusia pada saat kedatangan-Nya yang pertama (Luk. 1:31-33). Maka, Dia memenuhi perjanjian antara Allah dengan Daud, bapa leluhur-Nya, yang berlangsung sepanjang masa (2Sam. 7:16; 23:5).
Dialah Mesias, Kristus, yang menganugerahkan janji keselamatan pada manusia, sehingga mereka menikmati damai dan keadilan abadi. Anugerah itu akan dipenuhi secara utuh saat Ia datang kembali untuk mengalahkan kuasa kematian, mendirikan langit dan bumi serta Yerusalem baru. Di situlah Ia bertahta dan berkuasa untuk selama-lamanya (Why. 7:17; 21:1-4).
Tentang janji Allah itu, Santo Augustinus, Uskup Hippo, bersaksi, “Allah selalu setia. Ia menempatkan Diri-Nya sendiri seolah-olah Ia berhutang pada kita. Bukan karena Ia telah menerima segala sesuatu dari kita. Tetapi, karena Ia telah berjanji pada kita.
Dalam pandangan-Nya sendiri, janji-janji-Nya seolah tak bermakna. Ia telah menuliskan semuanya, ringkasan seluruh janji-Nya. Sehingga kita dapat membaca janji itu, satu demi satu, setelah semua terpenuhi. Seperti telah disampaikan sebelumnya, masa kenabian menjadi masa saat Allah menuliskan janji-Nya.” (Enarrationes in Psalmos, 109, 1).
Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia
Pada abad ke-1 Masehi banyak umat Perjanjian Lama mengharapkan kedatangan Mesias diikuti dengan tanda alam dan kejadian yang luar biasa. Tetapi cara Allah hadir dan mengunjungi manusia tidak seperti yang dipikirkan dan dikehendakinya. Ia hadir dan mengunjungi manusia menurut cara-Nya.
Saat Yesus datang untuk pertama kali, Ia datang diselimuti kesenyapan dan kejadian yang mencengangkan. Hanya yang berhati nurani bening dan rendah hati mampu melihat-Nya.
Walau Ia menjadi pewaris sah atas tahta Daud, Ia lahir sebagai Bayi yang tidak di kenal di Bethlehem, dekat tempat Daud menggembalakan domba milik ayahnya 1000 tahun sebelum kelahiran-Nya. Sejumlah besar bala malaikat mewartakan kabar kelahiran-Nya kepada gembala sederhana di dekat tempat-Nya lahir.
Para majusi terpelajar dari Timur, yang mengenali tanda kelaharian-Nya di langit malam, mengikuti bintang-Nya hingga mengantar mereka sampai Bethlehem. Mereka mendapati dan memberi penghormatan layak pada Bayi itu dan ibu-bapa-Nya.
Ketika Yesus merendahkan diri-Nya dan dibaptis sepupu-Nya, Yohanes Pembaptis, Allah bersabda. Sabda-Nya hanya dapat didengarkan oleh yang mau mendengarkan-Nya (Luk 3:22), “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Tu es Filius meus dilectus; in te complacui mihi.
Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya
Selama karya pelayanan publik, Yesus membuat banyak tanda. Contoh tanda-Nya: mengubah air menjadi anggur, meredakan amukan badai dan berjalan di danau, menggandakan lima roti dan dua ikan untuk lebih dari 5000 orang, menyembuhkan orang lumpuh dan buta, mengusir setan, dan bangkit dari kematian.
Banyak orang percaya pada Yesus. Sebaliknya, tak terbilang pula yang mempertanyakan dan melolak-Nya. Mere tidak mau percaya bahwa Ia diutus Allah Bapa-Nya dan setia melaksanakan perintah-Nya, walau harus menderita dan mati disalib di Golgota.
Tanda terbesar yang dibuat Yesus selama karya pelayanan-Nya adalah kebangkitan-Nya dari kematian setelah dibunuh di salib. Tanda ini menunjukkan kuasa-Nya mengalahkan maut dan menganugerahkan hidup abadi kepada siapa pun yang percaya dan setia melakukan teladan-Nya.
Kepada para murid-Nya Yesus menyingkapkan tanda terakhir yang akan dibuat-Nya terjadi pada saat Ia kembali dalam segala kemuliaan-Nya pada akhir jaman. Tanda kehadiran-Nya pasti tidak diragukan manusia. Semua akan mengetahui dan “melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” (Luk. 21:27)
Pada saat itu, Ia datang sebagai Hakim dan Penebus yang berbelas kasih. Ia tak hanya menganugerahkan hidup abadi bagi yang menerima-Nya sebagai Tuhan dan Penyelamat; tetapi juga menghukum yang menolak-Nya.
Yesus mengenakan gelar ‘Anak Manusia’ untuk melukiskan peran-Nya sebagai Mesias, Kristus, Yang Diurapi. Gelar ini berakar dalam tradisi kenabian, khususnya Nabi Daniel (Dan. 7).
Nabi menyaksikan “tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti Anak Manusia … diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja.” (Dan. 7:13-14).
Pada abad ke-1 Masehi, orang Yahudi mencari seorang Mesias-Raja yang akan membebaskan mereka dari penjajah Romawi. Banyak orang berharap Yesus akan menjadi penakluk yang jaya.
Namun, mereka luput mengamati tanda dan alasan kedatangan-Nya yang pertama, yakni: kematian-Nya di salib sebagai tebusan atas dosa dan kemenangan-Nya atas maut dan setan ketika Ia bangkit pada hari ketiga.
Yesus Kristus tidak hanya ‘Anak Daud’, pewaris tahta yang sah dan Mesias-Raja Israel yang tahtanya berlangsung dari kekal ke kekal (Mzm. 89:3-4. 29. 36-37). Tetapi Ia juga adalah Anak Manusia, yang dipilih Allah sebagai Penguasa yang diurapi. Ia menegakkan Kerajaan damai sejahtera, kebenaran dan keadilan bagi segala suku dan bangsa di muka bumi.
Tentang kedatangan Anak Manusia, Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444, menulis, “Tuhan Yesus bersabda bahwa manusia akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
Kristus tidak datang secara rahasia atau diam-diam. Tetapi Ia datang sebagai Allah dan Tuhan dalam kemuliaan sebagaimana layaknya bagi Allah.
Ia akan mengubah segala sesuatu agar menjadi lebih baik. Ia akan membaharui ciptaan dan mengubah kodrat manusia menjadi seperti kodratnya semula.
Ia bersabda, “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” Yang mati akan bangkit. Tubuh yang fana dan rapuh akan dilenyapkan.
Kristus akan menganugerahi dengan tubuh yang tidak akan hancur dan abadi. Ia menganugerahkan itu semua pada mereka yang percaya pada-Nya, seupaya mereka menjadi sama dengan tubuh-Nya yang mulia.” (Commentary On Luke, Homily 139)
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa
Mengakhiri khotbah tentang kedatangan-Nya yang kedua, Santo Lukas menyampaikan nasihat Yesus (Luk. 21:36), “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”, Vigilate itaque omni tempore orantes, ut possitis fugere ista omnia, quae futura sunt, et stare ante Filium hominis.
Ketika mendapati hari Tuhan tidak datang dalam waktu segera, para murid memasuki jebakan παγις, pagis, ciptaannya sendiri. Hidup masing-masing sarat dengan pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi.
Sikap batin yang senantiasa berjaga-jaga dan berdoa selalu bermakna kesediaan untuk melakukan kehendak Allah. Maka, kapan pun kematian datang tiap murid selalu ditemukan siap sedia.
Sebaliknya siapa pun yang tidak berjaga-jaga sama dengan tinggal dalam kegelapan. Santo Paulus mengingatkan, “Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri.” (1Tes. 5:4).
Jika tiap murid hidup dalam terang, setia melakukan kehendak Allah, ia akan menyambut hari kedatangan-Nya, termasuk saat kematian, dalam sukacita, tidak dalam ketakutan.
Maka, tiap murid akan bertemu Yesus sebagai hakim yang penuh kerahiman. Ia akan memeluk dan mengantar mereka masuk ke dalam rumah Bapa-Nya untuk tinggal di sana selama-lamanya.
Katekese
Advent: Panggilan untuk berharap. Paus Fransiskus, 17 December 1936–sekarang.
Advent menjadi panggilan untuk berharap terus menerus. Peristiwa ini mengingatkan bahwa Allah hadir dalam sejarah untuk memimpin kita merain tujuan utama hidup kita, mengarahkan langkah kita untuk mencapai kepenuhannya, yakni Tuhan, Tuhan kita Yesus Kristus. Allah hadir dalam sejarah umat manusia.
Dia adalah “Allah beserta kita’. Allah tidak jauh, Ia selalu hadir di tengah kita, agar Ia selalu dapat mengetuk pintu untuk memasuki hati kita. Allah selalu berjalan di samping kita untuk mendukung kita.
Tuhan tidak penah meninggalkan kita. Ia menyertai kita melalui peristiwa yang kita alami. Ia membantu kita menemukan makna peziarahan kita, hidup kita sehari-hari. Ia selalu bersedia menguatkan hati ketika kita kesulitan atau menderita.
Pada saat badai menerpa hidup kita, Allah merentangkan untuk menolong dan membebaskan kita dari ancaman. Amat indah! Dalam Kitab Ulangan, kita baca sabda-Nya yang sangat indah, saat nabi berkata pada umat-Nya, “Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita?”
Tak ada satu pun. Hanya kita yang diberi anugerah bahwa Allah beserta kita. Kita menanti-nantikan Allah. Kita berharap agar Ia menyatakan Diri-Nya. Namun, sebenarnya, Ia sendiri mengharapkan agar kita hadir di hadapan-Nya.” (Angelus, Saint Peter’s Square, Minggu, Sunday, 29 November 2020).
Oratio-Missio
Tuhan, temanilah aku saat aku berjaga mempersiapkan kedatangan-Mu. Dampingilah aku, supaya aku selalu berjaga untuk menyambut-Mu. Amin.
- Apa yang harus aku lakukan untuk melakukan kehendak-Nya?
Vigilate itaque omni tempore orantes, ut possitis fugere ista omnia, quae futura sunt, et stare ante Filium hominis – Lucam 21:36