Kamis. Minggu Adven III, Hari Biasa (U)
- Hak. 13:2-7.24-25a
- Mzm. 71:3-4a.5-6ab.16-17
- Luk. 1:5-25
Lectio (Luk. 1:5-25)
Meditatio-Exegese
Anak itu bertambah besar dan Tuhan memberkati dia
Para hakim adalah pahlawan rakyat Israel yang berasal dari pelbagai suku. Mereka berjuang membela bangsa mereka dari usaha bangsa asing untuk merebut tanah yang dijanjikan Allah mereka dan belum lama mereka duduki.
Salah satu hakim adalah Samson, yang dilukiskan sebagai seorang laki-laki yang sangat kuat, tetapi juga mempunyai kelemahan yang memudahkannya diperdaya, khususnya oleh perempuan. Delila, perempuan cerdik, akan membawa laki-laki perkasa itu dalam kejatuhan.
Meskipun ia mendapatkan beberapa keberhasilan, Samson tidak membebaskan bangsanya dari cengkeraman bangsa Filistin. Usaha kerasnya justu berpusat pada perjuangan di dalam batinnya sendiri.
Kisah Samson tak hanya menarasikan pergolakan hidupnya, tetapi juga konflik antara kedua suku bangsa itu sejak kedatangan bangsa Israel ke Palestina. Tetapi setelah kisah ini, kisah bangsa Filistin hilang dari pembahasan dalam tradisi alkitabiah dan baru muncul kembali pada kisah Daud dengan tokoh besar mereka, Goliat.
Kisah Samson mencerminkan watak bangsanya, yang mudah terpikat dengan kelokan perempuan asing, beberapa justru berperilaku buruk, dan, bahkan, orang Israel membiarkan diri sendiri menjadi korban daya tarik mereka.
Pada zaman para hakim bangsa pilihan Allah terus menerus melacurkan diri dalam pemujaan dewa-dewi bangsa Kanaan.
Samson berasal dari suku Dan. Sejarah hidupnya dikisahkan dari kelahiran hingga kematiannya. Ayahnya bernama Manoah dari Zora, di wilayah suku Dan, dan isterinya yang anonim ‘mandul’. Pada saat itu, kemandulan dipandang sebagai kutuk yang hampir-hampit tak tertahankan oleh kaum perempuan.
Ia mengalami penderitaan batin berat seperti dialami oleh tokoh perempuan dalam Perjanjian Lama: Sara, ibu Ishak; Ribka, ibu Yakub; Hanna, ibu Samuel; dan, Elizabet, ibu Yohanes Pembaptis.
Tetapi, Malaikat Tuhan menampakkan diri pada-Nya. Telinganya mendengarkan suara yang merdu dan indah, “Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki.” (Hak. 13:3). Kata-kata yang sama diulang saat Ibu Maria menerima kunjungan Malaikat Gabriel.
Selama mempersiapkan kelahiran anaknya isteri Manoah tidak minum anggur dan segala makanan yang ditetapkan sebagai najis. Sebagai pembebas bangsanya, anak laki-laki ini secara khusus dipersembah kepada Tuhan.
Maka, anak ini dipandang sebagai seorang nazir, yang disucikan bagi Allah, sehingga tidak boleh minum anggur atau mencukur rambut. Pada masa awal, sumpah seorang nazir berlaku seumur hidup. Tetapi kemudian berlaku hanya sementara dan berakhir saat ia memotong rambut.
Secara tersirat, rabut Samson yang tidak dicukur dan dibiarkan tumbuh sejak bayi memiliki kekuatan dahsyat. Tetapi, kekuatan itu layu ketika rambutnya dicukur setelah pengkhianatan Delila.
Ketika lahir, ibunya memberi nama Samson, yang berarti matahari atau terang. Nama itu mengungkapkan suka cita atas kelahiran seorang anak yang tidak diduga-duga atau bisa juga mengacu pada nama kota terdekat, Beth Shemesh, rumah matahari.
Penulis suci melukiskan perkembangan hidup Samson (Hak. 13:24), “Anak itu bertambah besar dan Tuhan memberkati dia.”, Crevitque puer, et benedixit ei Dominus.
Ungkapan ini tak hanya mengacu pada peran Samson sebagai pahlawan dengan keperkasaan. Tetapi juga, melukiskan perkembangan Yesus di Nazaret setelah ibu dan bapak-Nya mempersembahkan-Nya di Bait Allah di Yerusalem (bdk. Luk. 2:39-40).
Jangan takut
Dalam mempersiapkan kedatangan Sang Juruselamat, Allah melakukan tindakan luar biasa: menganugerahkan anak yang mereka rindukan kepada dua orang perempuan mandul. Samson di Perjanjian Lama (Hak. 13) dan Yohanes Pemandi (Luk. 1:5-25). Keduanya dipanggil untuk menyalakan harapan dan pembebasan pada saat kegelapan dan kesulitan melanda umat Allah.
Pada masa lalu hingga sekarang kehadiran Allah sering menimbulkan ketakutan pada banyak manusia. Mengatasi ketakutan, Allah selalu bersabda, “Jangan takut.” Dan Pesan pertama yang diucapkan Malaikat pada Zakharia, “Jangan takut, hai Zakharia.”
Kemudian Malaikat itu melanjutkan, “Sebab doamu telah dikabulkan.” (Luk. 1:13).Menggunakan kalimat pasif, dikabulkan, exaudita, Malaikat menampaikan bahwa Allah mengabulkan atau mendengarkan doa Zakharia.
Kata Malaikat itu (Luk. 1:13), “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan.”, Ne timeas, Zaccharia, quoniam exaudita est deprecatio tua.
Sebagai sosok yang menghayati Perjanjian Lama, Zakaria percaya pada Allah, walau imannya kurang mendalam. Maka setelah penampakan Malaikat, Zakharia menjadi bisu. Ia harus mendidik diri untuk mendengarkan sabda Allah.
Isterimu akan melahirkan seorang anak laki-laki
Di masa tuanya, Zakharia dan Elisabet merindukan seorang anak. Dan Allah mengabulkan permohonan mereka. Malaikat itu menyampaikan tugas penting yang akan diemban oleh yang harus mereka namai Yohanes.
“Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan. Ia tidak akan minum anggur atau minuman keras. Ia akan penuh dengan Roh Kudus sejak dari rahim ibunya.” (Luk 1:15). Pesan ini bermakna bahwa anak yang masih dalam kandungan adalah pribadi yang disucikan bagi Allah dan melaksanakan tugas pengutusan-Nya.
Tugas perutusan Yohanes adalah mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias. Ia mengambil peran Nabi Elia untuk memulihkan hidup umat yang telah rusak. Elia memulihkan iman umat kepada Allah, setelah dirusak oleh raja Ahab dan permaisuri kafirnya, Izebel (bdk. 1Raj. 18:20-46).
Tentang Yohanes, Santo Lukas menulis, “Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka. Ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati para bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar. Dengan demikian ia mempersiapkan suatu umat yang siap sedia bagi Tuhan.” (Luk. 1:16-17).
Yohanes mempersiapkan umat yang melandaskan diri pada relasi akrab seperti relasi dalam keluarga bagi Sang Mesias. Sendi hidup keluarga yang dirusak oleh daya kekuatan setani dipulihkan menjadi hidup keluarga seperti Keluarga Kudus Nazaret; pembangkangan pada kehendak Allah menjadi ketaatan pada kehendak-Nya, dan keadilan.
Kelak, orang akan mengakui Yohanes sebagai nabi (Mrk. 11:31). Sekian tahun kemudian Paulus menemukan orang-orang yang pernah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di Efesus (Kis. 19:3).
Dan Elizabet, yang mengandung di masa tuanya, menyembunyian diri di rumah selama lima bulan. Ia keluar rumah untuk menyongsong kedatangan Ibu Maria, Ibu Tuhan, yang datang untuk melayaninya.
Katekese
Lahir untuk bernubuat, dibunuh karena kebebaran. Santo Maximus dari Turin (meninggal antara 408-423):
“Saya tak tahu apa yang hal yang terpenting yang harus saya katakan – bahwa ia [Yohanes Pembaptis] dilahirkan dengan cara yang mengagumkan atau dipenggal dengan cara yang lebih mengagumkan. Karena ia dilahirkan atas sebuah nubuat dan dibunuh karena kebenaran.
Melalui kelahirannya ia mewartakan kedatangan Sang Juruselamat; dan melalui kematiannya ia mengecam perkawinan sedarah yang dilakukan Herodes Antipas (Mat4:3-12). Orang yang kudus dan benar ini, yang dilahirkan dengan cara tidak biasa karena janji Allah, layak di hadapan Allah karena ia meninggalkan dunia ini melalui kematian yang tidak biasa.
Ia harus bersaksi atas nama Allah dengan mengesampingkan hidupnya sendiri, yang ia terima sebagai karunia Allah. Maka, Yohanes melakukan segala hal yang dikehendaki Allah, karena ia dilahirkan dan mati demi karya Allah.” (dikutip dari Sermon 5.1-.2)
Oratio-Missio
Tuhan, kobarkan harapan dan pembaharuan dalam diri tiap anggota Gereja. Perbaharuilah dan kuatkan tiap keluarga Katolik. Dan bantulah aku untuk mengasihi dan melayani keluargaku. Amin.
- Apa yang aku lakukan untuk membantu Yohanes menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak baginya?
Ne timeas, Zaccharia, quoniam exaudita est deprecatio tua – Lucam 1:13