Senin, 23 Desember 2024
Mal. 3:1-4; 4:5-6.
Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14; Luk. 1:57-66.
SETIAP kali seorang anak lahir, dunia di sekitarnya pun penuh dengan harapan.
Orangtua, keluarga, dan masyarakat berharap anak itu tumbuh menjadi pribadi yang membawa kebaikan, kebahagiaan, dan berkat.
Harapan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab sang anak di masa depan, melainkan juga menjadi tanggungjawab orang-orang di sekitar anak tersebut.
Orangtua dan saudara serta lingkungan sekitar punya andil yang besar dalam mendidik, membimbing, dan mencintai anak itu.
Tuhan mempercayakan setiap anak untuk dirawat dan dipelihara dengan kasih dan tanggungjawab.
Masa depan seorang anak tidak lepas dari bagaimana ia dibesarkan, nilai-nilai yang diajarkan, teladan yang diberikan, serta doa dan dukungan yang menyertainya. Dalam hal ini, kita semua memiliki peran dalam membentuk generasi yang akan datang.
Ketika kita bertanya, “Menjadi apakah anak ini nanti?” marilah kita mengingat bahwa setiap anak adalah ciptaan Allah yang istimewa.
Mereka adalah pelita yang dapat menerangi dunia. Tugas kita adalah membantu mereka menemukan panggilan hidupnya dan mendukung mereka agar hidupnya menjadi saluran berkat bagi sesama.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: Menjadi apakah anak ini nanti? Sebab tangan Tuhan menyertai dia.”
“Menjadi apakah anak ini nanti?”
Pertanyaan ini muncul karena mereka menyadari bahwa kelahiran Yohanes bukanlah peristiwa biasa. Ada tangan Tuhan yang bekerja, ada janji besar yang menyertai kehidupannya.
Zakharia dan Elisabet adalah pasangan yang hidupnya dipenuhi kesetiaan kepada Tuhan. Meskipun mereka sudah lanjut usia dan belum dikaruniai anak, mereka tetap berdoa dan percaya kepada janji Tuhan.
Ketika akhirnya mereka menerima berkat berupa kelahiran Yohanes Pembaptis, mereka menyadari bahwa berkat ini bukan hanya untuk kebahagiaan pribadi mereka, tetapi untuk sebuah tujuan yang lebih besar: rencana Allah bagi keselamatan umat manusia.
Mereka mendidik Yohanes dengan penuh tanggung jawab, membesarkannya dalam kasih dan iman kepada Tuhan, sehingga Yohanes dapat menjalankan panggilannya sebagai nabi yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus.
Zakharia dan Elisabet menunjukkan bahwa berkat Tuhan memerlukan kerja sama manusia, kesetiaan, tanggung jawab, dan usaha untuk menjaga agar berkat itu menghasilkan buah yang berlimpah.
Bagaimana dengan diriku?
Bagaimana caraku menjaga dan menggunakan berkat itu untuk memuliakan Tuhan dan membantu sesama?