Selasa, 24 Desember 2024
Malam Natal
Yes. 9:1-6
Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13. 1
Tit. 2:11-14
Luk. 2:1-14
KETIKA kita merenungkan kasih dan cinta Tuhan, penjelmaan Tuhan menjadi manusia dalam pribadi Yesus Kristus melalui rahim Maria dan dilahirkan di Bethlehem adalah bukti nyata dan tak terbantahkan dari kasih Allah yang sempurna.
Kasih Tuhan adalah kasih yang aktif, bukan hanya kasih yang diucapkan. Dalam tindakan-Nya menjadi manusia, Tuhan menunjukkan bahwa Ia tidak sekadar memahami penderitaan manusia dari kejauhan, tetapi Ia juga masuk ke dalam realitas hidup kita.
Tuhan lahir dalam kesederhanaan, hidup dalam keterbatasan, dan akhirnya mengurbankan diri-Nya di kayu salib untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Kasih Tuhan melalui penjelmaan Kristus adalah undangan bagi kita untuk hidup dalam relasi yang dekat dengan-Nya.
Ia bukan Tuhan yang jauh, tetapi Tuhan yang hadir, yang peduli, dan yang memahami setiap aspek kehidupan kita. Dalam Yesus, kita menemukan pengharapan, belarasa dan persaudaraan yang mesra dengan Tuhan dan sesama.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.”
Dalam kesederhanaan sebuah palungan, Anak Allah, Sang Raja segala raja, lahir ke dunia. Peristiwa ini tidak hanya menjadi inti dari cerita Natal, tetapi juga pelajaran yang dalam tentang harapan, belarasa dan persaudaraan.
Palungan menjadi simbol harapan bahwa Yesus membawa kehidupan dan pengharapan bagi dunia yang telah jatuh dalam dosa. Dunia yang sedang lelah dan berbeban berat dengan aneka permasalahan yang tengah dihadapi.
Kata palungan mengarahkan pikiran kita kepada makanan. Palungan adalah tempat makan bagi ternak. Dengan diletakkan pada palungan, Yesus menghadirkan diri-Nya sebagai makanan bagi kita sekalian.
Dia adalah Roti Hidup. Kelahiran-Nya mengajarkan kita akan kesederhanaan hidup dan kepasrahan kepada Tuhan.
Kita bisa memenuhi kebutuhan utama kita yaitu sandang, pangan dan papan dalam peziarahan hidup kita di dunia ini. Kebutuhan pokok ini, kita perlukan agar kita bisa menjalani kehidupan kita dengan baik.
Meskipun demikian, kita mesti berusaha untuk memperhatikan juga pencarian makanan bagi jiwa kita. Makanan rohani yang menyegarkan jiwa kita. Yesus hadir di dunia ini sebagai santapan jiwa kita. Dia mau mendiami jiwa kita.
Kelahiran Yesus menyatukan surga dan dunia. Semua bergembira. Bala tentara dan malaikat di surga bergembira. Mereka turun dari surga dan mengiringi kedatangan Yesus ke dunia. Natal adalah bukti nyata bahwa Allah ingin berbagi sukacita di hati kita.
Ketiadaan tempat bagi Maria dan Yusuf di penginapan adalah simbol kepedihan hati manusia yang terpinggirkan oleh derap kemajuan zaman ini. Banyak orang kehilangan kehidupan karena tergilas oleh ketamakan dan kerakusan sesamanya.
Banyak orang yang menolak Tuhan, sabda-Nya dan kehendak Tuhan.
Penolakan ini tidak menghentikan rencana Allah. Bahkan dalam keadaan yang tampaknya tidak ideal, rencana keselamatan-Nya tetap terlaksana.
Kedatangan Tuhan, mengajarkan kita bahwa di tengah penolakan atau kesulitan hidup, Allah tetap bekerja dengan cara-Nya yang sempurna.
Keselamatan itu untuk semua orang bukan hanya untuk satu golongan atau satu suku bangsa di dunia tetapi untuk semua makluk di bumi ini.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku telah membiarkan diriku dipenuhi oleh cinta-Nya dan membagikannya kepada sesama?