Bangga Jadi Katolik: Generasi Muda Katolik yang Bersih, Kreatif, dan Berintegritas

0
47 views
Seminar dan lokakarya bertema "Bangga Menjadi Katolik" untuk para mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak. (Ist)

DALAM sebuah upaya besar membangun generasi yang bersih, kreatif dan berintegritas, Gedung Praktik Liturgi Sekolah Tinggi Agama Katolik (STAKat) Negeri Pontianak menjadi pusat reflektif dan diskusi mendalam.

Seminar dan lokakarya bertema “Bangga Menjadi Katolik” berlangsung sejak pukul 08.20 WIB hingga 17.40 WIB; menghadirkan serangkaian sesi inspiratif yang menyoroti tantangan dan peluang bagi generasi muda di Rra 5.0.

Kegiatan ini merupakan kerjasama antara STAKat Negeri Pontianak dengan Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Pontianak. Diawali dengan laporan penanggungjawaban dari Wakil Ketua III Bapak Lukas Ahen SAg, MPd yang menggarisbawahi pentingnya keterlibatan generasi muda Katolik untuk menjadi motor perubahan di tengah tantangan modern.

Kemudian, sambutan sekaligus membuka rangkaian acara oleh Ketua Bapak Dr. Sunarso ST, MEng mempertegas visi besar acara yaitu membentuk generasi yang tidak hanya terampil berorganisasi maupun akademik, tetapi memiliki komitmen terhadap nilai-nilai moral dan spiritual.

Empat orang pembicara

Dengan empat sesi utama yang mengundang narasumber inspiratif dari:

  • Dr. Lidya Natalia Sartono SPd, MPd – anggota DPRD Provinsi KalBar.
  • Pastor Gregorius Kukuh Nugroho CM – Pastor Moderator Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Makassar.
  • Geralda Jennifer Odelia – Pemazmur & penggiat medsos.
  • Brigjen Pol. Drs. Sumirat Dwiyanto MSi.

Tema disetiap dirancang untuk menggugah pikiran, menyentuh hati dan memotivasi aktualisasi kongkret dari membahas isu-isu fundamental – politik mahasiswa, refleksi iman, tantangan era digital hingga bahaya narkoba. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di sekitar wilayah Keuskupan Agung Pontianak.

Menjadi agen perubahan

Sesi pertama bertema “Bangga Menjadi Katolik Berperan bagi Politik Masyarakat “dipaparkan oleh Lidya Sartono, mantan Ketua PMKRI beberapa tahun lalu. Ia memberi cara pandang baru bahwa peran mahasiswa ialah sebagai agen perubahan.

Ia mengutip filsafat Thomas Aquinas, bahwa politik sejatinya bertujuan mewujudkan bonum commune yang artinya kebaikan bersama yang berkelanjutan. Selain itu, Lidya mengatakan ada tiga peran utama mahasiswa yaitu sebagai agen intelektual, agen sosial dan agen perubahan.

Ada salah seorang mahasiswa bertanya bagaimana menghadapi politik uang dalam masyarakat pluralis yang marak terjadi/ Dan ia menjawab, “Identitas tidak perlu dibuktikan dengan simbol atau atribut. Tunjukkan melalui perilaku anda. Jangan biarkan integritas tergadai oleh uang atau pujian sesaat.”

Ia menutup sesi dengan pesan: “Masa depanmu ditentukan oleh keputusan hari ini”. Ini sungguh meninggalkan kesan mendalam di hati para eserta.

Lidya Natalia Sartono, anggota DPRD Provinsi Kalbar. (Ist)

Dalam sesi kedua dengan tema “Bangga Menjadi Katolik” dibawakan oleh Pastor Greg CM. Ia membawa peserta ke perjalanan refleksi iman.

Dengan landasan Matius 6:33-34, Pastor Greg CM menekankan pentingnya kasih menjadi prioritas; bukan kekhawatiran duniawi. Perlu adanya tujuan hidup agar menentukan arah dan makna seperti yang ia kutip dalam Markus 11:24-26 yang menegaskan pentingnya pengampunan.

Bangga tidak hanya di KTP, tetapi bangga juga harus dicerminkan dalam aktualisasi  bagi diri sendiri, Tuhan, dan sesama. Ia pun mengajak peserta untuk merenungkan: Apa yang menggerakkan hatimu saat ini dalam dunia global yang kompleks?

Bentuk syukur adalah pintu untuk hidup lebih dekat dengan Tuhan dan sesama sehingga menjadi pegangan di tengah kehidupan modern yang kompleks sebagai persekutuan umat beriman.

Moderator Mahasiswa Keuskupan Agung Pontianak: Romo Gregorius Kukuh Nugroho CM. (Ist)

Hati-hati dengan medsos dan HP

Sesi ketiga dengan tema “Bangga Menjadi Katolik dan Manusia Digital” dibawakan oleh Kak Jennifer. Ia membuka sesi dengan analisis tajam tentang bahaya era digital, terutama brain rot- kerusakan otak akibat konsumsi berlebihan media sosial.

Ia menuturkan bahwa ketergantungan pada dopamin media digital melemahkan fungsi prefrontal cortex, bagian otak yang bertanggungjawab untuk fokus dan mengambil keputusan.

Di lain hal, Mat 28:19-20 menjadi titik emas bagi Kak Jennifer untuk menyoroti peluang besar media sosial sebagai ladang misi. “Semua dibutuhkan proses dan jangan pernah mencari like-nya; tetapi berilah sesuatu yang adalah kemampuan sendiri sebab konten adalah bentuk pelayanan bukan mengejar popularitas semata.”

Itu pesan penutup sesi. Dan di penghujung sesinya. ia menekankan pentingnya mindfulnes, refleksi dan keseimbangan dalam penggunaan teknologi.

Hidup tanpa narkoba

Pak Sumirat sebagai narasumber terakhir dengan tema keempat yaitu “Bangga Menjadi Katolik Membangun Hidup Berkualitas Unggul Tanpa Narkoba”. Ia menggarisbawahi bahwa narkoba adalah ancaman serius yang menghancurkan masa depan individu dan masyarakat.

“Gereja harus mengambil peran aktif dalam rehabilitasi korban dan melawan peredaran narkoba, sebab ini bukan sekadar masalah individu, tetapi masalah bersama,” katanya tegas.

Pesan moral yang terus menggema yang ia lontarkan bahwa generasi muda saat ini memiliki pilihan yaitu “menjadi manusia pemenang yang membawa perubahan atau manusia pecundang yang hanya menjadi penonton.”

Ilustrasi – Aktif bermain medsos. (Ist)

Oleh karena itu untuk menjadi generasi emas diperlukan orang-orang muda khususnya yang berintegritas, berkomitmen dan berani melawan kejahatan begitu pula masa depan Gereja dan bangsa ada di tangan pemuda yang tidak hanya bertahan, tetapi juga bergerak untuk membangun generasi yang unggul.

Kegiatan seminar dan lokakarya ini telah menyemai benih perubahan dalam hati para generasi muda. Wadah yang diberikan kampus STAKat Negeri Pontianak dibantu oleh para panitia melalui refleksi mendalam, diskusi kritis dan isnpirasi spiritual disetiap sesi untuk mengingatkan peran penting generasi muda menjadi tulang punggung masa depan Gereja dan bangsa.

Misa Adorasi bersama Moderator Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Pontianak: Romo Greogorius Kukuh Nugroho CM. (Angga)

Sebagaimana Yesus mengajarkan dalam Injil Matius 5:13-16: “Kamu adalah garam dunia… kamu adalah terang dunia,” maka generasi muda Katolik dipanggil untuk menjadi cahaya harapan ditengah kegelapan dunia dan menyatukan etabilitas mora untuk dijaga.

Kiranya tongkat estafet yang telah diberikan oleh generasi sebelumnya kepada generasi saat ini memiliki harapan untuk generasi muda tidak menjadi penonton tetapi berperan aktif dalam mewujudkan dunia yang bersih, kreatif dan berintegritas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here