Live In, Cara SMA Strada Bhakti Wiyata Bekasi Ciptakan Pendidikan Unggul Berkarakter

0
15 views
Ilustrasi.

TINGKAT pendidikan berkualitas dan menciptakan peserta didik yang berkarakter, disiplin dan memiliki nilai-nilai adalah salah satu pilar guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG 4).

Direktur Perkumpulan Strada Romo Bei Witono SJ yang dihubungi Redaksi Radio Sonora mengatakan bahwa program live in para peserta didik SMA ini bertujuan mengembangkan semangat kepedulian terhadap sesama khususnya pada tempat-tempat jauh di pedesaan.

“Mereka akan terlibat dan belajar langsung di dalam masyarakat setempat, kemudian membantu apa saja yang baik dan dibutuhkan di sana sesuai dengan pedoman live in ala Sekolah Strada,” ujar Romo Bei.

Melalui kegiatan live in ini diharapan para peserta didik akan semakin peka terhadap kebutuhan lingkungan, dan dapat membantu sesama, khususnya yang sangat membutuhkan bantuan secara lebih baik di kemudian hari.

“Membangun semangat empati, peduli diharapan para peserta didik akan semakin peka terhadap kebutuhan lingkungan, dan dapat membantu sesama, khususnya yang sangat membutuhkan bantuan secara lebih baik di kemudian hari.

Membangun semangat empati, peduli, mandiri, kesederhanaan serta kasih akan sesama diharapkan dari kegiatan ini, sehingga karakter peserta didik akan terbentuk,” tambahnya.

Ilustrasi: Gereja St. Isidorus Paroki Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jateng. (Paroki Sukorejo)

Live in di Sukorejo, Kabupaten Kendal

Kepala Sekolah SMA Strada Bhakti Wiyata Kranji, Bekasi Prima, Setyaningrum, SPd, MM mengatakan Strada BW memiliki cara inovatif yang telah diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah melalui program live in di desa.

“Program live in SMA Bhakti Wiyata Kranji, Bekasi, tahun 2025 ini adalah pogram ke-4 yang berlangsung di Gereja Triniji Suci Ngaliyan, Paroki Santo Isidorius, Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dari 12-17 Januari 2025,” ujarnya.

Menurut Prima, program live in SMA BW Bekasi 2025 melibatkan 152 peserta didik siswa-siswi kelas XI dengan melibatkan 11 guru pendamping serta akan tinggal di rumah keluarga-keluarga Kristiani. Mereka akan terlibat berbagai kegiatan orang tua asuh yang mereka tinggali hingga belajar kearifan lokal seperti belajar gamelan.

“Melalui program ini memungkinkan siswa untuk tinggal dan belajar di desa, memberikan pengalaman langsung yang dapat menghubungkan teori dengan praktik dan dapat merasakan bagaimana tinggal serta melakukan aktivitas sehari-hari kehidupan orang desa,” tambahnya.

Adapun para orangtua peserta didik merespon secara beragam terkait program live in tersebut. Hal itu terekam dalam pertemuan daring melalui Zoom Meeting antara orangtua dan para guru pada Kamis, (9/1/2025).

Para orangtua di antaranya ada rasa kawatir dan sedikit ragu akan kegiatan tersebut, tetapi banyak juga yang merelakan dan menyambut positif kegiatan tersebut.

Kekawatiran para orang tua dinilai sesuatu yang wajar dan manusiawi karena sebagai bentuk rasa sayang dan cintanya orangtua kepada putera puterinya.

Kekawatiran di antaranya disampaikan orangtua peserta didik Mama Shane yang menanyakan kondisi tempat tidur, bagaimana para orangtua dapat berkomunikasi dengan putera-puterinya.

“Apakah nanti di lokasi live in anak-anak akan tidur seperti camping tidur di bawah tenda. Lalu apakah tidak sebaiknya anak-anak diberikan alat komunikasi gawai agar orangtua mengetahui kondisi anak-anak,” ujar satu orangtua murid.

Sementara para orangtua yang lain juga mewanti-wanti dan mengingatkan panitia agar memilih dan selektif dalam memilih jenis kendaraan atau bus yang akan membawa peserta didik ke lokasi live in di Sukorejo, Kabupaten Kendal ini.

Merespon kekawatiran tersebut para guru pendamping Sekolah Strada BW Bekasi memastikan dan menjamim segala sesuatu mulai dari armada bus, tempat tinggal live in hingga potensi cuaca hujan di lokasi live in sudah dipersiapkan hingga dipertimbangkan dengan matang.

Live in adalah istilah yang mengacu pada pengalaman siswa-siswi tinggal atau menginap di lokasi dan keluarga tertentu selama waktu tertentu sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran atau eksplorasi.

Khusus kegiatan live in di desa, artinya siswa tinggal bersama dalam salah satu keluarga di desa dan ikut merasakan kegiatan rumah yang siswa-siswi tinggali. Para peserta ikut merasakan kegiatan setiap keluarga di desa seperti menanam padi/bercocok tanam, memberi makan hewan peliharaan, berkebun, hingga memasak secara tradisional masyarakat desa serta belajar kearifan lokal.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here