- Bacaan 1: Ibr. 3:7-14
- Injil: Mrk. 1:40-45
Siapa tidak tahu kapal “TITANIC” yang sungguh fenomal namun berakhir tragis? Dirancang oleh Thomas Andrews sebagai kapal paling canggih di zamannya. Terbuat dari bahan-bahan terbaik untuk menahan serangan apa saja. Hal ini membuat Thomas Andrews terlalu percaya diri:
“Bahkan Tuhan sekalipun tidak dapat menenggelamkan kapal ini.” Katanya
Dalam pelayaran perdananya ke Amerika Serikat, “Titanic” menabrak gunung es di Samudera Atlantic. Tanggal 14 April 1912, “Titanic” tenggelam bersama Thomas Andrew dan 1.517 orang kru serta penumpangnya.
Meremehkan Tuhan, mungkin inilah komentar banyak orang kepada Thomas Andrews.
Dalam suratnya kepada para pengikut Kristus yang sedang mengalami penganiayaan dan penderitaan, penulis Ibrani mengingatkan:
“Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya.”
Bangsa Israel kuno tidak mau dipimpin Tuhan dan malah sering mengeraskan hati dan sesat hati. Ini adalah sebuah penghinaan bagi Tuhan yang tidak bisa ditolerir, sehingga angkatan itu binasa di tengah jalan tidak pernah masuk ke Tanah Terjanji.
Sama seperti nasib Kapal “Titanic” yang binasa di tengah perjalanan di Samudera Atlantic.
Teladan berbeda ditunjukkan oleh seorang yang telah “dianggap habis hidupnya”, yaitu seorang penderita kusta. Di zaman itu, penderita kusta harus “disingkirkan” dari pergaulan orang-orang Yahudi karena dianggap kena kutukan Allah, dianggap pendosa.
Dalam ketidakberdayaannya serta kerendahan hatinya, ia memberanikan diri sambil berlutut memohon kesembuhan dan ketahiran pada Tuhan Yesus.
“Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Dan langsung direspon-Nya,
“Aku mau, jadilah engkau tahir.”
Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
Pesan hari ini
Jangan keraskan hatimu saat Tuhan ingin memimpin hidupmu menuju “Keselamatan Kekal”. Kalahkan ego, gengsi serta harga dirimu yang membuatmu terpeleset dalam kesombongan.
Jangan pernah menghina Tuhan.
“Keberhasilan bukanlah alasan untuk menjadi sombong, tetapi sebagai motivasi untuk terus berkembang.”