
MENGAWALI rangkaian acara tahbisan Uskup Keuskupan Surabaya yang baru, Romo Agustinus Tri Budi Utomo (Didik), Selasa, 21 Januari 2025, pukul 17.00 WIB, diadakan Ibadat Salve Agung (Vesper Solemnis). Juga dilangsungkan pemberkatan Insignia: busana uskup, benda-benda litrugi uskup yang nantinya akan digunakan Busana, dan Benda Liturgi Uskup) yang akan digunakan Uskup Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo dalam menjalani tugas penggembalaan umat Keuskupan Surabaya.
Acara hari Selasa sore kemarin ini berlangsung di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya. Dihadiri 1.200 umat; dan diiringi paduan suara dari siswa-siswi St. Clara, dan solis suster dari Kongregasi Misionaris Claris Indonesia.



Pemberkatan semua insignia ini dilakukan oleh Uskup Keuskupan Purwokerto Mgr. Christophorus Tri Harsono; didampingi Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi dan Uskup Keuskupan Malang Mgr. Prof. Dr. Hendricus Pidyarto Gunawan O.Carm.
Hadir pula Nuntius Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo, Uskup KAJ Ignatius Kardinal Suharyo, Ketua KWI sekaligus Uskup Keuskupan Bandung Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC dan 24 uskup dari berbagai keuskupan di Indonesia.
Ahli dalam berbagai disiplin ilmu
Dalam homilinya, Mgr. Tri Harsono bercerita bahwa menjadi uskup itu syaratnya ahli dalam berbagai disiplin keilmuan. Minimal berusia 35 tahun ke atas, bergelar lisensiat, dan minimal sudah 5 tahun menjadi imam.
“Jadi uskup itu bukan suatu hal yang dicita-citakan. Juga bukan untuk cari prestasi. Juga bukan untuk cari prestise dan untung.Uskup itu dibelenggu bekerja hingga sampai maksimal 75 tahun, maka baru boleh pensiun. Semua ini karena Tuhan. Mgr. Didiek telah dipercaya menggembalakan umat Tuhan di Keuskupan Surabaya dan pasti hasilnya tidak akan mengecewakan,” ungkap Mgr. Tri Harsono.

“Mari Mgr. Didiek kita memanggul salib bersama-sama dengan para para uskup yang lain dengan kerendahan hati,” demikian ajak Mgr. Tri Harsono.
“Mari Mgr. Didiek, kita memanggul salib bersama-sama dengan para para uskup yang lain dengan kerendahan hati,” demikian ajak Mgr. Tri Harsono.

Pengakuan iman dan janji setia kepada Tahta Suci
Setelah homili, Mgr. Christophorus Tri Harsono bersama Uskup Terpilih Keuskupan Surabaya, Romo Agustinus Tri Budi Utomo menyatakan pengakuan iman, dan sumpah setia kepada Takhta Suci. Dilakukannya dengan menyentuh Kitab Suci di hadapan para uskup, segenap imam dan kaum religius, dan sekalian umat yang hadir.
Setelah Uskup Terpilih Keuskupan Surabaya Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo menyatakan pengakuan iman,dan sumpah setia kepada Takhta Suci, maka langsung dilakukan penandatanganan naskah dokumen. Dilakukan oleh Mgr. Didiek bersama Mgr. Christoporus Tri Harsono, Mgr. Pius Riana Prapdi, Mgr. Prof. Dr. Hendricus Pidyarto Gunawan O.Carm. Juga oleh Ignatius Kardinal Suharyo dan Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC.
Dokumen itu sendiri dibawa oleh Nuntius Mgr. Piero Pioppo.


Setelah selesai menandatangani dokumen tersebut, Mgr. Tri Harsono memberkati busana, dan benda-benda liturgi uskup (insignia) berupa jubah, sabuk, mozeta, rochet, solideo, biretta, mitra, cincin, dan tongkat kegembalaan. Dilakukan dengan diperciki air suci dan didupai.
Acara ditutup dengan berkat Mgr. Christophorus Tri Harsono. Disertai penyambutan para uskup dengan Tari Lenggok khas Surabaya oleh para murid SMA St. Louis Surabaya.
Acara dilanjutkan pengalungan selempang kepada para uskup oleh para pelajar/ Lalu berlanjut dengan makan malam yang dipimpin oleh Uskup KAS Mgr. Robertus Rubiyatmoko ; diiringi St.Louis Choir, BIAK St. Yakobus, Eliata Choir, dan Seraphim Orchestra.