Injil Minggu 2 Februari 2025: Yesus Dipersembahkan di Tempat Ibadat di Yerusalem

0
24 views
Yesus dalam dekapan Simeon dan Hana by Nick Seger.

REKAN-rekan yang budiman.

Pada hari Minggu kali ini dibacakan Luk 2:22-40. Dikisahkan bagaimana Yesus yang masih bayi dibawa orangtuanya ke Yerusalem untuk dipersembahkan di tempat ibadat menurut Hukum Musa. Pada kesempatan itu datanglah seorang yang bernama Simeon yang dikenal sebagai orang saleh. Datang juga seorang nabi perempuan bernama Hanna.

Mereka berdua menyadari bahwa yang kini dipersembahkan di tempat ibadat ini ialah Dia yang bakal menghibur umat Tuhan. Dialah yang menghidupkan harapan bagi umat-Nya.

Mengikuti ajaran kepercayaan

Dalam kisah ini ditekankan bahwa Kanak-kanak Yesus dibawa ke tempat ibadat untuk disucikan dan dipersembahkan terjadi menurut “Hukum Musa” (ay. 22) yang juga disebut sebagai “Hukum Tuhan” (ay. 23, 24 dan 39) atau “Hukum Taurat” (ay. 27).

Ditekankan bahwa Yesus dari keluarga kaum saleh. Hendak diutarakan bahwa tokoh Yesus yang nanti diwartakan dalam Injil tidaklah bertentangan dengan ajaran kepercayaan yang turun-temurun diwarisi. Bahkan ditegaskan Dia itu yang memenuhinya sejak lahir. Dia itu yang menjadi kenyataan apa itu kesalehan yang benar.

Ada tiga macam ajaran kepercayaan yang melatari kisah ini:

  • Pada akhir hari kedelapan setelah lahir, bayi wajib disunat dan diberi nama. Ini terungkap dalam Luk 2:21 yang tidak ikut dibacakan kali ini. Hukum yang dimaksud terungkap dalam Im 12:3.
  • Ibu yang baru bersalin dan melahirkan anak laki-laki wajib tinggal di rumah selama delapan hari dan tidak boleh ikut dalam upacara apa pun. Setelah lewat tenggang waktu ini, sang ibu perlu menjalani masa “penyucian” selama 33 hari seperti termaktub dalam Im 12:1 dan 4.
  • Bila anak yang lahir itu anak pertama, maka wajib dipersembahkan kepada Tuhan di tempat ibadat, seperti tertera dalam Kel 13:12, dan dapat ditebus kembali oleh orangtuanya dengan “sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati” seperti tersebut dalam Luk 2:24, mengikuti Im 12:8.

Kisah kali ini menyatukan pokok ke-2 dan ke-3 di atas. Begitu maka kesalehan ibu dan anak dipaparkan bersamaan.

Simeon dan Hana

Kisah ini juga menampilkan dua orang tokoh saleh, yaitu Simeon dan Hana. Simeon hidup dalam kepercayaan orang Yahudi yang menantikan penghiburan bagi umat (ay. 25) dan Hana menantikan ditebusnya Yerusalem (ay. 38) dari keadaan terpuruk.

Guna memahami kedua tokoh ini baiklah sekadar diingat bahwa dengan direbutnya Kota Yerusalem oleh Nebukadnezar, raja Babilonia tahun 587 Sebelum Masehi, umat Tuhan merasakan hidup dalam pembuangan. Mereka tidak lagi merdeka. Kebanyakan hidup di tanah asing, tidak lagi memiliki raja dan tempat ibadat. Mereka menantikan penghiburan dari Tuhan.

Warta Yesaya 40-55 mengutarakan harapan ini sudah dijawab oleh Tuhan sendiri. Dan oleh karenanya mereka boleh membangun kembali negeri dan ibadat mereka. Namun kenyataan tidak seperti diidam-idamkan. Malahan setelah mereka kembali ke tanah leluhur mereka, ada percekcokan di antara mereka mengenai siapa yang paling berhak membangun kembali kehidupan mereka dan seperti apa bentuknya.

Semua ini terungkap dalam Yes 56-66 dan kitab nabi-nabi setelah pembuangan. Di tengah-tengah kekacauan ini muncullah harapan akan datangnya seorang yang resmi ditugasi (kiasannya “diurapi”) membangun kembali negeri mereka. Tokoh ini disebut Mesias, artinya  “Yang Diurapi”. Tokoh seperti ini akan menjadi penghiburan bagi umat. Dia inilah yang dinanti-nantikan tokoh Simeon. Dia mewakili mereka yang mengharapkan datangnya Sang Mesias.

Selain Simeon, ada Hana. Ia menantikan penebusan Yerusalem. Kota ini tadinya Kota Suci bagi umat Tuhan dan dilindungi oleh-Nya. Tetapi kenyataan bahwa ditaklukkan oleh Nebukadnezar menunjukkan kota ini tidak lagi dilindungi Tuhan. Mengapa?

Kesimpulannya, kota ini tidak lagi taat pada Tuhan dan menyalahi-Nya sehingga Tuhan sendiri menyerahkannya kepada Nebukadnezar bersama raja Yehuda dan benda-benda suci Bait Allah (bdk Dan 1:1-2). Orang-orang saleh setelah pembuangan hingga zaman Yesus menantikan penebusan kota itu. Dalam kisah ini, tokoh Hana mewakili orang-orang saleh seperti itu.

Simeon dan Hana adalah dua tokoh dari dunia Perjanjian Lama yang hidup dalam pengharapan akan perbaikan. Dan saat inilah harapan mereka mulai terjawab dalam ujud datangnya seorang Kanak-kanak Yesus yang diantar orangtua mereka ke tempat ibadat.

Kidung dan nubuat Simeon

Kidung Simeon dalam Luk 2:29-32 mengungkapkan kelegaan Simeon, ketika melihat keselamatan telah datang. Disebutkan dalam ayat 33 bahwa orangtua Yesus heran mendengar Kidung Simeon. Mereka kiranya belum begitu menyadari bahwa Yesus ini adalah yang dinanti-nantikan umat. Dan inilah saatnya mereka –dan tentunya para pembaca Injil Lukas– mulai menginsafi siapa Yesus itu.

Tapi bagaimana hidup dalam kesadaran ini?

Nubuat Simeon yang diutarakan kepada Maria dalam ayat 34-35 menjadi pegangan. Datangnya tokoh Mesias yang diharap-harapkan membangun kembali kehidupan umat bisa menjadi harapan besar yang tidak nyata. Banyak dari kalangan umat –bahkan nanti para pengikut awal Yesus– mengartikan bahwa kejayaan kerajaan orang Israel akan dibangun oleh Mesias ini. Seperti harapan akan datangnya Ratu Adil di Nusantara.

Simeon menegaskan dalam nubuatnya bahwa anak yang dibawa orang tuanya ini ditentukan untuk “menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang di Israel” dan menjadi pokok “perbantahan”.

Artinya, akan membuat orang makin merasa terpuruk (“menjatuhkan”) bila mengharapkannya sebagai Mesias politik, tapi bakal betul-betul menghibur (“membangkitkan”) bila Ia diterima sebagai yang membawakan kehadiran Tuhan yang sesungguhnya. Dan ini akan tetap menjadi perbantahan agar “menjadi nyata pikiran hati banyak orang”. Begitu, maka harapan akan Mesias akan dimurnikan.

Pada akhir ayat 35, Simeon menambahkan nubuat bagi Maria, yakni bahwa “kelak suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri”. Begitu hendak dikatakan bahwa Maria akan menyadari apa yang terjadi pada Yesus juga dengan kepedihan besar bagaikan hati ditembus pedang.

Rupa-rupanya dengan ini, Injil Lukas hendak menyarankan kepada para pembacanya agar bersedia mengikuti cara Maria memahami Yesus tanpa mengesampingkan kesukaran. Orang diajak melepaskan gagasan-gagasan sendiri mengenai Yesus dan membiarkannya menunjukkan diri setapak demi setapak. Baru dengan itulah orang akan menyadari siapa Yesus itu sesungguhnya.

Orang kerap tidak menyadari Yesus yang ada di dekat mereka karena memandanginya dengan pikiran-pikiran sendiri. Baru bila membiarkan ia mengungkapkan diri – seperti terjadi dengan dua orang murid di Emaus  (Luk 24:13-35) yang pada awalnya tidak mengenali siapa yang berjalan bersama mereka.

Penebusan Yerusalem

Hana mewakili orang-orang yang mengharapkan kota mereka –Yerusalem– ditebus menjadi Kota Suci kembali. Tetapi ini tidak berarti terbangunnya kota Yerusalem kembali seperti sebelum direbut dan diperintah kekuasaan asing. Lukas mengutarakan ini dengan cara unik.

Menurut Lukas, Hana mengharapkan penebusan bagi Kota Yerusalem yang dieja dalam teks Yunani Injilnya sebagai “Yerusalem”. Ini ejaan menurut nama kota itu menurut bahasa umat Yahudi. Bila dieja demikian, kota itu ialah kota yang lama yang sudah ditinggalkan Tuhan sendiri. Dan bahkan kota yang dianggap tidak taat pada Tuhan.

Hana mengharapkan kota terpuruk ini akan ditebus. Sebagai apa?

Pembaca diajak kembali ke awal kisah ini, yakni ayat 22 yang menyebutkan Yesus dibawa orang tuanya ke Yerusalem. Di situ kota itu dieja sebagai “Hierosolyma”, yakni ejaan dalam bahasa Yunani. Bila dieja demikian, maka kota itu ditampilkan sebagai yang menerima Yesus. Dan inilah Yerusalem baru, wahana bagi orang-orang yang menerima Mesias yang sesungguhnya.

Salam hangat,

A. Gianto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here