Tergerak oleh Belas Kasih

0
42 views
Ilustrasi: Menolong orang sekarat. (Ist)

Sabtu, 8 Februari 2025

Mrk 6: 30 – 34

BANYAK waktu kita lalui dalam kesibukan mengurus kebutuhan dan kepentingan diri sendiri. Kita bekerja keras untuk mencapai impian, mengumpulkan harta, dan mencari kenyamanan hidup.

Sebagai orang beriman, kita dipanggil untuk hidup dalam belas kasih dan kemurahan hati. Bukan hanya sekadar sikap baik, tetapi sebagai napas kehidupan kita setiap hari.

Belas kasih adalah cerminan kasih Tuhan yang mengalir dalam diri kita. Tuhan sendiri adalah sumber segala kasih, dan Dia menghendaki agar kita menyalurkan kasih itu kepada sesama.

Kemurahan hati pun menjadi wujud nyata dari iman yang hidup. Bukan sekadar memberi dari kelimpahan, tetapi berbagi dengan tulus, tanpa pamrih, bahkan ketika kita sendiri dalam keterbatasan.

“Anak saya tiga, tetapi menjadi empat sekarang karena dia mau tinggal bersama kami,” kata ibu pejual nasi itu, sambil menunjuk anak lelaki yang membantu ibu itu mengurusi warung.

“Suatu sore dia datang meminta makan di warung kami. Ketika dia sedang makan, saya tanya tentang hidupnya. Dari percakapan itu, saya tahu bahwa anak itu kehilangan orang tuanya dan terpaksa mengemis untuk bertahan hidup.

Saya merasa iba dan sedih, karena saya juga ditinggal orangtuaku sejak kecil dan kemudian dibesarkan oleh bibi saya.

Setelah makan itu, saya menawari anak itu pekerjaan dan tempat tinggal. Saya mengajak anak itu bekerja ringan di warung saya dan tinggal bersama kami. Anak itu menyambut dengan penuh syukur dan kemudian tinggal bersama kami sampai saat ini.

Saya tidak perlu waktu lama mengajari dia untuk urusan warung dan ruang tangga, dia bisa membersihkan meja dan melayani pelanggan. Bahkan dia lalu mau sekolah lagi.

Saya melihat anak itu mau belajar arti kerja keras dan perlahan bisa mengubah hidupnya,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.”

Hati Yesus selalu tergerak oleh belas kasihan. Ketika melihat orang banyak yang datang kepada-Nya dengan penuh harapan, Ia tidak mengabaikan mereka.

Tuhan melihat banyak orang yang mencari Dia itu, seperti domba tanpa gembala, tersesat, lelah, haus akan bimbingan dan kebenaran.

Domba tanpa gembala adalah gambaran kita yang kehilangan arah, hidup dalam ketidakpastian, dan mudah jatuh dalam kesesatan.

Dunia ini sering kali menawarkan banyak jalan, tetapi tanpa bimbingan yang benar, kita bisa tersesat dalam keegoisan, ketakutan, atau dosa.

Yesus datang sebagai Gembala yang baik, yang tidak hanya melihat kebutuhan fisik kita, tetapi juga kebutuhan spiritual kita.

Kita dipanggil untuk meneladani Yesus, menjadi gembala bagi sesama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memberikan perhatian, membimbing, dan membagikan kebenaran firman Tuhan, kita dapat menjadi alat kasih-Nya di dunia ini.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku juga memiliki hati yang tergerak oleh belas kasihan terhadap sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here