Mendengarkan Suara Tuhan

0
5 views
Mendengarkan.

Minggu, 9 Februari 2025

Yes 6:1-2a.3-8
Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5.7c-8
1 Kor 15:1-11
Luk 5:1-11

MANUSIA yang mau belajar adalah mereka yang tidak hanya puas dengan apa yang sudah mereka ketahui, tetapi terus haus akan wawasan baru.

Mereka menyadari bahwa setiap pengalaman hidup, baik sukses maupun kegagalan, adalah guru yang berharga. Kesalahan bukanlah akhir, tetapi sebuah pelajaran untuk menjadi lebih baik.

Lebih dari itu, orang yang mau dibentuk adalah mereka yang rendah hati menerima koreksi dan bimbingan. Mereka tidak bersikap keras hati atau merasa sudah cukup bijak, tetapi siap untuk diarahkan, ditempa, dan diperbaiki.

Dalam proses itu, mereka menemukan makna dari setiap peristiwa dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih matang.

“Sejak awal, saya menyadari bahwa saya harus belajar lebih giat dibanding teman-teman, karena saya bukan dari seminari menengah,” ujar seorang sahabat.

“Saya masuk biara berkat jalur aksi panggilan untuk late vocation atau panggilan terlambat.

Saya bukan seseorang yang sejak awal bercita-cita masuk biara. Saya telah menjalani kehidupan di dunia kerja, mengalami berbagai tantangan, kenyamanan, serta dinamika yang membuat saya semakin mengenal diri sendiri.

Ada suara lembut yang terus mengetuk hati saya. Awalnya saya mengabaikan, berpikir bahwa saya sudah “terlambat” untuk menanggapi panggilan Tuhan.

Tapi semakin saya mencoba menghindar, semakin kuat suara itu memanggil saya untuk sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang lebih berarti dari sekadar pekerjaan dan kesuksesan duniawi.

Jalur Aksi Panggilan membuka jalan bagi saya untuk dengan berani menjawab suara itu. Saya menemukan bahwa tidak ada kata terlambat untuk Tuhan.

Tuhan tidak pernah terburu-buru atau terlambat. Dia selalu memanggil kita di saat yang paling tepat menurut rencana-Nya,” ujar sahabatku itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”

Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras, dan kami tidak menangkap apa-apa. Tetapi karena perintah-Mu, aku akan menebarkan jala juga.”

Dalam Injil hari ini, kita melihat teladan luar biasa dari Petrus dan teman-temannya. Sebagai nelayan, mereka adalah orang-orang yang berpengalaman dan sangat memahami pekerjaan mereka. Namun, meskipun sudah ahli, mereka tetap mau mendengarkan perintah Yesus.

Petrus bisa saja bersikap sombong dan mengabaikan perkataan Yesus, sebab ia tahu betul bahwa mereka sudah bekerja keras semalaman tanpa hasil.

Tetapi, dengan rendah hati, ia tetap taat dan menuruti perintah-Nya. Dan hasilnya, mereka mengalami mukjizat besar tangkapan ikan yang melimpah.

Dari kisah ini, kita belajar bahwa kerendahan hati adalah kunci untuk terus bertumbuh.

Kadang, dalam hidup ini, kita merasa sudah cukup tahu dan menguasai banyak hal. Kita merasa sudah berpengalaman dan tidak perlu lagi mendengarkan orang lain, bahkan Tuhan.

Justru di saat kita bersikap terbuka dan mau belajar, kita akan menemukan kebijaksanaan dan makna hidup yang lebih dalam.

Petrus tidak hanya menunjukkan keahlian sebagai nelayan, tetapi juga kebesaran jiwanya dalam menerima arahan Tuhan. Ia mengajarkan kita bahwa dalam segala hal, kita perlu selalu memiliki sikap rendah hati dan kesiapan untuk belajar.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku masih terbuka untuk belajar, bahkan dalam bidang yang aku anggap sudah aku kuasai?==

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here