Senin, 10 Februari 2025
Kej. 1: 1-19.
Mzm. 104: 1-2a,5-6,10,12,24,35c.
Mrk. 6: 53-56.
MENJADI orang terkenal adalah impian banyak orang.
Setiap tahun, ribuan orang mengikuti audisi untuk menjadi artis, berharap hidup mereka berubah. Mereka ingin dikenal, dihormati, dan mungkin mendapatkan kekayaan.
Tidak salah memiliki impian besar. Tetapi kita perlu bertanya: apakah popularitas benar-benar tujuan hidup yang sejati?
Sebagai orang beriman yang merasa menerima panggilan Tuhan untuk berperan aktif dalam pelayanan.
Kita mesti menyadari bahwa pelayanan bukanlah tentang seberapa populer kita di mata manusia, tetapi tentang bagaimana kita menjadi berkat bagi sesama.
Jika kita melayani dengan niat mencari popularitas, maka kita telah kehilangan esensi pelayanan itu sendiri. Pelayanan sejati berpusat pada kasih dan pengurbanan; bukan pada pencitraan atau pengakuan.
Popularitas bisa datang dengan cepat, tetapi juga bisa hilang dalam sekejap. Banyak orang yang telah mencapai ketenaran, tetapi tetap merasa kosong karena mereka mencari kebahagiaan di tempat yang salah.
Yesus sendiri memberikan teladan dalam hal ini. Ia tidak datang untuk mencari hormat atau sanjungan, tetapi untuk melayani dan memberikan hidup-Nya bagi banyak orang.
Popularitas bukanlah tujuan, melainkan bisa menjadi sarana untuk membawa dampak yang lebih besar bagi pekerjaan Tuhan.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.”
Popularitas yang Yesus peroleh bukanlah sesuatu yang sudah ada pada awal pelayanan-Nya. Popularitas itu makin berkembang seiring dengan makin tingginya kualitas pelayanan dan pengajaran yang Yesus tunjukkan, serta makin banyaknya mukjizat dan berkat yang Ia berikan.
Betapa besar kuasa Yesus dalam menyembuhkan dan memulihkan orang yang percaya kepada-Nya.
Orang-orang yang sakit datang dengan harapan, bahkan hanya untuk menjamah jumbai jubah-Nya. Dan luar biasanya, semua yang menjamah-Nya dengan iman mengalami kesembuhan.
Pelayanan Tuhan tidak pandang bulu; baik di desa maupun di kota, Ia datangi semua orang. Makin besar berkat yang Ia berikan, makin banyak orang yang mengalaminya.
Jika Tuhan memberikan pengaruh yang luas dalam pelayanan kita, itu bukan untuk kemuliaan diri sendiri, tetapi agar lebih banyak orang dapat merasakan kasih dan anugerah-Nya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku datang kepada Tuhan dengan iman yang sungguh-sungguh?