
INI merupakan hasil refleksi seminar bertema “Terang Iman Abraham dan Sara”.
Setiap perjalanan akademik memiliki momen-momen yang menguji kesabaran dan keteguhan hati. Seminar bagi mahasiswa adalah salah satu tahap penting yang membawa harapan sekaligus kegelisahan.
Begitu pula yang saya alami saat mengikuti Seminar Proposal Angkatan XVI di Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Santo Bonaventura KAM tanggal 17-19 Februari 2025.
Dalam proses ini, saya merasakan berbagai emosi: mulai dari kecemasan, ketidakpastian, hingga sukacita yang mendalam.
Refleksi ini membawa saya pada kisah Abraham dan Sara dalam Kitab Kejadian yang mengajarkan makna sejati dari penantian dan kepercayaan kepada rencana Tuhan.

Kegelisahan dalam penantian
Seminar bukan hanya tentang presentasi dan diskusi akademik, tetapi juga tentang perjuangan batin. Saya dijadwalkan untuk ujian di hari terakhir, sementara teman-teman saya lebih dulu melewati tahap ini. Melihat mereka diuji dengan pertanyaan-pertanyaan sulit, bahkan ada yang menangis setelah ujian, semakin menambah kecemasan saya.
Hati saya bertanya-tanya: “Apakah saya bisa menghadapi ujian ini? Bagaimana, jika saya mengalami hal yang sama?”
Penantian ini mengingatkan saya pada kisah Abraham dan Sara yang menunggu janji Tuhan akan seorang anak. Dalam Kejadian 18:1-15, Sara sempat tertawa di dalam hatinya, karena merasa mustahil baginya yang telah tua untuk memiliki anak.
Saya pun hampir kehilangan harapan ketika melihat berbagai tantangan yang muncul sebelum ujian. Seperti Sara yang merasa lelah dalam penantiannya, saya pun merasakan ketakutan dan ketidakpastian dalam menghadapi seminar proposal.

Tantangan di tengah jalan
Seakan belum cukup dengan kegelisahan yang ada, di hari kedua seminar, saya dan teman-teman mengalami cobaan lain. Dosen pembimbing kami tiba-tiba jatuh sakit, sehingga teman satu bimbingan menghadapi ketidakjelasan dalam hasil ujiannya.
Kabar ini membuat saya semakin khawatir, karena besoknya adalah giliran saya. Saya bertanya-tanya, apakah dosen pembimbing saya bisa hadir besok? Apakah seminar saya akan tetap berlangsung dengan baik?
Dalam situasi seperti ini, saya diingatkan bahwa Abraham dan Sara juga mengalami masa-masa sulit saat menunggu pemenuhan janji Tuhan. Mereka sempat mencoba mengambil jalan pintas dengan Hagar (Kejadian 16), tetapi rencana Tuhan tetap lebih besar dari pemikiran manusia.
Pada malam sebelum ujian, saya berdoa rosario dengan penuh harapan, menyerahkan segala ketakutan dan keraguan kepada Tuhan. Saya berdoa agar dosen pembimbing saya segera sembuh dan dapat hadir untuk menguji saya bersama dua penguji lainnya.
Merasakan campur tangan Tuhan
Keesokan harinya, sebuah keajaiban terjadi. Dosen pembimbing saya hadir. Betapa besar rasa syukur saya kepada Tuhan atas jawaban doa ini. Ketika ujian berlangsung, meskipun tetap ada rasa tegang, saya merasa lebih tenang karena saya percaya Tuhan menyertai saya.
Dan akhirnya, seminar proposal saya berjalan dengan baik. Syukur kepada Allah, revisi yang saya terima hanya sedikit.
Kisah Abraham dan Sara berakhir dengan sukacita, ketika Tuhan benar-benar mengaruniakan Ishak kepada mereka, meskipun sebelumnya tampak mustahil (Kejadian 21:1-7). Sama seperti mereka yang menanti dengan penuh kegelisahan namun akhirnya menerima berkat, saya pun mengalami bagaimana Tuhan bekerja dengan cara-Nya sendiri.

Belajar dari penantian Abraham dan Sara
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa menanti bukanlah sekadar pasrah dalam ketidakpastian, tetapi juga berproses dalam iman dan keyakinan. Seminar proposal mengajarkan saya bahwa kegelisahan adalah bagian dari perjalanan, tetapi doa dan kepercayaan kepada Tuhan akan membawa ketenangan.
Sama seperti Abraham dan Sara yang akhirnya menuai sukacita setelah melewati penantian panjang, saya pun menuai rasa syukur setelah seminar proposal saya selesai.
Semoga pengalaman ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap penantian, Tuhan sedang merancang sesuatu yang indah bagi kita.
Ketika kita menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dengan iman, hasil yang kita terima akan jauh lebih baik dari yang kita bayangkan. Sebab, seperti yang dikatakan dalam Kejadian 18:14: “Adakah sesuatu yang mustahil bagi Tuhan?”
