
Sabtu, 1 Maret 2025
Sir. 17:1-15; Mzm. 103:13-14,15-16,17-18a;
Mrk. 10:13-16.
SERING kali, orang dewasa memandang anak-anak dengan sebelah mata.
Mereka dianggap belum berpengalaman, masih hijau, dan tidak tahu banyak tentang kehidupan.
Kata-kata seperti anak kemarin sore atau bau kencur menjadi label yang melekat, seakan-akan mereka belum cukup berarti dalam dunia ini.
Jika kita mau melihat lebih dalam, anak-anak justru memiliki banyak hal yang bisa kita pelajari.
Mereka memiliki ketulusan dalam bertindak, keberanian dalam mencoba hal baru, dan keingintahuan yang besar terhadap dunia.
Mereka tidak terbelenggu oleh prasangka dan kepentingan seperti halnya orang dewasa.
Mereka menangis tanpa takut dicap lemah, tertawa tanpa perlu alasan yang rumit, dan memaafkan dengan tulus tanpa menyimpan dendam.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka:
“Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”
Melalui ayat ini, kita ditunjukkan betapa Yesus mengasihi anak-anak dan menjadikan mereka teladan bagi kita.
Karena anak-anak memiliki hati yang tulus, penuh kepercayaan, dan rendah hati. Mereka datang kepada Yesus dengan keyakinan dan tanpa keraguan.
Sebagai orang dewasa, sering kali kita dipenuhi dengan kekhawatiran, kesombongan, dan keraguan terhadap Tuhan.
Kita berpikir terlalu rumit, takut kecewa, dan kadang merasa terlalu mandiri hingga lupa bahwa kita membutuhkan kasih dan bimbingan-Nya.
Yesus mengingatkan kita bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita perlu memiliki sikap seperti anak kecil, percaya tanpa syarat, mengandalkan Tuhan sepenuhnya, dan memiliki hati yang bersih dari kesombongan serta prasangka.
Yesus membuka tangan-Nya lebar-lebar bagi setiap orang, tanpa memandang usia, status, atau latar belakang.
Hendaklah kita tidak biarkan kesibukan, kesombongan, atau rasa tidak layak menghalangi kita untuk datang kepada-Nya.
Sebab di dalam Tuhan, kita menemukan kasih sejati dan kehidupan yang kekal.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku masih memiliki iman yang tulus seperti anak kecil?