Home BERITA Tulus tanpa Pamrih

Tulus tanpa Pamrih

0
48 views
Saling mengasihi dan melayani dengan tulus

Selasa, 4 Maret 2025

Sir. 35:1-12.
Mzm. 50:5-6,7-8,14,23.
Mrk. 10:28-31

DALAM kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan “tidak ada yang gratis”.

Banyak orang hidup dalam budaya pamrih atau balas jasa, di mana setiap kebaikan yang diberikan diharapkan akan menghasilkan sesuatu sebagai imbalan. Bahkan tanpa sadar, pola pikir ini juga dapat mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan.

“Dalam perjalanan turney dengan sampan, biasanya ada orang numpang perjalanan kami,” syering seorang sahabat.

“Setelah sampai tujuan, mereka biasanya memberi daging buruan atau ikan yang sudah diasap sebagai ucapan terimakasih.

Adanya penumpang membuat kami senang, karena ada teman untuk menjalani perjalanan yang cukup lama, dan tentu saja “bingkisan terima kasih.”

Suatu hari, ada orang yang kami kenal cukup berada di kampung, dia menumpang di perahu kami, dengan bawaan yang cukup banyak, hingga perahu hampir tidak mampu membawa muatan mereka.

Setelah sampai di tujuan, dia kami bantu menurunkan bawaannya, dan karena cuaca panas dia lalu lari ke tempat yang teduh dan orang-orang yang membantu di rumahnya silih berganti membawa barang bawanya masuk ke rumah.

Sampai semua barang muatannya selesai diturunkan dia tidak muncul lagi, jangankan memberi sesuatu kepada kami, mengucapkan terima kasih pun tidak dilakukannya atau dilupakannya.

Pengalaman itu, mengajarkan kepada kami, ketika kami berbuat sesuatu demi balasan atau dengan pamrih, justru kekecewaan yang kami dapatkan,” ujarnya

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau.”

Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya.”

Seolah-olah Petrus ingin memastikan bahwa pengorbanan mereka tidak akan sia-sia dan ada imbalan yang setimpal bagi mereka yang telah meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus.

Yesus tidak mengajarkan budaya pamrih, tetapi kasih karunia. Segala sesuatu yang kita terima dari-Nya bukan karena usaha kita, melainkan karena anugerah-Nya semata.

Kita dipanggil untuk hidup dalam kasih dan kemurahan hati, bukan dalam sikap pamrih.

Tuhan ingin agar kita melayani dengan sukacita, menolong tanpa mengharapkan balasan, dan percaya bahwa Dia akan mencukupkan segala keperluan kita.

Kasih sejati adalah kasih yang tidak menghitung untung dan rugi, tetapi memberi dengan tulus dan ikhlas tanpa pamrih.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bertindak dengan pamrih?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here