Penampakan pertama terjadi tanggal 11 Februari 1958. Dan berikutnya adalah 17 kali penampakan lain sepanjang tahun itu pula. Yang terakhir, Bunda Maria menampakkan diri tanggal 16 Juli 1858. Tepat tahun 2008, Gereja Semesta merayakan hari jadi 150 Tahun peristiwa rohani ini di Lourdes.
Bapa Suci Paus Benediktus XVI pun berkenan memimpin upacara kolosal ini di Lourdes. Perayaan jubilee ini dibuka oleh Kardinal Mgr. Ivan Dias dari India, pejabat Vatikan yang menempati pos sebagai Prefect of the Congregation for the Evangelisation of People. Perayaan dibuka tepat pada Pesta Bunda Maria Tak Bernoda tanggal 8 Desember 2007 dan berlangsung setahun hingga 8 Desember 2008.
Enam juta peziarah
Lourdes adalah fenomena global. Mengapa? Dalam setahun, tempat bersejarah ini dikunjungi peziarah tak kurang berjumlah enam juta orang.
Dari kisaran jumlah itu, 400-an ribu di antaranya adalah kaum muda. Pada perayaan Pesta 150 Tahun Penampakan di Lourdes tahun 2008 lalu, tak kurang tujuh juta peziarah dari seluruh dunia telah menyesaki jalanan menuju Lourdes. Panitia lokal bahkan sudah menyiapkan tak kurang 12 ribu sukarelawan untuk “mengurus” turis rohani di tempat bersejarah ini.
Persiapan pemerintah Lourdes juga tak kalah seriusnya. Beberapa project konstruksi telah dilakukan. Di antaranya yang spektakuler adalah direnovasinya façade (tampilan bagian muka) Basilika Rosario dengan pemasangan mozaik baru yang menghadirkan “Peristiwa Cahaya”. Project ini dibuat sebagai bentuk penghormatan atas karya pastoral mendiang Paus Yohanes Paulus II.
Melalui surat apostolik Rosarioum Virginis Mariae yang dikeluarkan 16 Oktober 2002, Paus Yohanes Paulus II membeberkan refleksinya yang mendalam mengenai peristiwa hidup Yesus dari pembaptisan sampai ‘warisan rohani’ teragung: Ekaristi.
Sepanjang hidupnya, mendiang Paus Yohanes Paulus II sendiri telah menyempatkan diri terbang dari Roma menuju Lourdes untuk berziarah dan berdoa di Gua Penampakan (massabielle) sebanyak dua kali: tahun 1983, tak lama setelah menerima mandat kepemimpinan Tahta Suci dan berikutnya tahun 2004.
Jejak langkah Bernadette
Semua peziarah, termasuk Bapa Suci, diundang pada acara jubileum 150 Tahun Penampakan di Lourdes. Mereka diundang untuk mengalami sesuatu yang sangat positif sebagai bagian dari gereja universal dan sebagai “pribadi” selama kurun waktu perayaan ini.
Di antaranya, para peziarah diajak melewat “jejak langkah” kaki Bernadette, mulai dari gereja paroki dimana orang kudus dari Lourdes ini dibabtis. Kemudian, diajak menyusuri lorong-lorong jalan menuju Cachot—bangunan rumah bekas penjara yang menjadi tempat tinggal keluarga Bernadette. Selanjutnya, kita diajak masuk kompleks Lourdes melalui pintu gerbang St. Michel, menyusuri explanade Lapangan Rosario dan berjalan melewati salah satu dari tujuh lengkungan menuju ke Gua Penampakan.
Setiap peziarah diajak mengalami sebuah perjalanan yang mendalam menuju pada hidup yang baru. Dengan demikian, perjalanan ziarah ini mempunyai arti merombak kebiasaan-kebiasaan hidup buruk yang lampau dan memeluk kebiasaan-kebiasaan hidup baik yang baru yang kini populer disebut habitus baru.
Penampakan-penampakan
Barangkali tak banyak orang sadar, di antara 18 kali penampakkan itu ada hal-hal istimewa yang sejak lama telah luput dari perhatian kita. Catatan penting di bawah ini semoga bisa “menguak” harta rohani yang belum pernah kita dengar atau baca.
* Penampakan pertama
Bernadette berjumpa dengan seorang wanita. Kepada wanita ini, dia berkata: “Saya melihat seorang wanita berpakaian putih, mengenakan ikat pinggang biru dan ada bunga mawar kuning di tiap kakinya. Saya meletakkkan tangan di saku dan mendapatkan rosario. Saya ingin membuat tanda salib, tetapi tak mampu menggangkat tangan ke keningku. Wanita itu membuat tanda salib. Tanganku gemetar. Saya mencoba lagi dan berhasil.”
Bernadette pernah menegaskan kepada suster sahabatnya yang bernama Suster Emilienne Duboe dengan mengatakan, “Kamu harus sadar akan apa yang tengah kamu lakukan karena sangat penting mengetahui bagaimana membuat Tanda Salib dengan sungguh-sungguh.”
* Penampakkan kedua
Bernadette membawa air suci yang dia ambil dari gereja paroki. Dia ingin segera memercikkan air suci tersebut, bila “wanita asing” itu menampakkan diri lagi. Dan ketika peristiwa penampakan itu berlangsung, Bernadette lalu melakukan rencananya. Dia memercikkan air suci itu dan “wanita asing” itu hanya meresponnya dengan tersenyum.
* Penampakan ketiga
Ada satu pesan yang disampaikan wanita tersebut kepada Bernadette. Bunyinya sebagai berikut: “Saya tidak menjanjikan kepadamu kebahagiaan di dunia ini, tetapi kelak di kemudian hari ….”
Betapa pesan ini akhirnya menjadi kenyataan dengan hadirnya mukjizat yang terjadi atas tubuh Bernadette itu sendiri, yakni tubuhnya yang tetap utuh sampai hari ini. Sepanjang hidupnya, Bernadette terkenal sebagai perempuan sakit-sakitan. Dia mengidap penyakit TBC. Pernah empat kali menerima sakramen minyak suci. Namun, jasadnya yang telah terkubur di dalam tanah selama 46 tahun (termasuk tiga kali makamnya harus dibongkar untuk keperluan kanonisasi penobatannya sebagai seorang suci), yang terjadi adalah sebuah mukjizat. Logisnya, tubuh rapuh manusia yang telah terkubur 46 tahun sudah menjadi tanah, tinggal tulang-belulang. Namun nyatanya, jasad Santa Benadette tetap utuh sampai hari ini.
Untuk diketahui, jasad Bernadette tidak pernah diawetkan atau dibalsam. Bernadette meninggal pada umur belia: 35 tahun. Kini, jasad utuhnya bisa dilihat di Nevers, kota kecil di sebelah selatan Paris.
* Penampakan kedelapan
Wanita itu berpesan, “Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah! Berdoalah kepada Tuhan bagi orang-orang berdosa. Ciumlah tanah sebagai suatu tanda lahir bagi pertobatan untuk orang-orang berdosa!”
Pesan ini terus bergema sampai hari ini. Mengajak setiap orang bertobat menjadi anak-anak Allah.
* Penampakan kesembilan
Penampakkan kesembilan menjadi sangat monumental dengan mengalirnya sumber air yang digaruk Bernadette, setelah “wanita asing” itu menyuruhnya berbuat demikian. Bernadette mengatakan, “Dia berkata kepadaku: Pergilah dan minumlah air dari mata air. Saya hanya menemukan sedikit air lumpur yang kotor. Sesudah mencoba yang pertama, kedua, dan ketiga, baru pada yang keempat kalinya saya mampu meminumnya. Dia juga mengatakan kepadaku supaya aku makan rumput yang ada di sekitar itu, kemudian penglihatan itu lenyap.”
Penampakkan ini ada kaitannya dengan penampakan yang kedua belas.
* Penampakan kedua belas
Pada penampakan yang kedua belas terjadilah peristiwa mukjijat yang pertama kali dengan perantaraan air tadi. Seorang wanita bernama Catherine Latapie mendatangi gua malam-malam. Dia mendekati “gua” dan kemudian mencelupkan tangannya yang keseleo (dislocated) ke dalam sumber air tadi. Tangannya kembali normal dan kembali bisa digerakkan tanpa rasa sakit sedikit pun.
Tercatat di catatan Sejarah Lourdes. Pada saat kejadian itu, Catherine Latapie diketahui tengah hamil. Di kemudian hari, tertulis dalam sebuah pemberitaan bahwa anak yang dikandungnya itu dipanggil dan dipilih Tuhan menjadi seorang pelayan Tuhan sebagai pastur.
* Penampakkan ketiga belas
Wanita itu berpesan lagi kepada Bernadette: “Pergilah dan katakanlah kepada Imam (maksudnya adalah pastor paroki gereja setempat) agar segera datang ke sini dalam suatu arak-arakan dan bangunlah di sini sebuah kapel.”
Di Lourdes sekarang ini, para peziarah bisa berdoa di gua yang hening dan memandang kapel megah berlantai tiga dengan fondasi batu gua yang sangat kokoh dan kuat.
* Penampakan keenam belas
Penampakan ini menjadi bukti paling kuat bagi pengakuan keotentikan dari peristiwa penampakkan di Gua Masabielle, Lourdes ini. “Wanita asing” ini berkenan memperkenalkan diri kepada Bernadette sebagai “Que Soy Era Immaculada Councepciou” (Akulah yang dikandung tanpa noda dosa atau Aku adalah konsep Allah yang tak bernoda).
Pada umur sebelia itu, pernyataan itu terasa begitu asing bagi telinga Bernadette. Dia sungguh tidak tahu, empat tahun sebelumnya –yakni tahun 1854— melalui Paus Pius IX Gereja baru saja resmi menerbitkan ensiklik dan mengeluarkan ajaran kebenaran iman tentang Maria Yang Dikandung Tanpa Noda.
Dalam doa dan harapan
Ziarah punya makna khusus. Tak asal pergi ke suatu tempat yang dipandang bersejarah. Melainkan –sesuai tradisi katolik—berziarah adalah mendatangi tempat dimana “sesuatu telah pernah terjadi, sesuatu yang tidak biasa ditemukan di situ”.
Sesuatu “yang tidak biasa” itu bisa saja telah terjadi di masa lampau. Tapi siapa tahu, “hal luar biasa” itu juga bisa terulang lagi hari ini dan di kemudian hari. Dan mukijzat-mukjizat di Lourders adalah salah satu contohnya. Dan inilah yang menjadikan Lourdes sebagai fenomena global.
Apa yang dicari para peziarah rohani di Lourdes tak lain adalah menemukan dan merasakan kembali “kebenaran” hal-hal yang luar biasa itu. Mereka mendatangi Gua Lourdes –tempat Bunda Maria menampakkan diri kepada Bernadette Soubirous—dengan bekal iman dan harapan. Bukan untuk pelesir atau sekedar ingin “cuci mata”.
Para peziarah rohani datang ke Lourdes, karena ingin berdoa dengan penuh iman kepada Bunda Maria, perantara kita kepada Yesus Kristus. Yang sakit, cacat dan bahkan yang sehat, tua atau muda datang menyesaki Lourdes hampir setiap hari, namun terutama pada masa libur.
Mereka datang dari berbagai belahan dunia, berasal dari beragam strata sosial. Yang menyatukan mereka hanya satu: iman dan harapan bisa menimba kembali semangat rahmat kasih Tuhan. Rasa kebersamaan muncul, ketika bertemu sesama umat Gereja Universal demi sebuah “doa” yang sama. Meskipun lelah dan jauh dari tempat tinggal mereka, namun sepulang mereka dari Lourdes, mereka kembali ke rumah dengan penuh cahaya dan niat untuk tidak hanya menjadi pendengar firman, melainkan menjadi pelaku firman yang hidup.
Peziarah rohani
Ada sebuah pesan sangat simpatik yang saya kutip dari buku In the Footstep’s of Bernadette. Di situ tertulis kalimat berikut ini: “Kalau kamu datang di Lourdes, jangan kamu bertindak layaknya seorang turis. Kamu harus berlaku sebagai seorang peziarah, yakni kamu memulai sebuah perjalanan. Kamu masuk dalam sebuah petualangan. Kamu harus lepaskan rasa aman dan kesenangan-kesenangan lalu melemparkan diri dalam ketidak-tahuan untuk mengikuti Kristus.”
Dengan berlaku sebagai seorang peziarah, kita akan diantar pada rahasia kebahagiaan yang terus dikumandangkan oleh hati Kota Kudus Lourdes ini. Yakni, doa yang membuka hati kita kepada Tuhan; pengakuan akan kelemahan manusiawi kita yang akan mengubah hidup kita; hadirnya Gereja yang menyatukan kita sebagai saudara; dan terakhir keberpihakan kepada mereka yang miskin dan menderita.
Sama seperti Bernadette. Dia tidak larut dalam sebuah nostalgia akan kegemparan penampakan-penampakan di Lourdes. Delapan tahun setelah “kegemparan rohani” di kota kelahirannya itu, dia memutuskan meninggalkan Lourdes dan pergi ke Nevers. Dia menjalani “hidup baru” dengan menjadi seorang suster biarawati. Melakoni pola hidup “tersembunyi” dan terus mengusahakan persatuannya dengan Tuhan.
Kita pun diajak untuk terus menjadi seorang peziarah. Tidak hanya berhenti di satu tempat, mereguk kenikmatan sepuas-puasnya, tetapi terus berjalan bersama Tuhan. Kita diajak mensyukuri setiap rahmat Tuhan: apa pun bentuknya dan pada saatnya nanti boleh bersatu dengan Tuhan dalam kehidupan abadi di surga.
Berziarah di Tahun Jubilee
Pada ziarah Paska tahun 2008 –tepatnya tanggal 26 Maret 2008 lalu– saya bersama rombongan peziarah asal Indonesia bisa memasuki kompleks Lourdes dengan penuh suasana haru. Suasana sangat berbeda, karena tahun 2008 itu bertepatan dengan Peringatan 150 Tahun Penampakkan di Lourdes.
Sepanjang hari dalam perjalanan sebelum memasuki Lourdes, kami telah diantar dan disiapkan dengan cerita seputar penampakan di Lourdes. Tak lupa, hati pun disiapkan dengan sebaik mungkin untuk berjiwa besar, siap melibatkan diri secara utuh dan aktif dalam acara-acara yang telah disusun secara baik. Lagu Ave Maria Lourdes yang kami nyanyikan mengiringi bus kami memasuki kompleks suci Lourdes.
Malam itu kami mengikuti prosesi lilin dan doa rosario bersama. Sebagian dari kami mengikuti acara ini dengan jalan kaki mengelilingi pelataran Lourdes, sementara sebagian lainnya ikut ambil bagian dalam pujian dan doa berbahasa Indonesia. Gema suara merdu putra-putri muda berbahasa Indonesia ikut menggetarkan hati kami dan menjadi doa dari umat katolik seluruh Indonesia di hadapan Bunda Maria Lourdes.
Hawa dingin sempat menusuk kulit dan tulang kami. Namun kesetiaan untuk berdiri teguh, mengikuti setiap detik doa bersama sampai selesai, telah menjadi komitmen kami untuk dilakukan.
Pagi harinya kami berkesempatan mengikuti perayaan ekaristi di dalam Gua Penampakan. Sebuah perayaan ekaristi yang sangat istimewa,. Pertama-tama memang karena tempatnya dan hanya rombongan kami dari Indonesia. Sungguh indah dan menyejukkan hati mengenangkan karya penebusan Tuhan di masa Paska melalui ekaristi, bersama Bunda Maria Lourdes. Lagu-lagu dengan iringan petikan gitar, turut menghangatkan suasana.
Selesai Ekaristi, kami berziarah dengan “mandi” air suci. Sebuah ungkapan lahir untuk berani “lahir baru”, menjadi duta-duta yang hidup dalam kehidupan sehari-hari bagi pesan-pesan Bunda Maria Lourdes.
Antrian yang sangat panjang mengajarkan kepada kami untuk lebih sabar dan menghargai orang lain yang telah lebih dahulu antri di depan kami. Apalagi kalau ada orang-orang sakit dan cacat yang mendapatkan perlakukan istimewa, kami harus mendahulukan mereka.
Dari sini kami belajar, di hadapan Tuhan kita semua sama, yang sehat dan sakit, tua dan muda, kaya dan miskin, berkedudukan tinggi dan orang biasa, cantik dan buruk rupa, yang terpenting kita selalu mengusahakan hidup yang selaras dengan kehendak Tuhan. Kita semua dipanggil untuk hidup lebih baik sebagai anak-anak Allah.
Sesudah makan siang, kami diajak untuk Jalan Salib bersama menyusuri “via dolorosa” Lourdes. Benar-benar jalan salib karena memang kita lakukan saat gerimis turun dan suhu yang cukup dingin. Jalan menanjak menjadi bagian dalam perjalanan sengsara Tuhan ini. Perhentian demi perhentian mengalir dalam doa merenungkan setiap luka dan bulir-bulir darah Yesus karena dosa-dosa kita, manusia. Wafat Tuhan menyucikan kematian badani manusia dan kebangkitan Tuhan menjadi harapan baru bagi bersatunya kita, umat beriman bersama Tuhan di surga nanti.
Sore harinya, kami mengikuti Prosesi Sakramen Mahakudus, Adorasi dan berkat bagi orang sakit di Gereja St. Pius, di bawah tanah. Banyaknya orang sakit dan anak-anak muda yang menolong mereka dengan mendorong kursi roda, menjadi pemandangan yang menyejukkan hati. Apalagi keduanya, yang ditolong dan menolong, terlihat sangat gembira dengan muka-muka yang “penuh cahaya”.
Adorasi Sakramen Mahakudus menjadi bagian acara yang sangat penting. Kita menghormat dan menyembah dengan segenap hati dan budi, jiwa dan raga, totalitas kita sebagai manusia di hadapan Tuhan. Betapa dalam hidup ini, kita begitu rapuh dengan segenap dosa dan kelemahan-kelemahan kita. Dalam situasi terjerat karena dosa dan kelemahan ini, kepada siapa kita bergantung selain pada rahmat dan berkat dari Tuhan yang kita mohon terus melimpah dalam kehidupan kita. Berkat-Nya, diri-Nya menjadi kekuatan kita dalam mengarungi bahtera ziarah kehidupan kita di dunia ini.
Hari terakhir di Lourdes, tanggal 28 Maret 2008 pagi, kami menutup dengan perayaan ekaristi di Kapel Malaikat Gabriel. Biarkan doa dan berkat Bunda Maria terus mengalir dalam kehidupan kita dan ekaristi menjadi sumber rahmat dan kekuatan baru yang terus menerus.
Kami meninggalkan Lourdes dengan penuh sukacita dan syukur. Kami berjanji untuk senantiasa berdoa dalam situasi apa-pun seperti St. Paulus mengajak kita untuk “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tes 5: 16)
Ya Bunda Maria ,Bunda tersuci, bunda segala bangsa, doakanlah kami yang sedang berziarah di dunia ini.Berikanlah kami perlindunganMu, kemana saja kami sedang bekerja di dalam melayani anak-anakmu yang masih lemah iman mereka.Kuatkanlah kami dengan daya kekuatan Roh Kudusmu , supaya kami bisa melayani sesama kami. Amin
Ya Bunda Maria Yang Baik Hati…
Doakanlah Kami.
Ku berjanji Tuk Selalu Setia.
Berdoa Rosario dan Koronka.
Menjadi Sumber Rejeki n Sumber Suka Cita
Buat Sesama Kami.
Amien…
Ku tahu bahwa Tuhan tidak menjawab doa-doaku seketika, tapi dalam refleksi perjalanan hidupku ini, ku sadari bahwa dengan perantaraan Bunda Maria, semua yang kupinta dalam doa-doaku, terjawab dengan cara Tuhan sendiri. Rencana Tuhan memang indah pada waktunya.
Ya Bunda Maria terima kasih atas perlindungamu bagi anak anak kami yg sedang meraih cita cita dan harapannya.Semoga kasihmu menyertai kami.
Engkau yang dikandung tanpa noda dosa ya Maria, kuduskanlah jiwaku dan sucikanlah badanku. Amin.
Pada wajahmu yang suci, matamu nampak bening sejuk lembut. O Bunda penolong abadi. Doakanlahkami.
???❤???