Berbagi Pengalaman Rohani

0
7 views
Ilustrasi: Syering antar peserta retret terjadi di program Retret Terbuka yang diikuti para peserta dari kalangan pendidik. ((Panitia Retret MPK-KAJ)

Minggu, 16 Maret 2025

Kej. 15:5-12,17-18.
Mzm. 27:1,7-8,9abc,13-14.
Flp. 3:17-4:1.
Luk. 9:28b-36

SERING kali, kita menganggap iman sebagai sumber kenyamanan dan ketenangan, tempat berlindung dari hiruk-pikuk dunia.

Namun, iman yang sebenarnya bukanlah soal mencari kenyamanan, melainkan tentang pergulatan hidup sehari-hari kita. Iman adalah perjuangan, bukan sekadar perasaan damai di dalam hati, tetapi keteguhan untuk tetap berjalan bersama Tuhan di tengah tantangan dan kesulitan.

Yesus tidak pernah menjanjikan bahwa hidup dalam iman, sebagai pengikut-Nya akan selalu mudah. Tuhan menuntut komitmen, pengorbanan, dan keberanian untuk menghadapi realitas kehidupan yang tidak selalu sesuai dengan harapan kita.

“Saya merasakan bahwa menjadi pengikut Kristus itu harus berani belajar terus,” kata seorang sahabat.

“Kehidupan dalam iman itu mengajarkan saya untuk tetap teguh meskipun ada penderitaan, tetap percaya meskipun ada ketidakpastian, dan tetap melayani meskipun ada tantangan.

Ketika saya menghadapi kesulitan, dan jalan panggilan seakan gelap tak berujung, justru di sanalah iman saya diuji dan dimurnikan.

Saya belajar untuk mengandalkan Tuhan bukan hanya saat segalanya berjalan lancar, tetapi juga ketika hidup terasa berat dan membingungkan,” tegasnya

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,”Petrus berkata kepada Yesus, “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”

Ucapan Petrus ini mencerminkan keinginan manusia untuk berdiam dalam pengalaman rohani yang luar biasa, menikmati hadirat Allah tanpa harus kembali ke realitas dunia.

Namun, Yesus tidak mengizinkan mereka tinggal di sana. Setelah pengalaman kemuliaan itu, mereka harus turun kembali ke bawah, melanjutkan pelayanan dan misi-Nya.

Pesan ini sangat relevan bagi kita. Sering kali, kita ingin berhenti dalam momen-momen berharga bersama Tuhan, saat kita merasakan kedamaian, sukacita, dan kemuliaan-Nya.

Kita ingin membangun “kemah” dan tinggal dalam kenyamanan pengalaman rohani itu. Tetapi Tuhan memanggil kita bukan untuk berdiam, melainkan untuk bergerak dan melayani.

Keinginan Petrus itu bertentang dangan apa yang diperjuangkan oleh Tuhan Yesus.

Tuhan menegaskan bahwa iman kita bukan sebagai jalan untuk mencari kenyamanan semata, tetapi sebagai kekuatan untuk berjuang dalam kehidupan sehari-hari.

Biarlah iman kita menjadi nyata dalam tindakan, dalam kasih, dalam kesetiaan, dan dalam pengharapan yang tidak goyah meskipun badai kehidupan datang menerpa.

Sebab dalam setiap pergumulan, Tuhan selalu menyertai dan memberikan kekuatan bagi mereka yang percaya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berusaha membagi pengalaman rohaniku dengan sesama atau pengalaman rohaniku hanya aku dinikmati secara pribadi?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here