50 Kali Doa “Salam Maria”, Langsung Bablas Masalah

0
9 views
Santa Faustina.

TERTARIK dengan pengalaman St. Faustina dalam BHSF 1413, yang mengungkapkan kebiasaannya menyapa Bunda Maria dengan Doa Salam Maria 1.000 kali setiap hari selama sembilan hari berturut-turut, saya pun ingin mencoba meneladaninya.

Sudah menjadi rutinitas bagi saya untuk mengikuti anjuran Romo Yulius Sudharnoto O. Carm, yakni bangun pagi antara pukul 03.00–04.00. Setelah membaca renungan harian yang disampaikan oleh Pak Ignatius “Mamiek” Slamet dalam WAG KKI Paroki St. Odilia, saya mengirim sapaan motivasi pagi kepada lebih dari 70 orang teman dan saudara. Lalu, saya berdoa harian yang terdiri atas:

  • Doa Konsekrasi Diri yang diajarkan oleh Romo Yulius dan doa ikutannya.
  • Doa Pagi (Harian: 1).
  • Doa untuk Menghormati 15 Rahasia Penyiksaan terhadap Yesus Anak Allah Penebus Manusia.
  • Doa-Doa Wasiat: Doa kepada Salib Suci Kristus, Doa untuk Menghormati Yesus Kristus yang Mati Disalib, Doa kepada Bunda Yesus Dari Hati Suci Yesus, Mohon Perlindungan Bunda Maria.
  • Pujian Pagi kepada Hati Terkudus Yesus.
  • Doa kepada Allah Roh Kudus.
  • Doa kepada Malaikat Agung St. Mikael.
  • Doa kepada St. Yosep Tidur.
  • Novena Tiga Salam Maria (yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun).-
  • Doa dalam Kesesakan melalui St. Faustina (Koronka) (fakultatif).

Setelah itu, saya mengikuti perayaan ekaristi  secara live streaming dari Paroki Minomartani, Yogyakarta atau Paroki Katedral Purwokerto pada pukul 05.30. Jadwal mengikuti ekaristi secara luring  di Paroki St. Odilia biasanya pada hari Rabu dan/atau Jumat.

Mencoba meneladani St. Faustina

Berniat untuk meneladani St. Faustina dalam menyapa Bunda Maria lewat Doa Salam Maria, suatu hari setelah mengikuti perayaan ekaristi di Gereja Paroki St. Odilia Bandung, saya mencoba melaksanakan niat baik tersebut. Diawali dengan Doa Koronka dan Rosario, saya melanjutkan mendaraskan Salam Maria dengan bantuan Rosario untuk menghitungnya.

Setelah sepuluh kali putaran, saya merasa lelah, kehabisan tenaga, dan sulit berkonsentrasi. Akhirnya, saya menghentikan doa tersebut dan memutuskan untuk pulang.

Ujian kesabaran

Pada tanggal 16 Oktober dua tahun silam, setelah berdoa di Gereja Katedral Bandung, saya mampir ke Polrestabes di Jl. Jawa untuk membuat SIM, karena SIM lama saya kedaluwarsa lantaran pandemi COVID-19. Saat tiba, saya bertemu dengan seorang polisi berinisial A, yang menjelaskan prosedur pembuatan SIM, baik secara reguler maupun layanan cepat dengan biaya tertentu. Meski ada keraguan dalam hati, saya tetap mencoba menanyakan biayanya. Setelah bernegosiasi, saya sepakat dan mentransfer uangnya via M-Banking.

Namun, setelah menunggu lama, SIM yang dijanjikan tidak kunjung selesai. Beberapa kali saya menghubungi A melalui WhatsApp, tetapi selalu diberikan alasan penundaan. Bahkan, setelah saya meminta pengembalian uang, janji-janji yang diberikan tetap tidak pernah terpenuhi.

Ketika saya mencoba menemui A di kantornya, saya mendapat informasi bahwa ia telah dimutasi ke Sabhara yang berkantor bersama Polsek Batununggal di Jl. Ahmad Yani. Dua kali saya mendatangi tempat itu, tetapi tetap tidak berhasil menemuinya. Berulang kali saya menghubunginya, tetapi ia hanya memberikan janji kosong. Saya terus berdoa, berharap agar Tuhan menyentuh hatinya untuk bertindak jujur.

Intervensi ilahi

Akhirnya, setelah empat bulan tanpa hasil, saya bertekad untuk menyelesaikan masalah ini. Pada Rabu, 28 Februari, setelah mengikuti ekaristi pagi di Gereja St. Odilia, saya berdoa pribadi di hadapan patung Bunda Maria dan tabernakel. Dengan penuh iman, saya memohon agar dibukakan jalan keluar.

Setelah berdoa, saya menuju Polrestabes untuk melaporkan kasus ini kepada Provost. Saya diterima oleh Pak W dari Propam, yang meminta saya menunjukkan bukti transaksi. Berkat bantuan beliau, A akhirnya dipanggil dan saya menegaskan bahwa saya membutuhkan uang tersebut untuk keperluan mendesak.

Meskipun AN masih mencoba menunda, Pak W memberikan solusi dengan meminjamkan uang tersebut, dengan syarat AN harus mengembalikannya saat gajian. Sebuah tanda bukti serah terima dibuat dan ditandatangani oleh saya serta AN. Puji Tuhan, uang saya akhirnya kembali.

Keluar dari kantor Provost, saya langsung menuju Gereja Katedral untuk bersyukur. Di ruang devosi Kerahiman Ilahi, saya tersungkur mencium karpet, mengucapkan syukur, lalu mendaraskan Koronka tiga kali putaran.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bunda Maria di depan patung Pieta dengan mendaraskan Rosario.

Kesimpulan

  • Mendoakan orang yang menyakiti hati kita dapat memudahkan terpenuhinya niat baik kita.
  • Menyapa Bunda Maria dengan penyerahan total dan iman yang teguh dapat mendatangkan rahmat yang memenuhi kebutuhan kita.
  • Berdoa dengan penuh iman dan tanpa henti mendatangkan kedamaian serta, pada waktunya, doa kita akan dikabulkan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here