Kakek dan Nenek

0
3,869 views

“Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di jalan-jalan Yerusalem, masing-masing memegang tongkat karena lanjut usianya.” (Za 8, 4)

WAKTU kecil, saya masih sempat bertemu dan melihat kakek, yang berasal dari keluarga ibu dan usianya sudah lebih dari 90 tahun. Beliau sudah tidak mampu berjalan dan hanya berbaring. Satu hal yang sering saya terima dari kakek adalah sebutir permen wybert. Permen yang berbentuk wajik kecil berwarna hitam. Saya tidak tahu apakah permen tersebut saat ini masih bisa didapatkan.

Demikian juga, saya masih bisa bertemu dengan nenek, yang berasal dari keluarga bapak dan usianya juga sudah lebih dari 90 atau 100 tahun. Bahkan saat masih kecil, saya masih sempat diemong oleh nenek buyut. Sekalipun sudah  berjalan dengan membungkuk dan bertongkat, nenek buyut masih kuat ‘nggendhong’ saya. Nenek satunya punya kebiasaan duduk di dekat dapur sambil menikmati ‘kinangnya’, sehinggga mulutnya merah dan berkali-kali meludah.

Setiap orang punya kakek dan nenek, opa dan oma. Banyak orang sudah tidak bisa bertemu dengan mereka. Tetapi juga banyak orang masih bisa bertemu dan menyaksikan kehidupan kakek dan nenek dalam usia tuanya.

Kakek dan nenek, opa dan oma adalah kelompok orang yang usianya sudah tua atau lanjut, rambutnya sudah memutih atau rontok, fisiknya sudah semakin lemah, inderanya sering sudah kurang berfungsi dengan baik. Mereka sudah tidak produktif lagi dalam banyak hal dan tinggal menikmati masa tuanya serta bonus kehidupan yang dianugerahkan Tuhan. Mereka tinggal menyaksikan kiprah kehidupan anak-anaknya, entah yang hidupnya sejahtera dan bahagia atau anaknya yang kurang beruntung dan menderita. Mereka juga menikmati polah dan tingkah cucu cicitnya, baik yang kecil, lucu dan menggemaskan maupun yang sudah remaja, besar dan menjengkelkan.

Betapa banyak kakek dan nenek yang sungguh bahagia pada masa tuanya, karena mendapatkan perhatian dan hiburan dari anak dan cucu. Namun ada juga opa dan oma yang menderita pada masa tuanya, karena kesepian, terasing dan tersingkirkan dari keluarga besarnya. Bagaimanapun juga, mereka punya peran tersendiri atas keberadaan dan kehidupan kita saat ini.

Ternyata, saya pun telah menjadi kakek dari sekian banyak cucu keponakan yang jumlahnya cukup banyak.

Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here