Hari biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan
Rm. 8:12-17; Mzm. 68:2,6-7ab,20-21; Luk. 13:10-17. BcO Yer. 25:15-17,27-38
Bacaan Injil: Luk. 13:10-17.
10 Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. 11 Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. 12 Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” 13 Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. 14 Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” 15 Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? 16 Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?” 17 Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.
Renungan:
KEPALA rumah ibadat menegur Yesus karena Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat. “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat” (Luk 13:14). Namun Yesus melihat kelemahan teguran itu. Baginya pada hari Sabat pun orang melepaskan tali lembu dan membawa ke ladang. Penyembuhan yang dilakukannya adalah melepaskan belenggu iblis yang mengikat perempuan itu.
Belajar dari pengalaman itu tampaknya selalu ada lobang untuk memancarkan kebaikan. Kita percaya selalu ada jalan untuk berbuat baik. Walau sering tampak tertutup namun kita akan bisa menemukannya kalau kita sungguh mau melakukan perbuatan baik.
Memang ada banyak halangan untuk berbuat baik. Namun sejauh perbuatan kita itu baik, kita akan menemukan jalan untuk mewujudkannya. Kita tidak perlu menyerah untuk melakukan perbuatan baik.
Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Bayangkan tantangan yang kauhadapi kala mau melakukan perbuatan baik.
Refleksi:
Bagaimana teguh melakukan perbuatan baik walau jalan untuk itu sempit?
Doa:
Bapa Engkau tidak pernah berhenti berbuat baik. Segala tantangan tak pernah mengurungkan niatmu untuk melakukan perbuatan baik. Semoga RohMu itu menular di hati kami. Amin.
Perutusan:
Aku akan teguh kala mau melakukan perbuatan baik. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)