Menag Lukman Hakim Saifudin Buka SAGKI 2015: Dari Keluarga, Kita Belajar Nilai Kebajikan

0
1,220 views

MENTERI Agama RI Lukman Hakim Saifudin memberi apresiasi tinggi pada Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang mengambil tema tentang keluarga sebagai pokok bahasan dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2015 mulai 2-6 November 2015. Hal ini dia katakan, saat memberi sambutan pada acara pembukaan SAGKI 2015 di kawasan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jabar, Senin (2/11) malam.

menag lukman hakim saifudin by yohanes indra dokpen kwi 4
Menag RI Lukman Hakim Saifudin saat memberi sambutan pada Pembukaan SAGKI 2015 hari Senin (2/11) malam. (Yohanes Indra/Dokpen KWI)

“Dari keluarga itulah, kita semua semasa anak-anak mulai mengenal untuk pertama kalinya dan belajar nilai-nilai kebajikan,” ungkap Menag Lukman Hakim Saifudin dalam sambutannya tanpa teks di hadapan sekitar 600-an peserta SAGKI dan puluhan Bapak Uskup dari seluruh Indonesia.

Dulu, saat kita semua masih anak-anak pada zamannya, begitu Menag Lukman Hakim Saifudin berkisah, semua anak belajar dan merujuk diri pada guru dan orangtua. “Sekarang ini, dengan perkembangan teknologi komunikasi dan internet, maka sumber rujukan bukan lagi pada orangtua dan guru, melainkan pada dunia virtual seperti internet,” ujarnya.

Karena itu, ketika KWI mengambil prakarsa untuk membahas tema penting yakni keluarga dalam SAGKI ke-4 tahun 2015 ini, maka hal ini pantas mendapat apresiasi tinggi.

Keragaman Indonesia
Menag Lukman Hakim Saifudin juga menegaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa yang plural merupakan sesuatu yang sifatnya given. Karenanya, ia sangat sependapat dengan pidato sambutan Dubes Vatikan untuk Indonesia Mgr. Antonio Guido Filipazzi yang menyebut keberagaman itu sebagai rahmat yang perlu disyukuri bersama.

Sejarah kebangsaan Indonesia sendiri, kata Saifudin, juga menegaskan bahwa keanekaragaman itu sebagai sesuatu yang positif dimana semua pihak saling mendukung dan meneguhkan satu sama lain. Kesalingan dalam hormat, dukungan, dan peneguhan itu tidak lain merupakan esensi semua agama dimana semangat sama juga terjadi dalam keluarga.

Menyikapi fenomena dimana sering kali keanekaragaman Indonesia disikapi secara negatif, Menag Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, hal itu semestinya tidak perlu terjadi. “Yang harus kita ‘potong’ adalah ego orang yang merasa diri selalu paling benar,” tandasnya.

menag lukman hakim saifudin by yohanes indra dokpen kwi 2
Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifudin saat memberi sambutan dalam Pembukaan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI ke-4) tahun 2015 di Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (2/11) malam. (Yohanes Indra/Dokpen KWI)

Pada bagian lain, Menag juga memuji ‘tradisi’ Gereja Katolik yang selalu menyediakan waktu khusus untuk menata hati dan mental setiap calon pengantin dengan apa yang disebut sebagai Kursus Persiapan Perkawinan. “Kami melihat Gereja Katolik punya histori sangat panjang dan lama dalam mempraktikkan best practice ini agar pasangan calon pengantin benar-benar paham apa itu esensi perkawinan,” ungkapnya.

Menurut Menag Saifudin, Indonesia perlu mereplikasi tradisi yang baik ini, tapi tentu dengan disertai modifikasi-modifikasi yang perlu.

Di sela-sela sambutannya, Menag Lukman Hakim Saifudin juga mengisahkan bagaimana dirinya akhirnya boleh meninggalkan Sidang Kabinet Lengkap usai mendapat ‘lampu hijau’ dari Presiden Joko Widodo untuk datang membuka SAGKI 2015.

Kredit foto: Yohanes Indra/Dokpen KWI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here