SIANG 3 Desember 2015 lalu, Kapel Rumah Sakit Carolus mendadak padat dipenuhi umat yang membludak sampai teras bangunan gedung gereja mungil ini. Kapel yang bisa menampung 100 orang itu biasanya lenggang. Tetapi kali ini semua kursi terisi bahkan bangku-bangku cadangan di luar juga padat ditempati. Seorang pasien bahkan hadir dengan tempat tidur dan infus terpasang di tangannya.
Sebuah televisi LD besar dipasang di luar kapel supaya umat yang di teras bisa mengikuti misa.
Dua uskup dan tiga pastor tampak di depan altar. Di depan altar, di atas tempat tidur rumah sakit yang diposisikan menghadap ke altar, Mgr. Julianus Sunarka SJ berbaring dengan baju kebesaran uskup dan topi beskap ciri khasnya. Bantal bertumpuk membuat Mgr. Sunarka SJ bisa setengah duduk menghadap altar. Inilah misa 40 Tahun Imamat Mgr. Julianus Sunarka SJ, Uskup Keuskupan Purwokerto.
Dalam sambutan pembukaan, Vikaris Jenderal Keuskupan Purwokerto, Romo Tarcisius Puryatno Pr mengemukakan istimewanya misa hari tersebut. Selain bahwa tanggal 3 Desember merupakan hari peringatan Santo Fransiskus Asisi yang digunakan namanya oleh Paus Fransiskus, pada tanggal tersebut Mgr. Sunarka SJ tepat telah 40 tahun menjalani imamatnya dengan setia.
Misa syukur 40 Tahun Imamat ini unik karena dirayakan di keuskupan lain dan di sebuah kapel rumah sakit, demikian ungkap Romo Puryatno.
Misa konselebrasi dipimpin oleh Mgr. AM Sutrisnaatmaka MSF, Uskup Keuskupan Palangkaraya, dan Mgr. Girulfus Kherubim Pareira SVD, Uskup Keuskupan Maumere, bersama Romo Vikjen Keuskupan Purwokerto Tarcisius Puryatno (mewakili Keuskupan Purwokerto), Romo Gunadi OFM (Romo Kapel Carolus), dan Romo Antonius “Dipo” Sudiarjo SJ, Rektor Kolese Hermanum Jakarta sekaligus mewakili Serikat Jesus.
Empat keutamaan
Tugas homili diserahkan ke Romo Puryatno selaku Vikjen Keuskupan Purwokerto. Romo Puryatno mengawali khotbah dengan mengungkapkan istimewanya usia 40.
“40 tahun menyiratkan kemapanan – bagi awam, mungkin dalam hal berkeluarga, memiliki pekerjaan atau jabatan yang lumayan. Sedangkan bagi kaum religius, 40 tahun imamat dianggap telah mengalami dan menikmati kemapanan rohani dan spiritualitas,” ungkap Romo Puryatno yang mengaku pernah mendapat 40 tangkai mawar merah ketika merayakan ulang tahun ke-40.
Selanjutnya Romo Puryatno menguraikan empat keutamaan menarik mengenai Mgr. Sunarka SJ yang telah lama dikenalnya.
Hidup dengan suka cita
Pertama, Mgr. Sunarka menampakkan kematangan dalam kehidupan rohani dan spiritualitasnya. Selalu hidup dengan suka cita yang mengalir dari kehidupan batin hidupnya. “Pesan Paus Fransiskus agar hendaknya sukacita tinggal dalam kehidupan kita telah diterapkan Mgr. Narko sejak dulu. Selalu ada kegembiraan, suka cita, gelak tawa dalam setiap komunikasi dengan beliau,” urai Romo Puryatno.
Mgr. Sunarka SJ memang dikenal sebagai pribadi yang pandai melucu dan segar dalam menyampaikan ucapan-ucapannya.
Penuh impian besar
Mgr. Sunarka memiliki impian besar akan banyak hal dalam upaya mewujudkan Keuskupan Purwokerto sebagai tanda hadirnya Kerajaan Allah di dunia. “Beliau menyekolahkan para imamnya kemana-mana, dalam berbagai bidang, dan juga menugaskan mereka dalam berbagai pelayanan supaya mereka menjadi imam yang bermutu,” ungkap Romo Puryatno.
“Penderitaan dirinya tidak pernah dipikirkan apalagi diributkan. Sakitnya terkait jantung yang agak lemah bukanlah hal baru. Kata Bapak Uskup, itu sudah ada sejak kecil. Selama opname di rumah sakit Carolus, Mgr. Narko tetap memikirkan perkembangan Keuskupan Purwokerto,” tambah Romo asal dari kawasan tak jauh dari Sendangsono ini.
Penghayatan kesederhanaan, ketaatan, dan kemurnian
Mgr. Sunarka SJ dikenal umum sebagai pribadi yang sangat sederhana, demikian cerita Romo Puryatno. “Bapak Uskup selalu mengenakan sandal tua dari Purwokerto, walaupun beliau dihadiahi beberapa sepatu bagus oleh umat. Beliau selain taat kepada superior juga sekarang taat kepada tim medis serta menjaga kemurniaan jiwa,” sambung Romo Puryatno sambil menceritakan apa yang diungkapkan oleh Mgr. Sunarka di rumah sakit.
“Saya bersyukur mengalami pengalaman baru, dilayani sekian banyak cewek cantik. Tetapi saya tidak membuka mata saya untuk melihat mereka sehingga tidak tahu mana perawat laki-laki mana perawat perempuan”.
Tak ayal umat yang hadir tertawa terbahak mendengar cerita tersebut.
Hidupnya tertuju pada orang lain
Mgr. Sunarka tidak pernah terlihat menggunakan barang mewah. Hadiah gadget bagus tidak digunakannya sendiri, melainkan dihadiahkan ke imam yang dirasa membutuhkannya. “Mgr. Narko menjiwai motto tahbisannya ‘Mea sed tua voluntas fiat (Bukan kehendakku, melainkan kehendakMulah yang terjadi),”ujar Romo Puryatno di akhir homilinya sambil menyampaikan ucapan selamat dari umat yang mendoakan kesembuhan Uskup agar segera bisa kembali menggembalakan Keuskupan Purwokerto.
Sambutan Mgr. Sunarka SJ
Setelah sesi pengumuman, ada beberapa sambutan disampaikan. Mgr. Sutrisnaatmaka MSF mengungkapkan kedekatannya dengan Mgr. Sunarka SJ dimana mereka kerap saling ngenyek dengan akrab.
Romo Anton Sudiarjo SJ mewakili Provinsial SJ yang sedang menyelesaikan studi doktoral di Belanda menyampaikan ucapan selamat dari sesama imam Jesuit.
Mgr. Sunarka SJ juga pernah tinggal di Hermanum yang sekarang dikepalai oleh Romo Sudiarjo SJ sebagai Rektor Hermanum.
Selain itu turut menyampaikan sambutan, Stephanus Indradjaya, Ketua Pengurus Perhimpunan St. Carolus selaku tuan rumah. “Baru pertama kali begitu banyak imam dan umat hadir dalam kapel ini. Ketaatan Bapak Uskup terhadap saran tim medis patut menjadi panutan bagi pasien lainnya,” demikian kata Stephanus Indradjaya yang sedang berupaya mengadakan fund rising untuk pendirian gedung Carolus yang baru.
Sambutan terakhir rupanya disampaikan sendiri oleh Mgr. Sunarka SJ.
“Saudara-saudara, teman-teman kekasihku,
Yang sungguh menghibur aku selama tiga pekan di sini. Saya hampir boleh dikatakan mati. Hampir tidak bisa bergerak secara bebas. Tetapi ketika saya bertanya kepada Tuhan, Tuhan menjawab, ‘Narko, belum, hidupmu masih tiga tahun lagi.”
Kemudian dengan suara jernih dan lantang langsung Mgr. Sunarka SJ menyanyikan modifikasi penggalan depan lagu Tak Ingin Sendiri yang pernah dipopulerkan oleh Dian Pisesha.
“Aku masih seperti yang dulu
Tetap setia kepada-Mu”
Spontan umat bertepuk tangan dan tertawa gembira melihat keceriaan dan semangat Uskup Purwokerto kelahiran 24 Desember 1941 ini.
Mgr. Julianus Sunarka SJ mengungkapkan bahwa dia kesulitan mengingat nama-nama sekarang. Walaupun begitu ia ingat data-data lampau dengan baik.
Mgr. Sutrisnaatmaka MSF dikenalnya baik sebagai dosen Fakultas Teolog Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mgr. Kerubinus diingatkan sudah berusia 75 tahun dan akan bersama-sama pensiun sebagai uskup.
Di ujung sambutannya, Mr. Sunarka SJ menegaskan ketaatannya kepada kehendak Tuhan. “Saya akan menjalani apa yang digariskan Tuhan. Ad Mariorem Dei Gloriam (AMDG)”
Setelah misa, semua umat mendapat kesempatan menyalami Mgr. Sunarka.
Duta Besar Vatikan Mgr. Antonio Guido Filipazzi juga turut hadir dalam misa di samping beberapa pimpinan ordo, tarekat, organisasi katolik, tokoh katolik, dan 28 imam projo Keuskupan Purwokerto.
Proficiat Mgr. Sunarka SJ, kami mendoakan kesembuhan Monsinyur dan turut mensyukuri rahmat 40 Tahun Imamat Monsinyur.