Pasangan Mempelai Pertama Sederhana * Melayani Dengan Murah Hati

1
2,073 views

INILAH pasangan Mempelai pertama yang kuberkati di Gereja Kristus Raja “Girlan” Ungaran sejak kudatang di sini per 03 November 2015 yang lalu. Hari ini, kuberkati Mereka, pasangan Yusuf dan Elisabet tapi Mereka menikah secara berbeda agama, sebab meski bernama Elisabet, ternyata ia belum pernah dibaptis sama sekali. Perjumpaan pertama dengan Mereka adalah saat saya memberi katekese pendampingan perkawinan di salah satu ruangan di kompleks pastoran dan gereja girlan Ungaran. Saat itu, Yusuf berjumpa untuk berpamitan pada sesi saya memberi katekese karena harus bekerja dan tidak bisa ditinggalkan, malam itu. Karenanya, ia harus mengikuti katekese sendiri setelahnya, baik dengan saya maupun dengan Romo Yakobus Sudarmadi.

Semula kami berjanji pada suatu hari yang sudah disepakati. Pertama-tama, iia akan menerima katekese dari Romo Darmadi, baru setelahnya dari saya. Namun, ternyata pada hari dan jam yang sudah ditentukan, dia datang sangat terlambat sehingga kami membuat kesepakatan baru untuk perjumpaan di saat yang memungkinkan. Direncanakan, Proses Penyelidikan Kanonik akan dilaksanakan bersama Romo Darmadi pada tanggal 01 Desember yang lalu. Namun pada akhirnya, segala urusan pelayanan baginya diserahkan padaku.

Maka, sesudah memberi katekese pribadi kepadanya perihal martabat dan pemahaman tentang Perkawinan menurut Gereja Katolik, hampir seharian, saya melayani calon ini setelah pertemuan pertama dan kedua, lalu yang ketiga ini mengingat banyak hal yang harus dituntaskan. Setelah mengetahui halnya dengan seksama dan dalam semangat pelayanan murah hati namun tidak murahan, minimal persyaratan administratif menurut Gereja Katolik harus dipenuhi baik yang bersifat yuridis maupun pastoral; maka sesuai dengan harapannya, hari inilah waktu terbaik untuk melangsungkan pemberkatan Perkawinan Mereka dalam kesederhanaan.

Secara yuridis, hal-hal yang bersifat menghalangi Perkawinan harus dibereskan melalui permohonan Dispensasi kepada pihak-pihak yang terkait dan berwewenang. Secara pastoral, demi martabat dan harkat pihak-pihak yang terkait mengingat telah menyangkut hadirnya pribadi ketiga yang hak-haknya harus dipenuhi pula maka, kulayani saja sesuai yang sudah Mereka perhitungkan demi pemenuhan hak-hak asasi tersebut, tanpa mengabaikan tata aturan yang seharusnya, minimal dalam rangka administrasi pastoral. Dispensasi yang harus dimintakan dipenuhi. Dispensasi yang bisa diberikan secara parokial ya diberikan dengan prinsip melayani dengan murah hati, tetapi tidak murahan, sebab memang perkara ini menyangkut pihak dan lembaga lain yang juga mempunyai otonomi dan otoritas sendiri, misalnya terkait dengan pencatatan sipil dan terbitna akte-akte terkait.

Yang terpenting adalah persyaratan-persyaratan menurut Tata Hukum Gereja Katolik dipenuhi sesuai dengan kanon-kanon yang ada. Tujuan utama hanyalah semata-mata dan melulu melayani dengan murah hati.

Dan tadi pagi, Mereka kusambut dengan Senyum dan Sukacita, sepasang Mempelai pertama yang kuberkati di Gereja Kristus Raja Semesta Alam di Girlan Ungaran. Mereka didampingi dua orang saksi. Didukung oleh kedua orangtua masing-masing. Mereka kupersilahkan langsung menempatkan diri. Tanpa prosesi. Tanpa iringan. Tanpa nyanyian sebab memang tidak ada petugas koor yang diminta. Tanpa buku panduan. Tanpa fotografer apalagi penyuting dengan video. Kupinjamkan androidku kepada salah satu anggota keluarga yang hadir untuk memotret-motret barangkali Mereka butuh kenangan pada suatu saat atas peristiwa Penting ini.

Kusiapkan beberapa buku Puji Syukur dan kubagikan kepada Mereka, agar bisa menyimak pokok inti Upacara Perkawinan dari Puji Syukur nomor 112. Kubantu Mereka menghayati makna Perkawinan dengan cara sederhana pula. Dari Awal hingga Akhir hanya membutuhkan waktu setengah jam saja. Namun, Peristiwa itu tetap Indah dan penuh Berkah, semoga Mereka semua Bahagia! Lalu kami foto-foto bersama! Suatu saat akan kuberikan kepada Mereka hasilnya.

Begitulah kubagikan kisah ini untuk bersaksi dengan tulus bahwa Perkawinan Katolik tak harus mahal, bisa sederhana, tanpa harus dengan pesta pora foya-foya. Inilah salah satu buktinya, dari sekian banyak yang lain yang pernah kulayani dengan murah hati, sejak sembilan belas tahun kuhayati Imamatku ini.

Yusuf dan Elisabet, jadilah suami-istri yang Baik dan saling Setia.

Puisi - 11 Desember 2015 - Pic 3

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here