YANG namanya semangat patriotik rasanya tak pernah lekang oleh waktu dan tempat. Di lautan dimana para perwira AL Korea Selatan berlayar menjaga garis pantai wilayah teritorialnya, semangat bela negara itu juga membuncah besar. Semangat ini terjaga, lantaran para pelaut muda ini tengah mendulang gembira saat tim sepakbola nasional Korsel berhasil maju mencari tiket semi final melawan Turki saat Piala Dunia tahun 2002 silam.
Tiba-tiba saja, di tengah hiruk pikuk kesenangan menyaksikan tim sepakbolanya berlaga di lapangan rumput melawan Turki, kapal patroli AL Korsel mendapat serangan mendadak dari kapal patroli AL Korut. Lokasinya, seperti nama judul film ini, adalah Northern Limit Line –sebuah kawasan perairan tak jauh dari Pulau Yeonpyeong yang masih menjadi isu panas antara Korsel dan Korut.
Pulau ini direbutkan oleh dua negara satu bahasa dan secara etnis kultural bersaudara ini. Namun, sejatinya, gara-gara Pulau Yeonpyeong inilah Korut dan Korsel memang pernah baku tembak sebagaimana tercatat dalam sejarah Second Battle of Yeonpyeong.
Film ini bertutur kisah berdasarkan kisah nyata di atas. Yakni, ketika kapal patroli AL Korsel dengan nomor lambung 357 yang diawaki oleh para perwira muda Korsel mendapat serangan mendadak dari ‘musuh’ sekaligus ‘saudara’nya yakni Korea Utara.
