Hari Biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan: 2Sam. 12:1-7a,11-17; Mzm. 51:12-13,14-15,16-17; Mrk. 4:35-41.
BcO Kej. 25:7-11,19-34
Bacaan Injil: Mrk. 4:35-41.
35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.” 36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. 37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” 39 Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. 40 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” 41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?”
Renungan:
Membaca bacaan hari ini saya terbayang kala berada di atas perahu di tengah laut beberapa bulan yang lalu. Kebetulan kala itu kami melewati laut yang berombak. Berkali-kali perahu kayak dihempaskan ombak. Seorang teman mengatakan, “Kayak naik mobil tapi bannya kotak.” Saat itu saya hanya khawatir kapal pecah. Untung kami mempunyai nahkoda, yang walaupun badannya kecil, lincah mengatasi ombak yang mengombang-ambingkan perahu. Keyakinan pada nahkoda ini yang membuat hati jadi tenang dan bisa menikmati gelora ombak.
Para murid pun diterjang badai. Perahu mereka sampai terisi air laut. Mereka khawatir dengan keadaan tersebut. Namun mereka mempunyai Yesus. Yesus pun meredakan badai. Mereka kembali tenang.
Kadang hidup kita pun berada dalam badai. Ketika badai itu datang maka aneka kekhawatiran pun hadir dan mungkin menambah besarnya gelombang. Kiranya pada situasi seperti itu kita perlu mempunyai satu pegangan hidup yang kita percayai akan membebaskan kita dari badai. Keyakinan itu akan membuat kita tenang dan mampu melewati badai dengan aman, bahkan bisa merasakan indahnya badai tersebut.
Kontemplasi: Bayangkan badai sedang melanda hidupmu. Ia mengombang-ambingkan dirimu. Temukan satu pegangan yang membuatmu yakin melewati badai tersebut.
Refleksi: Apa yang kaulakukan kala badai melanda hidupmu?
Doa: Ya Tuhan bukalah mata hati kami untuk menemukan pegangan kala badai melanda hidupku. Semoga aku bisa melalui badai itu dengan tenang dan aman. Amin.
Perutusan: Aku yakin Tuhan menyertaiku kala berada dalam badai kehidupan. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)