Keuskupan Agung Semarang: Peraturan Puasa dan Pantang Tahun 2016

0
1,546 views

Lampiran Surat Gembala Prapaska 2016

Mengacu Statuta Keuskupan Regio Jawa 1995 pasal 136 peraturan puasa dan pantang ditetapkan sebagai berikut: (Baca juga: Surat Gembala Prapaska 2016 Keuskupan Agung Semarang)

  1. Hari Puasa tahun 2016 ini dilangsungkan pada hari Rabu Abu tanggal 10 Februari 2016, dan Jumat Agung tanggal 25 Maret 2016. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama masa Prapaska sampai dengan Jumat Agung.
  2. Yang wajib berpuasa ialah semua Orang Katolik yang berumur 18 tahun sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua Orang Katolik yang berumur genap 14 tahun ke atas.
  3. Puasa dalam arti yuridis, berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang dalam arti yuridis, berarti memilih tidak makan daging atau ikan atau garam, atau tidak jajan atau merokok.Karena peraturan puasa dan pantang cukup ringan, maka kami anjurkan, agar secara pribadi atau bersama-sama, misalnya dalam keluarga, atau seluruh lingkungan/wilayah, atau komunitas pastoran/ biara atau komunitas seminari menetapkan cara puasa dan pantang yang dirasakan lebih sesuai dengan semangat tobat dan matiraga yang ingin dinyatakan sebagai jati diri murid-murid Kristus“Akulah garam dan terang dunia”.

Sebagai sikap pertobatan nyata, beberapa hal dapat dibuat dan sangat kami anjurkan, antara lain:

  1. Dalam keluarga, pertemuan lingkungan atau komunitas, dicari bentuk-bentuk pantang dan puasa yang cocok dengan jenjang usia, sebagai bagian dari pembinaan iman menurut usia: usia dini dan anak, remaja dan orang muda, dewasa dan lansia.
  2. Pada hari Jumat dan hari lain yang ditentukan, setiap keluarga/komunitas mengganti makanan pokok yang disukai dengan makanan pengganti dari bahan makanan lokal dengan satu macam lauk (sebagaimana sudah muncul sebagai gerakan di beberapa paroki atau komunitas selama peringatan Hari Pangan Sedunia – HPS).
  3. Selama 40 hari dalam masa Prapaska secara pribadi atau dalam keluarga atau komunitas biara/pastoran/seminari memilih tindakan tobat yang lebih berdaya guna untuk mewujudkan tindakan kasih, sekaligus memulai mewujudkan Peradaban Kasih.
  4. Menentukan gerakan pemberberdayaan dan tindakan nyata yang berdampak luas bagi lingkungan alam serta masyarakat sekitar sebagai wujud solidaritas. Hal ini sekaligus menjadi pintu masuk untuk mulai mewujudkan Peradaban Kasih di Indonesia dalam unsur “kesejahteraan”, misalnya dengan gerakan jimpitan beras untuk kepentingan dana pendidikan dan upaya lain memberi makan bagi saudari-saudara yang membutuhkan.
  5. Hendaknya juga diusahakan agar setiap orang beriman kristiani baik secara pribadi maupun bersama-sama mengusahakan pembaharuan hidup rohani, misalnya dengan rekoleksi, retret, latihan rohani, ibadat jalan salib, pengakuan dosa, meditasi, adorasi dan sebagainya.
  6. Salah satu ungkapan tobat bersama dalam masa Prapaska ialah Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang diharapkan mempunyai nilai dan dampak untuk pembaruan pribadi, serta mempunyai nilai dan dampak bagi peningkatan solidaritas pada tingkat paroki, keuskupan dan nasional.

Tema APP tahun 2016 ini adalah “Akulah garam dan terang dunia” sebagaimana diuraikan dalam buku-buku yang diterbitkan oleh Panitia APP Keuskupan Agung Semarang.

Salam,
Doa dan Berkah Dalem,
Semarang, 25 Januari 2016
pada Pesta Bertobatnya St. Paulus
Tahun Luar Biasa Yubileum Kerahiman Allah.

FX. Sukendar Wignyosumarta, Pr
Administrator Diosesan KAS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here