Hari Biasa Pekan III Prapaskah
warna liturgi Ungu
Bacaan
2Raj. 5:1-15a; Mzm. 42:2,3; 43:3,4; Luk. 4:24-30. BcO Kel. 24:1-18
Bacaan Injil: Luk. 4:24-30.
24 Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” 28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Renungan:
WALAU sesuatu yang dikatakan benar, namun mereka yang tersinggung akan memunculkan reaksi tertentu. Ada yang marah. Ada yang sinis. Ada yang nglokro. Ada yang mutung. Dan masih banyak lagi reaski yang bisa disampaikan.
Orang-orang Yahudi tersinggung dengan ucapan Yesus. Mereka jadi marah dan hendak menghukum Yesus. “Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu” (Luk 4:29).
Banyak hal yang bisa membuat seseorang tersinggung. Namun kala kita gampang tersinggung kita pun akan gampang lelah. Kita tidak akan mudah menikmati kemerdekaan pergaulan dan persaudaraan. Kita pun tidak mudah untuk menangkap pesan yang disampaikan dan kemungkinan memperbaiki diri. Mari kita belajar menangkap dengan tenang walau ada kata-kata pedas yang mengenai diri kita. Kemampuan itu akan mendewasakan kita.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Luk. 4:24-30. Bandingkan dengan pengalamanmu.
Refleksi:
Bagaimana menahan diri dari rasa tersinggung?
Doa:
Tuhan aku ajarilah aku untuk tetap tenang menerima kritikan yang tajam sekalipun. Semoga aku bisa menangkap pesan darinya dan mengubah kekurangan hidupku. Amin.
Perutusan:
Aku tidak ingin tersinggung. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)