Solo, Minggu (27/3)
Persaingan sumberdaya manusia (SDM) dengan hadirnya era perdangan bebas antar negara ASEAN atau yang sering disebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tidak dapat dihindari oleh lembaga pendidikan Indonesia manapun juga. Lembaga pendidikan baik apapun labelnya, berskala kecil, atau besar dan negeri atau swasta menghadapi tantangan yang sama. Diperlukan jurus-jurus utama untuk dapat memenangkan persaingan SDM antar negara ASEAN.
Demikian dijelaskan oleh Ketua Yayasan St. Pignatelli, Rm. JB Clay Pareira SJ, di Solo, Minggu (27/3) dalam penjelasannya tentang seminar “MEA & Tantangan Dunia Pendidikan Indonesia” yang diadakan STIE St. Pignatelli. Dalam seminar ini, STIE Pignatelli menghadirkan tiga pembicara nasional yang diyakini dapat memberi penjelasan tentang MEA.
Mereka adalah pengusaha nasional Franciscus Welirang, Prof. DR. Jamal Wiwoho SH, MH (Irjen Kemeristek Dikti/Staf Khusus Presiden RI) dan DR. drh. C. Novi Primiani M.Pd (Dekan F-MIPA IKIP PGRI Madiun). Seminar tersebut akan diadakan pada Selasa, 29 Maret 2016 di Aula STIE Pignatelli, Surakarta.
“Saya merasa yakin, apakah rekan para pengelola pendidikan Indonesia tahu tentang MEA ataupun perdagangan bebas dunia lainnya. Kondisi ini akan menjadi masalah bagi Indonesia di masa depan, jika anak didik yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut tidak dapat bersaing dengan SDM dari negara lain dan bahkan menciptakan pengangguran intelektual,” ujar Romo Clay Pareira SJ.
Dengan menghadirkan tiga pembicara itu, Clay SJ menambahkan, diharapkan para dosen, guru ataupun pengurus lembaga pendidikan mendapat jurus jitu atau kiat-kiat khusus dalam memenangkan persaingan SDM.
Menurut dia, tiga pembicara akan berbicara dari tiga sudut disiplin yang berbeda. Franciscus Welirang yang namanya tidak asing lagi di dunia bisnis nasional ataupun internasional akan menjelaskan secara tuntas tentang MEA dan Free Trade Area dunia lainnya yang akan datang. Orang nomor satu di Bogasari Indofood Sukses Makmur (Bogasari ISM) ini akan bercerita soal tuntutan kualitas dari SDM Indonesia.
Sementara Irjen Kemenristek Dikti, Prof. DR. Jamal Wiwoho SH. MH, akan mengulas soal kondisi dan tantangan dunia pendidikan tinggi di Indonesia agar mampu memenuhi tuntutan dunia bisnis. Ia juga mengulas dan sekaligus memprediksikan posisi SDM Indonesia dalam persaingan dengan SDM negara Asean lainnya. Dalam menghadapi MEA ini, akan diungkap juga prioritas sasaran strategis DIKTI.
Pengalaman dan cara pandang sebuah perguruan tinggi negeri dari kota kecil di Jawa dalam menghadapi perdagangan bebas dunia seperti MEA akan disharingkan oleh DR. Drh. Novi Primiani MPd (Dekan F-MIPA IKIP PGRI Madiun). Paparan ini setidaknya akan mewakili cara pandang perguruan tinggi yang terdapat di banyak kota kecil lainnya di Indonesia terhadap globalisasi.
Menurut Ketua STIE St. Pignatelli, Titik Dwiyani, adalah penting melihat tantangan yang begitu besar dari kacamata sebuah perguruan tinggi dari sebuah kota kecil. Karena ancaman SDM asing itu sebenarnya ada di perguruan tinggi kota kecil entah negeri ataupun swasta. Lulusan perguruan tinggi dari kota kecil, entah negeri ataupun swasta, demikian dijelaskan Titi Dwiyani lebih lanjut, akan menghadapi ancaman yang sebenarnya dan pesaing mereka bukanlah dari SDM asing tetapi dari lulusan perguruan tinggi dari kota besar.
“Adalah bagus jika ada penelitian yang menjelaskan berapa banyak pengangguran itu berasal dari sebuah kota atau perguruan tinggi. Minat mahasiswa masuk dalam perguruan tinggi tentu tidak bisa dibandingkan atau relevansinya kurang jika dibandingkan dengan bidang lapangan kerja yang dimasuki. Kontekstual inilah yang diharapkan dapat diperoleh jawaban dalam seminar tersebut,” ujarnya.
Kredit foto: Seminar “MEA dan Tantangan Dunia Pendidikan Indonesia” diadakan oleh STIE St. Pignatelli Surakarta, Selasa, 22 Maret 2016 dengan para pembicara (ki-ka) Franciscus Welirang, DR. Drh. C. Novi Primiani M.Pd, dan Prof. DR. Jamal Wiwoho SH, MH (Ist)